0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 55

Part 55-1

Bara benar-benar merasa bersalah dan sangat khawatir pada istrinya. Apalagi Clara langsung pendarahan dan tak sadarkan diri. Bara benar-benar menyesal dan merutuki perbuatan bodohnya tadi. Bara benar-benar khilaf saat menampar Istrinya. Bara bahkan tak bisa menyembunyikan lagi perasaan khawatirnya saat menunggu istrinya yang tengah dalam penanganan dokter.

"Harusnya aku gak tampar Clara. Sekarang aku harus gimana," racau Bara yang sangat khawatir di samping ayahnya yang sudah memarahinya dari tadi.

Beruntung bagi Bara karena orang tua Clara tak ada di rumah dan tengah dinas keluar kota. Entah bagaimana marahnya Fajar bila tau Bara tak bisa menjaga putrinya yang tengah mengandung. Tapi itu tak sepenuhnya beruntung, karena Bara tau cepat atau lambat mertuanya pasti tau tapi tentu bukan itu masalahnya saat ini. Melainkan kondisi Clara yang sangat membutuhkan orang tuanya yang mendampinginya.

"Clara dah sakit, lemes, jarang kuurus tadi malah kumarahin. Ya Allah suami macam apa aku ini!" kesal Bara pada dirinya sendiri.

"Keluarga ibu Clara?" tanya dokter jaga di UGD.

"Saya, saya suaminya," jawab Bara cepat.

"Bisa masuk dulu pak?" tanya dokter pada Bara lalu masuk kedalam ruangannya.

"Dari yang di alami sama istri bapak, istri bapak mengalami benturan keras. Kandungannya juga sangat lemah. Kami mengusahakan yang terbaik. Tapi kami tidak bisa mempertahankan kandungannya, karena bisa beresiko tinggi untuk kehidupan istri bapak. Pendarahannya sudah berhenti. Tapi istri bapak kekurangan banyak sekali darah. Sementara ini kami sedang mencarikan donor," ucap dokter itu menjelaskan kondisi Clara secara sederhana pada Bara.

"Jadi Clara keguguran?" tanya Bara yang sudah blank.

"Iya pak," jawab si dokter yang turut berduka.

"Clara sudah sadar?" tanya Bara pada si dokter.

"Belum pak," jawab si dokter.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Bara hanya diam lalu keluar dari ruangan dokter tersebut dengan kondisinya yang blank dan linglung. Bagaimana tidak, Bara hampir saja membunuh orang yang sangat dicintanya juga buah cintanya. Bara benar-benar menyesal dan sangat sedih dengan apa yang terjadi akibat kemarahannya.

Bayiku meninggal. Batin Bara sedih.

Dengan langkahnya yang berat, Bara memasuki ruangan Clara. Clara terlihat sangat pucat, luka di ujung bibirnya menunjukkan betapa kerasnya tamparan Bara padanya.

"Clara maaf. Maaf. Maaf sayang. Maaf," ucap Bara meminta maaf pada istrinya sambil menangis dan menggenggam tangan mungil Clara.

Tak berselang lama, dokter dan para tenaga medis terlihat sangat panik. Kondisi Clara makin kritis dan Bara khawatir bukan main pada kondisinya.

"Kenapa lagi sama istriku?" tanya Bara dengan panik.

"Golongan darah O habis, dan tinggal tersisa satu kantung. Anggota keluarga ibu Clara, apa ada yang memiliki golongan darah O?" tanya dokter berusaha tenang.

Adam hanya menggelengkan kepalanya, karena anggota keluarganya memiliki golongan darah B. Bara langsung merosot ke lantai dengan lemas. Tak ada yang bisa ia berikan untuk Clara.

Bahkan memperbaiki kesalahannya pun ia tak bisa. Adam berusaha mengabari semua anggota keluarga hingga para pegawainya untuk mendonorkan darahnya yang bergolongan O untuk Clara.

Aku gak berguna buat Clara. Aku cuma bikin dia sakit, bahkan buat kasih darahku aja Clara gak bisa terima. Ya Allah aku harus gimana ini. Batin Bara panik.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Tak berselang lama Fajar dan Caca datang. Adam langsung memberitahukan kondisi Clara pada Fajar dan Caca, tanpa pikir panjang Fajar dan Caca langsung mendonorkan darahnya untuk Clara yang sudah sangat kritis. Fajar dan Caca bahkan sudah tak peduli lagi dengan Bara atau yang lain, selain kondisi Clara saat ini.

Tak selang lama setelah kedatangan orang tua Clara, Hana juga datang dan berencana menyumbangkan darahnya untuk Clara, namun dilarang karena kondisinya yang tengah hamil tua. Beberapa karyawan juga datang dan langsung bersiap mendonorkan darahnya untuk Clara.

Bara bahkan tak bisa menghentikan air matanya yang terus mengalir saat melihat istrinya yang masih tak sadarkan diri. Bahkan meskipun dokter bilang tinggal menunggu Clara sadar saja.

Bara masih tak bisa merasa tenang sebelum Claranya bangun.

***

Fajar dan Caca terus menunggu Clara sadar, sementara Bara terus berada di samping Clara dengan sangat cemas, sedih, dan menyesal. Anna yang datang langsung menceritakan kronologi kejadian Clara yang bisa sampai keguguran. Tentu saja Anna hanya menceritakan apa yang ia tau dan ia saksikan tanpa ditutup-tutupi.

Fajar sangat kecewa dan marah pada Bara, yang sangat temperamental pada putrinya yang tengah mengandung. Caca hanya bisa mencemaskan kondisi putrinya sambil terus berdoa. Fajar benar-benar menyesal sempat meminta bahkan memaksa putrinya untuk menikah dengan Bara bila hasilnya seperti ini.

"Ayah, Bunda Clara bangun," ucap Bara mengabari mertuanya juga orang tuanya yang masih setia menunggu di luar.

Caca segera masuk ke dalam, disusul Fajar. Tapi Fajar masuk bukan untuk menemui putrinya melainkan untuk menyeret Bara keluar dari ICU. Bara hanya pasrah dan mengikuti mertuanya. Fajar langsung menghajar Bara di depan orang tuanya. Adam yang ingin melerai ditahan Bara dan malah diminta diam. Anna terus menangis melihat putranya yang dihajar besannya hingga jatuh bangun.

Aku pantas mendapatkan ini. Batin Bara yang menahan tiap pukulan yang dilayangkan mertuanya tanpa perlawanan.

Aku bunuh bayiku. Aku bikin sakit Clara. Aku gak bisa kasih apapun buat Clara selain penderitaan. Batin Bara lalu bangkit lagi setelah dipukul mertuanya dengan wajahnya yang tertunduk dan penuh luka.

"Puas kamu bunuh cucuku? Anakku sekarat karena kamu! Kalau saja tidak cepat mungkin anakku juga mati! Saya menyesal merestui hubungan Clara bahkan sempat menjodohkannya denganmu kalau begini jadinya!" ucap Fajar setelah lelah menghajar Bara.

"Aku salah, aku menyesal. Aku benar-benar khilaf. Aku minta maaf," ucap Bara lirih sambil menangis sedih dan menyesal.

Tak berselang lama suara tangis Clara yang begitu histeris terdengar. Suaranya benar-benar menunjukkan betapa sedihnya ia, betapa kehilangannya ia, dan sangat menyayat hati tiap orang yang tau penyebab tangisan itu keluar dari mulut Clara.

"Clara," ucap Bara lalu bangun dan melangkah meskipun terhuyung dan kembali jatuh.

"Jangan temui Clara. Saya gak mau kamu bunuh dia," ucap Fajar sinis lalu masuk ke ICU.

Part 55-2

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share