Part 55
Bara benar-benar merasa
bersalah dan sangat khawatir pada istrinya. Apalagi Clara langsung pendarahan
dan tak sadarkan diri. Bara benar-benar menyesal dan merutuki perbuatan
bodohnya tadi. Bara benar-benar khilaf saat menampar Istrinya. Bara bahkan tak
bisa menyembunyikan lagi perasaan khawatirnya saat menunggu istrinya yang
tengah dalam penanganan dokter.
"Harusnya aku gak tampar
Clara. Sekarang aku harus gimana," racau Bara yang sangat khawatir di
samping ayahnya yang sudah memarahinya dari tadi.
Beruntung bagi Bara karena
orang tua Clara tak ada di rumah dan tengah dinas keluar kota. Entah bagaimana
marahnya Fajar bila tau Bara tak bisa menjaga putrinya yang tengah mengandung.
Tapi itu tak sepenuhnya beruntung, karena Bara tau cepat atau lambat mertuanya
pasti tau tapi tentu bukan itu masalahnya saat ini. Melainkan kondisi Clara
yang sangat membutuhkan orang tuanya yang mendampinginya.
"Clara dah sakit, lemes,
jarang kuurus tadi malah kumarahin. Ya Allah suami macam apa aku ini!"
kesal Bara pada dirinya sendiri.
"Keluarga ibu
Clara?" tanya dokter jaga di UGD.
"Saya, saya
suaminya," jawab Bara cepat.
"Bisa masuk dulu
pak?" tanya dokter pada Bara lalu masuk kedalam ruangannya.
"Dari yang di alami sama
istri bapak, istri bapak mengalami benturan keras. Kandungannya juga sangat
lemah. Kami mengusahakan yang terbaik. Tapi kami tidak bisa mempertahankan
kandungannya, karena bisa beresiko tinggi untuk kehidupan istri bapak.
Pendarahannya sudah berhenti. Tapi istri bapak kekurangan banyak sekali darah.
Sementara ini kami sedang mencarikan donor," ucap dokter itu menjelaskan
kondisi Clara secara sederhana pada Bara.
"Jadi Clara
keguguran?" tanya Bara yang sudah blank.
"Iya pak," jawab si
dokter yang turut berduka.
"Clara sudah
sadar?" tanya Bara pada si dokter.
"Belum pak," jawab
si dokter.
Bara hanya diam lalu keluar
dari ruangan dokter tersebut dengan kondisinya yang blank dan linglung.
Bagaimana tidak, Bara hampir saja membunuh orang yang sangat dicintanya juga
buah cintanya. Bara benar-benar menyesal dan sangat sedih dengan apa yang terjadi
akibat kemarahannya.
Bayiku meninggal. Batin Bara
sedih.
Dengan langkahnya yang berat,
Bara memasuki ruangan Clara. Clara terlihat sangat pucat, luka di ujung
bibirnya menunjukkan betapa kerasnya tamparan Bara padanya.
"Clara maaf. Maaf. Maaf
sayang. Maaf," ucap Bara meminta maaf pada istrinya sambil menangis dan
menggenggam tangan mungil Clara.
Tak berselang lama, dokter
dan para tenaga medis terlihat sangat panik. Kondisi Clara makin kritis dan
Bara khawatir bukan main pada kondisinya.
"Kenapa lagi sama
istriku?" tanya Bara dengan panik.
"Golongan darah O habis,
dan tinggal tersisa satu kantung. Anggota keluarga ibu Clara, apa ada yang
memiliki golongan darah O?" tanya dokter berusaha tenang.
Adam hanya menggelengkan
kepalanya, karena anggota keluarganya memiliki golongan darah B. Bara langsung
merosot ke lantai dengan lemas. Tak ada yang bisa ia berikan untuk Clara.
Bahkan memperbaiki
kesalahannya pun ia tak bisa. Adam berusaha mengabari semua anggota keluarga
hingga para pegawainya untuk mendonorkan darahnya yang bergolongan O untuk
Clara.
Aku gak berguna buat Clara.
Aku cuma bikin dia sakit, bahkan buat kasih darahku aja Clara gak bisa terima.
Ya Allah aku harus gimana ini. Batin Bara panik.
Tak berselang lama Fajar dan
Caca datang. Adam langsung memberitahukan kondisi Clara pada Fajar dan Caca,
tanpa pikir panjang Fajar dan Caca langsung mendonorkan darahnya untuk Clara
yang sudah sangat kritis. Fajar dan Caca bahkan sudah tak peduli lagi dengan
Bara atau yang lain, selain kondisi Clara saat ini.
Tak selang lama setelah
kedatangan orang tua Clara, Hana juga datang dan berencana menyumbangkan
darahnya untuk Clara, namun dilarang karena kondisinya yang tengah hamil tua.
Beberapa karyawan juga datang dan langsung bersiap mendonorkan darahnya untuk Clara.
Bara bahkan tak bisa
menghentikan air matanya yang terus mengalir saat melihat istrinya yang masih
tak sadarkan diri. Bahkan meskipun dokter bilang tinggal menunggu Clara sadar
saja.
Bara masih tak bisa merasa
tenang sebelum Claranya bangun.
***
Fajar dan Caca terus menunggu
Clara sadar, sementara Bara terus berada di samping Clara dengan sangat cemas,
sedih, dan menyesal. Anna yang datang langsung menceritakan kronologi kejadian
Clara yang bisa sampai keguguran. Tentu saja Anna hanya menceritakan apa yang
ia tau dan ia saksikan tanpa ditutup-tutupi.
Fajar sangat kecewa dan marah
pada Bara, yang sangat temperamental pada putrinya yang tengah mengandung. Caca
hanya bisa mencemaskan kondisi putrinya sambil terus berdoa. Fajar benar-benar
menyesal sempat meminta bahkan memaksa putrinya untuk menikah dengan Bara bila
hasilnya seperti ini.
"Ayah, Bunda Clara
bangun," ucap Bara mengabari mertuanya juga orang tuanya yang masih setia
menunggu di luar.
Caca segera masuk ke dalam,
disusul Fajar. Tapi Fajar masuk bukan untuk menemui putrinya melainkan untuk
menyeret Bara keluar dari ICU. Bara hanya pasrah dan mengikuti mertuanya. Fajar
langsung menghajar Bara di depan orang tuanya. Adam yang ingin melerai ditahan
Bara dan malah diminta diam. Anna terus menangis melihat putranya yang dihajar
besannya hingga jatuh bangun.
Aku pantas mendapatkan ini.
Batin Bara yang menahan tiap pukulan yang dilayangkan mertuanya tanpa
perlawanan.
Aku bunuh bayiku. Aku bikin
sakit Clara. Aku gak bisa kasih apapun buat Clara selain penderitaan. Batin
Bara lalu bangkit lagi setelah dipukul mertuanya dengan wajahnya yang tertunduk
dan penuh luka.
"Puas kamu bunuh cucuku?
Anakku sekarat karena kamu! Kalau saja tidak cepat mungkin anakku juga mati!
Saya menyesal merestui hubungan Clara bahkan sempat menjodohkannya denganmu
kalau begini jadinya!" ucap Fajar setelah lelah menghajar Bara.
"Aku salah, aku
menyesal. Aku benar-benar khilaf. Aku minta maaf," ucap Bara lirih sambil
menangis sedih dan menyesal.
Tak berselang lama suara
tangis Clara yang begitu histeris terdengar. Suaranya benar-benar menunjukkan
betapa sedihnya ia, betapa kehilangannya ia, dan sangat menyayat hati tiap
orang yang tau penyebab tangisan itu keluar dari mulut Clara.
"Clara," ucap Bara
lalu bangun dan melangkah meskipun terhuyung dan kembali jatuh.
"Jangan temui Clara.
Saya gak mau kamu bunuh dia," ucap Fajar sinis lalu masuk ke ICU.