0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 47

Part 47-1

Selama acara buka bersama di rumah orang tua Bara. Clara dan Bara sama-sama menyembunyikan perasaan masing-masing. Meskipun tetap berusaha berbaur dan bercanda dengan yang lain, terutama pada Lisa dan para keponakan.

"Jadi gimana Kak Bara kapan nyusul Kak Rey?" tanya Anna pada putranya di tengah-tengah makan malam.

"Nyusul gimana?" tanya Bara bingung.

Clara langsung menghentikan makannya sambil menatap Ibu mertuanya.

"Ya masa harus dikasih tau sih" ucap Rey "Kapan kamu mau kasih temen main buat anakku, buat Lisa?" sambung Rey yang ikut menegaskan pertanyaan Bundanya pada Bara.

Clara langsung tercekat dengan ucapan Kakak iparnya, begitu pula dengan Bara.

"Iya loh Cla. Kapan mau hamil? Kasihan loh si Bara keburu tua," ucap Hana yang ikut-ikutan menanyakan perihal momongan.

Clara langsung menatap suaminya yang menatap tiap orang yang menanyai masalah hamil dan anak.

Kakak bukan perlu aku. Kakak butuh wanita yang bisa kasih anak. Batin Clara lalu menunduk dan pergi ke kamar suaminya.

"Cla, sayang," tahan Caca pada putrinya yang tengah bersedih apalagi Caca tau kalau putrinya sedang berjuang menghilangkan kista yang bersarang di tubuhnya.

Brak!

Bara langsung menggebrak meja makan dengan sangat keras. Semua orang langsung menatap ke arahnya.

"Udah yang tanya masalah anak?" tanya

Bara sinis.

"Kamu gak sopan bikin ribut di meja makan!" ucap Adam mengingatkan Bara.

"Clara kista. Clara minta cerai dah dua kali gara-gara cuma 40% kemungkinan dia hamil. Puas yang tanya masalah anak?" ucap Bara sinis.

Hana langsung menunduk menutup mulut besarnya yang ikut menanyai Clara.

"Aku gak butuh anak! Toh ada Kak Rey yang siap jadi pabrik bayi, aku juga baru dua bulan nikah sama Clara," ucap Bara yang benar-benar marah karena pertanyaan keluarganya.

"Maaf, Bunda gak tau," ucap Anna tulus karena merasa bersalah sudah menanyakan perihal kehamilan pada Clara.

"Tadi aku mau cerita semuanya. Malah dah pada nerocos semua!" Omel Bara ke semuanya yang menanyai Clara, lalu pergi ke kamarnya untuk menemui Clara.

Adam langsung mendekap Istrinya yang merasa menyesal dan bersalah karena basabasinya. Begitu pula dengan Hana dan Rey yang merasa tidak seharusnya mereka ikut menanyai Bara dan Clara.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

***

"Ssstt jangan nangis," ucap Bara menenangkan Clara yang menangis di depan lemari pakaiannya di samping pintu.

"Kita cerai saja," ucap Clara di tengahtengah tangisannya.

"Gak! Gak mau! Aku gak mau cerai!" tolak Bara dengan tegas.

"Aku gak bisa hamil kak! Kakak nikah lagi aja kalo gitu. Kalo Kakak gak mau kita cerai. Kakak nikah lagi aja ya," pinta Clara sambil menyeka air matanya.

"Aku cuma cinta kamu Cla. Aku gak bisa nikahin yang lain. Ngelirik pun tidak," ucap Bara menenangkan Clara.

Clara hanya menggeleng dengan air matanya yang terus mengalir.

"Kamu sakit, oke gak masalah. Kita kan dah berobat sayang. Gapapa ssttt," ucap Bara menenangkan istrinya.

"Kakak harusnya gak usah memaksakan diri dari awal. Kamu gak usah maksa buat nikahin aku. Coba dari awal Kakak nolak. Kakak nikah sama Kak Tina, pasti Kakak dah punya anak. Dah ada cucu buat keluargamu," ucap Clara berusaha tenang sambil menatap suaminya dengan matanya yang sembab.

"Aku cuma mau berumah tangga sama kamu. Sama Clara, bukan sama Tina," ucap Bara sambil mengusap pipi Clara.

"Kalo Kak Tina gak nolak Kakak. Kak Bara mau kan?" ucap Clara yang masih memaksa.

"Clara cinta aku gak sih?" tanya Bara yang sedih mendengar ucapan istrinya.

"Cinta," jawab Clara pelan.

"Kenapa mau aku pergi?" tanya Bara.

"Biar Kakak dapet yang terbaik," jawab Clara pelan.

"Yang terbaik bagiku itu cuma Clara. Sekarang mau suruh aku pergi lagi?" ucap Bara lalu menggendong Istrinya ke tempat tidur.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Kak aku takut kalo ternyata aku gak bisa kasih keturunan buat kamu. Aku takut Kak," jawab Clara lalu memeluk erat suaminya yang akhir-akhir ini jadi super sabar menghadapinya.

"Kita berjuang sama-sama ya sayang. Biar bisa punya baby. Gapapa lama. Gak usah buruburu," ucap Bara menyemangati Clara "Kita perlu bulan madu. Cuma aku sama istriku" sambung Bara sambil berbisik.

Clara hanya menjawab dengan anggukan pelan.

"Dah habis ini gak ada lagi bahas tentang anak. Kita cuma fokus sama kesehatanmu," ucap Bara yang berusaha menghibur Clara "Sambil memantaskan diri buat jadi orang tua," sambung Bara lalu mengecup bibir dan kening Clara.

"Iya," jawab Clara lalu tersenyum.

"Aku mau sholat, ku imami yuk," ajak Bara pada Istrinya lalu membantunya bangun.

"Aku cinta Kak Bara," ucap Clara lalu mengecup pipi suaminya.

***

Usai solat berjamaah. Bara langsung mendekap Clara lalu berdoa, berdzikir, agar lebih tenang.

"Nak, Bunda masuk boleh?" tanya Caca pada Clara dan Bara yang dari tadi di dalam kamar.

Clara langsung berdiri untuk membukakan

pintu, sementara Bara merapikan peralatan solat.

"Suamimu mana?" tanya Caca lalu masuk ke dalam kamar Bara.

"Ada, kenapa Bunda?" tanya Clara.

"Bunda kalo mau ngomong berdua sama Clara ga papa. Aku mau keluar," ucap Bara sambil tersenyum lalu pergi keluar kamar.

***

Begitu Bara keluar kamar, semua tampak sangat tegang dan merasa bersalah. Apalagi sempat mendengar bila Clara minta diceraikan.

"Clara gapapa. Yang penting jangan bahas masalah ini tadi," ucap Bara lembut "Maaf ya Bunda tadi marahin Bunda," sambung Bara lalu memeluk Bundanya.

"Iya gapapa," jawab Anna lembut dan terharu karena anaknya meminta maaf, maklum ibu-ibu "Istrimu gimana?" tanya Anna sambil menyeka air matanya.

"Lagi ngobrol sama Bundanya," jawab Bara yang masih memeluk Bundanya.

"Kak, Kak Bara gak jadi nginep sini dong?" tanya Lisa lalu ikutan memeluk Bundanya.

"Coba tanya sama Kak Clara, kalo aku mau nginep. Tapi kan istriku lagi sedih dek," jawab Bara yang langsung diangguki Lisa.

"Maaf ya yang tadi kita gak tau," ucap Rey yang diangguki Hana.

"Gapapa kak. Jangan bahas itu lagi ya," jawab Bara lalu melepas pelukan pada Bundanya, Rey langsung mendekat dan memeluk adiknya "Mungkin aku yang salah, dulu suka main cewek. Jadi gini karmanya," sambung Bara sambil memeluk Kakaknya.

"Enggak dah sstt. Gak boleh bilang gitu," ucap Rey sambil mengusap punggung adiknya.

Adam dan Fajar ikut senang karena semua bisa kembali normal dan tanpa ketegangan lagi. Sementara Anna, Lisa dan Sofia langsung pergi ke kamar Bara disusul Aya dan Ha na.

"Loh kok pada ilang?" tanya Bara saat melihat sekeliling yang sudah sepi.

"Pada ngegrebek kamarmu," jawab Adam santai lalu mengajak Fajar ke halaman belakang untuk mengobrol.

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share