0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 40

Part 40-1

Clara seharian menemani Sofia belanja kebutuhannya kuliah dan kost nanti. Bersama tante Siti dan Bundanya sembari membeli beberapa kebutuhan rumah meskipun ia tidak butuh.

"Kamu gimana Cla sama suamimu?" tanya Caca pada putrinya sambil memilih handuk diskon.

"Baik kemarin Kak Bara pasang tato namaku. Tanggal nikahnya kita. Tanggal ulang tahunku. Di tangan sama pinggang sampai perutnya," jawab Clara sambil tersipu malu.

"Cie sweet bener suamimu," goda Caca pada putrinya.

"Bunda apaan sih," sahut Clara yang malu sendiri.

"Terus gimana?" tanya Caca yang penasaran.

"Ya udah. Gitu aja, terus tidur," ucap Clara malu lalu beralih ke piyama.

"Rajin dapet jatah dong? Kamu gak mau bulan madu?" goda Caca pada putrinya.

"Mau, tapi nanti kalo dah dapet kampus," jawab Clara yang tanpa sadar memasukkan sepasang piyama berbentuk bikini yang sangat sexy dengan warna merah hati ke dalam tas belanjanya.

"Suamimu emang gak hot ya? Apa perlu pakek obat kuat?" tawar Caca pada putrinya.

"Gak! Gak usah!" tolak Clara cepat dengan tatapan horornya.

Gak pakek aja dah kayak gitu. Mau pakek segala. Bisa KO aku. Batin Clara yang langsung terbayang bagaimana panasnya tiap kali bercinta dengan Bara.

Lain Clara lain lagi Bara yang tengah mengajar dan terlihat lebih happy dari biasanya, hingga membuat mahasiswinya makin klepekklepek lagi.

"Oke, udah ya. Ini ada yang mau tanya gak?" tanya Bara sambil menggulung bajunya untuk memamerkan tato barunya.

Suasana kelas mendadak ramai dengan sorakan para mahasiswi yang melihat tato di tangan Bara, tak hanya para mahasiswi tapi para mahasiswa juga ikut ramai saat Bara mengangkat tangannya memamerkan tangannya yang dihiasi tato.

"Pak Bara pakek tato apa tulisannya?" celetuk seorang mahasiswi.

"Nama cewekku dong," jawab Bara santai sambil tersenyum manis yang makin membuat para wanita di kelasnya klepek-klepek dan patah hati sekaligus.

"Pak Bara hubungannya dah serius ya?" tanya seorang mahasiswa yang mengagumi sifat gentleman Bara.

"Serius lah. Kalo gak serius ya gak kayak gini. Ini permanen loh," jawab Bara sedikit pamer.

"Pak Bara kapan nikah?" tanya seorang mahasiswi yang cemburu dan patah hati begitu tau Bara ada yang punya.

"Udah nikah sejak. Em tanggal 16 kemarin," jawab Bara lalu mengacungkan jari telunjuknya di depan bibirnya agar kelasnya tidak ramai.

"Wah gimana Pak Bara ini nikah gak ngundang , makan-makan dong pak!" pinta seorang mahasiswa Bara yang merupakan anak kost. "Hahah yaudah nanti siang kita lunch di resto Mariam ya. Makan ayam aja. Tapi jangan ember ya," ucap Bara menyanggupi lalu mengeluarkan dompetnya pura-pura menghitung uang dan tanpa sengaja menjatuhkan kembalian minuman dinginnya tadi yang mengundang tawa para mahasiswa.

Kling!

Pesan masuk ke ponsel Bara. Bara hanya melihat notifikasinya saja. Lalu buru-buru menyudahi kelasnya.

Baca juga Bab 39 – Positiv

"Info selanjutnya dikoordinasi ya Fi. Nanti kontak saya," perintah Bara lalu pergi begitu saja setelah memberikan amanah pada mahasiswinya.

Dengan langkah yang terburu-buru dan cenderung berlari. Bara membuat semua mata terpana padanya.

"Iya kak. Aku insyaallah mau daftar sini," jawab Clara pada seorang anggota BEM yang menemaninya menunggu Bara.

"Ah, itu Pak Bara. Kakakmu ya?" tanya senior anggota BEM tersebut.

"Kamu ngapain ngobrol sama orang asing?" tanya Bara dengan sedikit membentak pada Clara.

Clara langsung menundukkan pandangannya.

"Kamu lagi ngapain masih di sini? Mau godain istriku? Iya!" bentak Bara yang juga memarahi anggota BEM yang masih saja melihat Clara.

Si mahasiswa hanya menggeleng lalu cepatcepat pergi.

"Gila Pak Bara beneran nikah sama bocah? Gak mungkin! Apa jangan-jangan Pak Bara pedofil?" gumam si mahasiswa lalu menjauh meski sempat beberapa kali melirik ke belakang "Tapi emang cantik sih," sambungnya sambil pergi meninggalkan Bara dan Clara.

Bara yang langsung terbakar cemburu langsung menarik Clara masuk ke dalam mobilnya, lalu buru-buru melumat bibir Clara dengan buasnya.

"Nakal Clara!" bentak Bara saat lumatannya terlepas.

Seolah belum puas Bara langsung membuka kancing baju Clara lalu kembali melumat bibirnya lagi dan melanjutkan cumbuannya.

"Kakak ahh stop," rintih Clara sambil berusaha mendorong suaminya agar tidak makin parah lagi mencumbunya atau bahkan bercinta di mobil.

"Be quiet babe!" perintah Bara dengan napasnya yang menderu dan malah jadi bernafsu saat mendengar rintihan Clara yang terdengar erotis dan menggoda bagi Bara.

Tapi belum juga Bara memulai lagi cumbuannya Clara sudah pingsan terlebih dahulu. Badannya perlahan menghangat dan lemas, bibirnya memucat. Bara panik bukan main. Nafsunya yang tadinya memuncak juga langsung hilang. Hanya rasa khawatir yang dirasakan Bara saat melihat Clara ambruk.

Apa yang salah? Kenapa Clara pingsan? Batin Bara khawatir yang langsung membawa Clara ke UGD.

Sesampainya di rumah sakit Bara hanya bisa menunggu di luar sementara Istrinya mendapat pertolongan di UGD. Bara juga tidak ingin mengabari keluarganya sama sekali dan lebih memilih untuk memberi kabar pada mahasiswanya bila acara makan-makan di undur.

***

"Ck! Kesel banget gue! Dah bagus bisa ada kesempatan buat deketin Pak Bara. Eh ada aja hambatannya," keluh Fifi, mahasiswi Bara yang cukup dekat dengan Bara.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Ya elah! Sadar napa lu Fi. Kan lo dah liat Pak Bara dah punya istri. Lagian elo masih aja nekat deketin orang dah punya istri," ucap Nur menanggapi temannya yang kesal.

"Bukan apa-apa ni ya. Aku tu dah yakin banget Nur, kalo Pak Bara suka sama aku. Aku yakin dia ngajak makan-makan itu karena Pak Bara mau salam perpisahan. Dulu dia kan juga suka nyapa aku. Ni juga buktinya yang dikabari aku," ucap Fifi penuh percaya diri bila Bara jatuh hati padanya.

"Gila lo! Coba deh Fi lo liat apa yang bikin Pak Bara suka sama lo? Lu sebutin aja satu yang bikin lo pede banget," ucap Nur yang masih berusaha menyadarkan temannya itu.

"Yakin cuma satu? Aku bahkan punya banyak banget yang bisa disebutin," jawab Fifi sesumbar.

"Yaudah apa? Buruan sebutin," ucap Nur menantang Fifi.

"Gue beasiswa, pinter, ketua kelas, cantik, manis, feminin, keibuan. Ni juga Pak Bara pernah bilang kalo gue cantik waktu parade pakek kebaya, padahal gue habis jatuh. Terus ini juga yang dikabarin aku kan bukan kamu," jawab Fifi dengan sombongnya.

Ya wajar lah muji elo. Orang waktu itu lo jatoh. Sampe kejontor gitu muka lo. Wajar juga Pak Bara ngabarin elu. Orang elu ketua kelas. Dasar beasiswa miskin. Batin Nur yang heran dengan kesombongan temannya, lalu memilih pergi meninggalkannya dan kembali ke kost dari pada harus mendengarkan celotehan Fifi.

"Heh Nur, aku masih belum kelar nih," ucap Fifi menahan Nur yang terus berjalan ke parkiran.

"Ape sih? Gue mau balik kost, mau jalan ma cowok gue," sahut Nur dengan kesal dan ilfil pada

Fifi.

"Dih ngegas," cicit Fifi lalu membiarkan Nur pergi, sementara ia sendiri masih harus pergi untuk menjaga tempat print dan fotokopi tempatnya part time.

Heran deh. Gimana caranya ya biar Fifi sadar. Batin Nur prihatin.

***

Setelah dokter keluar dan memberi tau Bara perihal Clara yang pingsan, rasa khawatir Bara sedikit berkurang meskipun ia tetap curiga ada sesuatu dengan Clara.

Cuma mens kok sampe pingsan sih. Apa secapek itu ya Clara. Batin Bara sambil mengelus rambut Clara yang masih pingsan.

"Kak," lirih Clara pelan dan cenderung berbisik.

"Apa Cla. Ada perlu apa?" tanya Bara yang siap melayani Clara.

"Ini dimana? Perutku kok sakit gini," ucap Clara sambil memegangi perutnya yang terasa sangat nyeri hingga tak bisa bangun, jangankan untuk bangun. Untuk membuka mata pun rasanya masih tak kuat.

"Kamu mens, anemia, kecapekan. Ini di rumah sakit," jawab Bara lembut lalu mengecup pipi Clara dan menatapnya dengan sangat khawatir.

Hening. Clara enggan menanggapi enggan pula untuk bertanya lagi. Clara hanya diam dan sesekali merintih kesakitan.

"Bisa bangun Cla?" tanya Bara sambil menggenggam tangan Clara.

Clara hanya menggeleng pelan dengan matanya yang terpejam sangat erat dan wajahnya yang memerah menahan sakit.

"Apa kamu kayak gini dah lama?" tanya

Bara setelah Clara cukup stabil.

"Sejak SMP, tapi ini yang paling parah. Sampe pingsan hahaha," jawab Clara sambil tertawa agar Bara tak khawatir lagi.

"PMSmu ngeri juga ya," ucap Bara lalu mengambilkan makanan untuk Clara "Mau di suapin?" tawar Bara.

"Gak usah kak. Belum laper," tolak Clara lembut.

"Dua suap ya. Biar gak mag aja," bujuk Bara lalu menyuapi Clara.

"Cuma dua kali tok loh ya," ucap Clara menyanggupi permintaan suaminya lalu berusaha duduk dibantu suaminya yang mendadak sabar karenanya.

"Iya lagian gue juga ogah lama-lama nyuapin lo," ucap Bara yang ingin berkelahi ringan dengan Clara untuk memastikan Clara tidak apaapa.

Apa Kak Bara gak suka kalo aku sakit. Apa aku gak usah bilang aja kalo aku ada kista. Iya aku gak boleh bikin Kak Bara benci aku. Batin Clara lalu tersenyum untuk menguatkan dirinya sendiri.

Part 40-2

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share