Part 7
Sesampainya Bara di rumah
camernya. Bara langsung disambut Fajar yang kebetulan berangkat agak siang,
juga Caca yang baru saja akan merapikan ruang makan.
"Mana Clara Om?"
tanya Bara pada Fajar.
"Masih tidur, dia baru
bangun nanti siang," jawab Fajar.
"Itu gak bagus,"
ucap Bara singkat.
"Kamu didik aja dia.
Full kamu urus aja," ucap Fajar frustasi.
Bara hanya tersenyum.
"Aku bukan baby sitter.
Oh iya Om, udah cari tanggal belum?" tanya Bara.
"Hahaha kamu mau sama
Clara aja dah bagus, tapi nanti Om bilang sama ayahmu," ucap Fajar.
Bara langsung mengangguk, toh
Bara juga tidak terlalu peduli pada apa yang di putuskan nanti.
"Om aku mau ngajak Clara
ke salon dulu. Claranya gimana?" tanya Bara bingung setelah melihat jam
tangannya.
"Kamu bangunkan aja
coba," ucap Caca yang mendengar pertanyaan Bara.
"Hah? Aku?" tanya
Bara.
"Tadi dah tante
bangunkan gak bisa," jawab Caca.
"Iya aku gapapa. Tapi
ini," ucap Bara raguragu.
Fajar hanya menatapnya dengan
alisnya yang terangkat sebelah.
"Oke ku bangunin,"
ucap Bara lalu pergi ke kamar Clara.
***
"Clara," panggil
Bara lalu masuk ke kamar Clara yang tidak di kunci.
Buset amburadul amat. Mending
nikah ama tahu bulat dari pada ni bocah. Batin Bara saat melihat betapa
berantakannya kamar Clara.
Semuanya sangat berantakan,
baunya pun apek. Bra dan celana dalam dimana-mana hingga Bara bergidik ngeri.
Belum lagi saat ia membuka lemari baju Clara yang lebih mirip dengan tempat
sampah.
"Cuma gaunku aja yang
aman," gumam Bara lalu membuka kotak bingkisan gaunnya.
"Kamu," ucap Clara
yang akhirnya bangun karena merasa terganggu ada orang lain yang masuk ke
kamarnya.
"Hai," sapa Bara.
"Kak Bara ngapain?"
tanya Clara yang langsung bangun dengan posisi siap.
"Observasi kecil,"
jawab Bara lalu memasukkan kotak rokok yang masih isi juga banyak pil ke dalam
kantung plastik "Kamu mandi, terus kita pergi," sambung Bara lalu
pergi keluar dari kamar Clara setelah memberikan perintah.
"Kak itu mau dibawa
kemana?" tanya Clara yang panik begitu melihat apa yang di bawa Bara.
"Buang," jawab Bara
lalu turun dan membuang barang candu milik Clara.
Fajar dan Caca membelalakkan
mata melihat betapa beraninya Bara saat merampas semua candu milik Clara yang
langsung dibakarnya. Bugh!
Clara memukul kuat tubuh Bara
dengan bantalnya. Bara hanya diam dan mengawasi api yang melahap candunya.
Bugh!
Clara memukul Bara lagi tepat
di kepalanya yang langsung membuat Bara geram dan menarik bantal yang di bawa
Clara lalu membakarnya juga.
"Kak! Bangsat! Apa yang
kamu lakukan?" tanya Clara kesal dan penuh emosi.
Bara tidak memperdulikan
ucapan dan makian Clara padanya. Bahkan hingga Clara meludahinya Bara tetap
mendiamkamnya.
"Cepat mandi
Clara," perintah Bara yang akhirnya buka suara.
"Ogah gue!" umpat
Clara.
"Kita mau pergi. Aku mau
kamu mandi atau aku yang bakal mandiin anak nakal kayak kamu," ancam Bara
dengan santai lalu menarik Clara ke kamar mandi.
"Oke! Fine! Aku mau
mandi!" ucap Clara kesal.
Tuh kan bener. Mending juga
sama tahu bulat. Batin Bara setelah akhirnya Clara mau nurut juga.
Fajar menengguk ludahnya
sendiri saat mendengar ancaman Bara yang sukses membuat Clara bertekuk lutut.
Tak hanya Fajar tapi Caca juga merasa panas mendengar bagaimana cara Bara
mengatur anaknya.
"Api melawan api,"
gumam Fajar.
Bara duduk kembali bersama
Caca dan Fajar yang duduk di ruang tamu setelah mencuci wajahnya.
"Clara," ucap Caca
pelan dan langsung dipotong Bara.
"Aku gak serius. Hanya
tes seberapa jauh Clara," ucap Bara tenang.
Fajar hanya mengangguk
maklum.
"Aku dah telat. Aku
berangkat dulu ya," ucap Fajar lalu mengecup kening Caca dan menyalimi
Bara.
Caca juga langsung mengantar
Fajar sampai ke depan.
***
Clara keluar dari kamarnya setelah
bersiapsiap. Rambutnya disisir dan digelung sekenanya. Tindik terpasang semua
juga aksesoris lain seperti gelang, cincin, dan kalung, hanya saja tanpa celak
dan lipstik hitam.
Clara memakai kaos putih
panjang dengan tulisan "Fuck me babe!" yang ia padukan dengan celana
pendek dan sepatu boot hitamnya.
Aku gak yakin dia perawan,
sampe berani pakek kaos kayak gitu. Batin Bara sambil melihat penampilan Clara
dan kaos nakalnya.
"Ayo pergi. Tante aku
pergi dulu ya. Pinjem Claranya," pamit Bara pada Caca.
"Iya hati-hati ya,"
ucap Caca.
Bara diam memberikan isyarat
pada Clara untuk berpamitan pada ibunya. Sementara Clara malah jalan duluan
dengan cueknya.
"Clara gak pamit?"
tanya Bara.
"Mau jalan ayo, enggak
yaudah," jawab Clara lalu menyilangkan tangannya di depan dadanya hingga
begitu ngeplat.
Cup B mana puas. Batin Bara
mengkira-kira ukuran dada Clara.
"Clara pamit, cuma
bilang 'aku pergi dulu' apa terlalu susah?" tanya Bara lembut.
"Udah gapapa. Sana
berangkat," lerai Caca sebelum Clara dan Bara kembali berseteru.
Apa gak masalah api melawan
api begini? Batin Caca saat menatap Clara dan Bara yang begitu emosional.
Bara menunduk lalu menghela
nafas dan tersenyum sekilas untuk menghapus emosinya.
"Duluan tante,"
ucap Bara lalu keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya mendahului Clara.
Bangsat gue kira mau
dibukain. Gerutu Clara dalam hati.
"Masuk! Pakek sabuk
pengamanmu!" perintah Bara.
Clara hanya diam, masih kesal
dengan sikap Bara pagi ini.
"Fuck me babe!"
ucap Bara memecah keheningan dalam mobilnya "How many times have you
sex?" tanya Bara.
"Never," jawab
Clara.
"Really?" tanya
Bara tak percaya.
"Kenapa kamu gak
percaya?" tanya Clara.
"Aku yang nganter kamu
waktu kamu mabuk, kamu pakek pil, merokok, terus kaosmu. Kuharap kamu masih
perawan," jawab Bara blakblakan.
"Hah! Aku emang masih
perawan!" ucap Clara merasa direndahkan.
Bara hanya menyunggingkan
senyumnya, meremehkan Clara.
"Tapi kalo gak percaya
juga gapapa sih," ucap Clara yang sudah kesal lalu memasang earphone di
telinganya.
"Ya gak usah sewot
dong," sindir Bara saat sampai di salon.
"Gak denger," gumam
Clara sambil memejamkan mata menatap keluar.
Bara hanya tersenyum geli
menahan tawanya karena ucapan Clara yang sudah kelewat emosi karenanya.
Ini belum seberapa. Nanti
kalo dah jadi istriku. Hmm didikanku bakal mantap jiwa raga buat kamu, Clara.
Batin Bara yang jadi berpikir jauh dan lebih serius saat bisa mengobrol santai
dengan Clara.