0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 29

Part 29-1

"Kenapa Ayah sebenci itu sama Kak Bara?" tanya Clara.

Fajar enggan menjawab pertanyaan dari putrinya. Seolah tak mendengar pertanyaan Clara, Fajar langsung mengecup kening Caca dan pergi begitu saja.

"Ayah! Ayah!" teriak Clara menahan ayahnya yang tetap tidak meresponsnya.

"Clara sabar nak. Nanti kita bicarakan," ucap Caca menenangkan Clara.

"Bunda kenapa Ayah benci Kak Bara? Kenapa aku kemarin dikunciin? Kenapa aku gak boleh ketemu Kak Bara? Kenapa Bunda?" jerit Clara sambil menangis histeris.

"Clara tenang dulu sayang," ucap Caca lalu memeluk Clara erat.

Clara tak menjawab, hanya isak tangis yang keluar dari mulutnya.

"Ayahmu cuma marah, ayahmu pernah lihat Bara sama cewek lain di hotelnya. Ayah bilang gandengan segala. Ada Om Adam juga. Ayah cuma takut kamu diduakan sama Bara. Ayah cuma mau yang terbaik sayang," ucap Caca sambil mengajak Clara duduk di sofa ruang tengah.

Apa iya yang dilihat Ayah benar? Apa Kak Bara benar-benar bersama wanita lain di hotel. Batin Clara bimbang.

***

"Rifki apa kamu yakin gak salah sangka sama yang kemarin?" tanya Fajar pada bawahannya.

"Enggak pak. Soalnya si Bara, Bara itu sampai bikin nangis si cewek. Masak iya salah," jawab Rifki still yakin sambil menunjukkan hasil fotonya pada Bara.

"Bukannya gitu, tapi kemarin si Bara kelihatannya dah mulai serius sama anakku. Aku kan jadi merasa bersalah," ucap Fajar sambil memijit keningnya.

"Itu metode kelas kakap pak! Jangan tertipu!" ucap Rifki mengompor-ngompori Fajar.

"Bukanya gitu. Aku dah terlanjur hajar si Bara kemarin masalahnya," jelas Fajar sedikit takut "Aku takut dia ngadu ke bapaknya. Nanti jadi panjang masalahnya. Bisa-bisa sahamku ilang kabeh (semua) belum lagi aku gak jadi sahabatnya lagi," sambung Fajar menjelaskan.

"Ya udah lah pak. Kita tunggu aja reaksinya," saran Rifki yang cari aman.

Fajar hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak lama Rifki juga langsung meninggalkan ruangan karena ada masalah yang harus ia tangani.

Kayaknya Bara gak selingkuh parah deh. Wajar sih dia masih deket cewek lain. Batin Fajar bimbang.

Lain Fajar, lain pula Adam yang masih emosi pada Fajar yang memutuskan perjodohan secara sepihak hanya karena Clara kurang setuju dan tau kalau Bara ada cewek lain, ditambah alasan bodoh agar Clara tidak menjadi pabrik bayi.

"Masih marah ya?" tanya Anna sambil memasuki ruang olahraga dengan minuman isotonik di tangannya.

"Ya masih lah! Susah payah bikin Bara gak main cewek. Eh sekalinya dapet malah begini!" kesal Adam lalu duduk selonjoran di lantai. "Marahnya kapan kelarnya? Ini Lisa lagi main ke rumah Rey loh," ucap Anna manja lalu mengecup bibir suaminya.

Baca juga Bab 39 – Positiv

"Dah gak marah kok," jawab Adam melembut karena tau apa yang akan ia dapat kalau anak-anaknya sedang pergi.

"Hihihi boong. Dah ah kamu puasin aja marahnya. Aku mau nonton film," ucap Anna lalu berdiri.

"Film apa?" tanya Adam yang ikut berdiri.

"Fifty shades," ucap Anna sengaja menggoda suaminya lalu berlari ka kamarnya.

Adam yang tadinya marah bukan main kini seolah kehilangan semua emosinya. Adam juga hanya tersipu dengan godaan istrinya lalu tersenyum dan membiarkan istrinya kabur duluan.

"Mau berapa ronde sih istriku ini. Sampai berani godain," gumam Adam lalu berjalan ke kamarnya.

***

Tiga hari berlalu. Bara tak mencoba lagi untuk menghubungi Clara, meskipun tangannya sudah sangat gatal untuk menghubungi Clara. Clara sendiri juga enggan mengaktifkan ponselnya dari dua hari lalu, sengaja untuk menenangkan dirinya.

Hingga akhirnya Clara cukup siap untuk semua hal. Semua kemungkinan terburuknya. Dengan langkah tegap yang cukup mantap, Clara melangkahkan kakinya menuju lobi resepsionis di hotel milik Bara.

"Maaf, Pak Baranya lagi keluar mbak. Ada tugas katanya," ucap si Resepsionis.

"Em kalo gitu tolong bilang ke Pak Bara kalo saya kesini ya," jawab Clara.

"Dengan siapa mbak?" tanya si Resepsionis yang siap mencatat.

"Cla. Em tunggu saya tulis surat aja buat Pak Bara," ucap Clara lalu duduk di sofa ruang tunggu sambil menulis pesan untuk Bara.

Tapi tanpa Bara dan Clara sadari. Bara melangkah begitu saja melewati Clara yang ada begitu dekat dengannya. Bara langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi begitu saja.

Pokoknya hari ini aku harus ketemu Clara. Batin Bara sambil menyetir ke bimbel tempat Clara kursus.

"Ini mbak," ucap Clara "Bilang aja dari Clara. Pak Bara kenal kok," sambung Clara lalu pergi.

Bugh!

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Tanpa sengaja Clara menyenggol seorang pengunjung pria di hotel Bara hingga menjatuhkan buku-buku yang di bawa nya.

"Aduh! Sorry gue gak liat," ucap Clara lalu membantunya memunguti buku-buku yang berserakan di lantai.

"I-Iya gue juga yang salah kok," ucap pria tersebut yang dengan gugup menerima bukunya yang dipunguti Clara.

"Lo latihan buat masuk kampus juga ya?" tanya Clara saat membaca judul sampul bank soal yang dipungutnya.

"Iya tahun ini gue mau serius. Biar bisa banggain ortu," jawabnya sedikit kaku.

"Gue juga," jawab Clara lalu tersenyum

"Gue juga SOSHUM loh," sambung Clara.

Pria itu hanya tersenyum bingung harus bicara apa karena masih terpesona pada senyum manis Clara. Bahkan dalam balutan busananya yang nyentrik Clara tetap tidak kehilangan pesonanya.

"Oh iya sorry ya yang tadi. Gue Clara," ucap Clara lagi sambil memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Tapi baru saja pria itu akan menjabat tangan Clara, Clara sudah menarik tangannya dan berlari ke driver ojol yang dipesannya.

"Aku Jefri," ucap Pria itu pelan bahkan lebih mirip ke bergumam sambil melambaikan tangan pada Clara yang pergi begitu saja tanpa melihatnya lagi.

"Cantik semoga jodoh. Jadi bisa ketemu lagi," ucap Jefri sambil tersipu sendiri.

***

"Maaf pak, Clara gak masuk hari ini," ucap salah satu guru dibimbel Clara.

"Ck!" Bara berdecak kesal setelah lama menunggu dan hanya dapat jawaban yang menyedihkan seperti ini.

"Dah empat hari ini Clara gak masuk. Maaf saya permisi masih ada kelas," pamit si guru lalu pergi.

Jelas Om Fajar gak mungkin biarin Clara keluar. Fauzi juga dah gak ngajar di Clara lagi. Haduh. Gimana nih. Batin Bara yang galau sendiri sambil berjalan memasuki mobilnya.

Brak! Tin!

Suara Bara yang hampir menabrak motor hingga klakson motor itu berbunyi sangat nyaring.

Duh gak boleh gini. Harus fokus. Fokus. Batin Bara menguatkan dirinya, lalu menggelengkan kepala agar segera sadar dari lamunannya.

"Gila tu mobil! Main serobot aja!" maki Clara lalu melepas helemnya.

"Sabar neng," ucap si driver.

"Iye, eh gue bayar pakek voucher yak," ucap Clara lalu masuk ke tempat bimbelnya dan segera masuk ke kelasnya karena sudah terlambat.

"Eh mbak Clara. Tadi ada yang cari loh," ucap Joni guru matematikanya begitu Clara masuk kelas.

"Gue? Dicari? Siapose?" tanya Clara lalu duduk di bangku paling depan tanpa peduli siapa yang menempati.

"Iya pak, pak siapa ya tadi," jawab Joni sambil berusaha mengingat nama pria yang baru ditemuinya.

Duh gawat. Jangan-jangan Ayah lagi. Batin Clara panik.

"Ba-Ba-Basri kalo gak salah. Apa Handoyo ya. Padahal sering ke sini loh, kok saya lupa ya," ucap Joni yang masih berusaha mengingat.

Duh pakek intel lagi ayah? Batin Clara yang jadi benar-benar was-was.

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share