Part 56
Selama tiga hari Clara sama
sekali belum bertemu dengan suaminya. Bukan tanpa alasan. Tapi memang Bara yang
dilarang untuk menemui Clara yang tengah terpukul dan sangat memerlukan
kehadiran Bara di sampingnya. Bahkan Bara rela hanya duduk di luar ruang inap
Clara atau di ruang tunggu obat dan hanya mengintip Clara saat Ayah mertuanya
ada di dalam atau tengah pergi.
Clara terlihat sangat
terpukul. Bahkan ia tak pernah menyentuh makanannya maupun minumannya. Tak
hanya itu Clara bahkan tak lagi bersuara dan menunjukkan banyak ekspresi
setelah ia menangis tiga hari lalu. Bahkan Clara tak menjawab atau mengucapkan
apa yang ia mau atau tidak. Clara hanya diam dengan tatapannya yang kosong.
Bara benar-benar sedih
melihat istrinya yang terpukul dan tengah down. Bahkan rasanya hanya menyesal
saja tak cukup untuk menebus kesalahannya pada Clara. Tiap hari Bara juga
selalu menanyakan kondisi Clara pada dokter atau suster yang melakukan pengecekan
pada Clara. Bara sangat berharap ia bisa diizinkan untuk menemui istrinya lagi,
setidaknya hanya sebentar.
"Masih sama kayak
kemarin mas, belum mau makan, minum juga dikit. Keliatan sedih banget,"
ucap si suster yang baru saja mengecek kondisi Clara.
"Gitu ya," ucap
Bara lalu menundukkan kepalanya.
"Lagian kenapa gak masuk
aja to mas?" tanya si suster heran.
"Ayahnya Clara gak
bolehin. Katanya aku bikin cucunya meninggal, jadi kalo aku ketemu Clara nanti
dia jadi sedih. Aku gak mau Clara sedih," jawab Bara lalu pergi ke ruangan
Clara untuk mengintip kondisinya.
Bara terus menatap Clara dan
hanya mengamatinya dari luar, itupun dengan was-was kalau Ayah mertuanya tidak
melihatnya atau Bara akan kembali dihajarnya lagi.
Berhari-hari Bara hanya pergi
ke rumah sakit dan mendoakan Clara tanpa bisa menyentuhnya. Bara hanya fokus
pada Clara, bahkan ia tak peduli lagi pada kondisi tubuhnya sendiri. Anna dan
Adam benar-benar tidak tega melihat putranya yang begitu menderita, bahkan Adam
pernah membujuk besannya itu untuk membiarkan Bara menemui Clara yang masih
belum dijawab Fajar sampai sekarang karena masih kecewa dan marah.
"Suamiku kemana
Sof," tanya Clara saat hanya Sofia dan Bundanya yang menjaganya.
Sofia yang mendengar
pertanyaan Clara hanya bisa saling tukar pandang dengan Bundanya Clara. Sofia
dan Caca juga sangat berharap agar Fajar mau sedikit melembutkan hatinya dan
berbesar hati mengizinkan Bara untuk menemui Clara.
"Aku kangen Kak Bara,"
ucap Clara lirih, lalu tiduran dan tidak menyentuh makanannya sedikitpun
seperti biasanya.
Caca langsung keluar dari
kamar inap Clara. Entah pergi mencari Bara atau suaminya. Tapi belum jauh dari
kamar Clara ia malah bertemu dengan Farid yang membawa parsel buah-buahan untuk
Clara. Caca hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan langkahnya yang ditahan
Farid.
"Ini tante saya bawain
buah buat Clara," tahan Farid.
"Iya nanti ya. Lagi cari
Om," ucap Caca lalu berpapasan dengan suaminya dan Farid yang pergi ke
kamar Clara untuk memberikan parsel buahnya untuk Clara.
***
Bara hanya melihat Farid yang
masuk ke ruang inap Clara dengan tatapan penuh kecurigaan. Apa lagi Farid
langsung terburu-buru keluar dari kamar Clara.
"Kamu ngapain ke kamar
istriku tadi?" tanya Bara mencegat Farid sambil menarik kerah bajunya.
Farid langsung gemetaran dan
terlihat pucat. Tak hanya itu ia bahkan langsung berkeringat dingin.
"Tadi apa yang lu kasih
ke Clara?" tanya Bara pada Farid lalu membalik tubuh Farid agar berhadapan
dengannya.
Jangan-jangan ni anak mau
nikung gue. Batin Bara was-was dan kesal.
Farid benar-benar dibuat
panik dan gugup karenanya. Badannya benar-benar leMasdan bingung untuk mencari
celah untuk kabur. Tapi entah angin dari mana. Tas yang dipakai Farid tibatiba
jebol hingga menjatuhkan banyak sekali bom rakitan dalam bentuk pipa, sama
persis seperti yang ada di rumah Clara beberapa hari lalu.
Bara langsung mengambil jarak
dan menahan Farid agar tidak pergi kabur begitu saja. Tak selang lama Fajar
datang bersama istrinya dan mendapati banyak sekali bom rakitan yang
berserakan. Bagian keamanan rumah sakit segera datang dan menghubungi penjinak bom
dan pihak Gegana.
Nit…nit…nit…nit…
Semuanya terdiam saat
terdengar suara detikan entah dari mana. Bara langsung tersadar bila Farid
sempat memberikan parsel pada Clara. Dengan cepat Bara mengambilnya dari kamar
Clara dan berlari keluar lalu melemparkannya ke taman yang cukup luas di belakang
rumah sakit.
Kalau ini jalan hidupku yang
terakhirnya. Setidaknya aku mau Clara tau aku ada pada barisan paling depan
untuk menjaganya. Batin
Bara.
Tak selang lama ledakan besar
terdengar. Hingga rasanya bumi ikut berguncang karenanya. Kepanikan sangat
terasa anggota Bareskrim langsung menghampiri ke arah ledakan dan mendapati
Bara dalam keadaan tak sadarkan
diri setelah melakukan
penyelamatan mendadaknya.
***
"Ini dimana?" tanya
Bara entah pada siapa saat ia mulai sadar.
"Rumah sakit,"
jawab Fajar yang duduk menunggui Bara.
"Aku pusing," ucap
Bara sambil memegangi kepalanya.
"Wajar kamu dah tidur
dua hari," ucap
Fajar.
"Hah?" kejut Bara
yang langsung bangun .
"Hahaha Ayah becanda,"
ucap Fajar lalu memeluk Bara "Kamu gapapa kan?" tanya Fajar pada
Bara.
"Gapapa yah, asal bisa
ketemu Clara," jawab Bara lalu memeluk Ayah mertuanya sambil menangis tersedu-sedu.
"Tadi dokter bilang kamu
cuma kena benturan benda keras sama terkejut karena ledakan. Gapapa sudah cup.
Jangan nangis," ucap Fajar sambil mengelus punggung Bara.
"Aku menyesal beneran
ayah, aku gak mau bikin Clara sama calon anakku kenapa-napa. Waktu itu aku
bener-bener khilaf. Aku sayang Clara yah. Aku janji jagain Clara yah,"
ucap Bara sambil menangis menyesal.
Tak selang lama orang tua
Bara datang dan mendapati kondisi anaknya yang berantakan. Ada beberapa luka
yang sudah diobati yang sangat membuat Anna khawatir. Tapi Anna berusaha
menahan kekhawatirannya karena ada Fajar yang mulai memaafkan Bara bahkan kini
memeluk Bara erat.
Sadar bila orang tua Bara
sudah datang Fajar langsung melepaskan pelukannya dan memberikan ruang pada
Anna dan Adam. Anna langsung memeluk Bara erat dan langsung menangis khawatir
pada kondisi putranya. Sementara Adam mendengarkan penjelasan dokter tentang
kondisi Bara dan kronologis kejadian. Anggota Bareskrim juga langsung memberi
tahu adam tentang aksi heroik anaknya.
"Untung daya ledaknya
kecil jadi gak makan korban," ucap Adam "Em tapi paniknya gak sampe
ada masalah kan?" tanya Adam lagi dan mulai mengobrol dengan kepala bagian
keamanan dan anggota Gegana yang mengajaknya untuk melihat CCTV.
***
"Aku mau ke Clara,"
ucap Bara lalu bangun dan berjalan ke ruangan Clara dengan bantuan Bundanya dan
dokter jaga.
Begitu Bara sampai. Clara
tengah menangis tersedu-sedu dan terlihat tak tenang. Bara langsung berlari
dengan susah payah dan sedikit terpincangpincang ke arah Clara.
"Clara," panggil
Bara saat sampai di dalam kamar Clara.
"Kakak!" pekik
Clara lalu melebarkan tangannya untuk memeluk suaminya.
Clara masih menangis dan
makin menjadi, antara haru, khawatir dan kesal bercampur jadi satu. Bara terus mendekap
istrinya sambil menciumi keningnya dan terus meminta maaf pada Clara. Anna
sangat terharu melihat Bara dan Clara yang akhirnya bersatu lagi. Begitu pula
dengan Caca dan Sofia yang ikut terharu.
"Aku sebel sama KaKak,"
keluh Clara yang masih memeluk erat Bara.
"Maaf ya Sayang,"
ucap Bara lembut pada Clara.
"Kakak jahat," Omel
Clara pada Bara.
"Kakak gak bakal gitu
lagi janji. Aku janji sayang," ucap Bara lalu mengecup kening dan bibir
Clara.
Clara hanya tersenyum lalu
mengangguk dan kembali memeluk erat tubuh suaminya.
"Aku janji sayang. Aku
gak bakal sakitin kamu dalam bentuk apapun. Kamu benar-benar jadi ratu buatku.
Aku janji. Percaya ya," bisik Bara lalu mengecup kening Clara, Clara hanya
mengangguk pelan.
"Kakak jangan mainan
bahaya kayak tadi ya," ucap Clara khawatir lalu mengelus pipi Bara dengan
tangannya yang terlihat makin kurus itu.
Bara langsung mengangguk
dengan cepat mematuhi ucapan Istrinya.