0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 56

Part 56-1

Selama tiga hari Clara sama sekali belum bertemu dengan suaminya. Bukan tanpa alasan. Tapi memang Bara yang dilarang untuk menemui Clara yang tengah terpukul dan sangat memerlukan kehadiran Bara di sampingnya. Bahkan Bara rela hanya duduk di luar ruang inap Clara atau di ruang tunggu obat dan hanya mengintip Clara saat Ayah mertuanya ada di dalam atau tengah pergi.

Clara terlihat sangat terpukul. Bahkan ia tak pernah menyentuh makanannya maupun minumannya. Tak hanya itu Clara bahkan tak lagi bersuara dan menunjukkan banyak ekspresi setelah ia menangis tiga hari lalu. Bahkan Clara tak menjawab atau mengucapkan apa yang ia mau atau tidak. Clara hanya diam dengan tatapannya yang kosong.

Bara benar-benar sedih melihat istrinya yang terpukul dan tengah down. Bahkan rasanya hanya menyesal saja tak cukup untuk menebus kesalahannya pada Clara. Tiap hari Bara juga selalu menanyakan kondisi Clara pada dokter atau suster yang melakukan pengecekan pada Clara. Bara sangat berharap ia bisa diizinkan untuk menemui istrinya lagi, setidaknya hanya sebentar.

"Masih sama kayak kemarin mas, belum mau makan, minum juga dikit. Keliatan sedih banget," ucap si suster yang baru saja mengecek kondisi Clara.

"Gitu ya," ucap Bara lalu menundukkan kepalanya.

"Lagian kenapa gak masuk aja to mas?" tanya si suster heran.

"Ayahnya Clara gak bolehin. Katanya aku bikin cucunya meninggal, jadi kalo aku ketemu Clara nanti dia jadi sedih. Aku gak mau Clara sedih," jawab Bara lalu pergi ke ruangan Clara untuk mengintip kondisinya.

Bara terus menatap Clara dan hanya mengamatinya dari luar, itupun dengan was-was kalau Ayah mertuanya tidak melihatnya atau Bara akan kembali dihajarnya lagi.

Berhari-hari Bara hanya pergi ke rumah sakit dan mendoakan Clara tanpa bisa menyentuhnya. Bara hanya fokus pada Clara, bahkan ia tak peduli lagi pada kondisi tubuhnya sendiri. Anna dan Adam benar-benar tidak tega melihat putranya yang begitu menderita, bahkan Adam pernah membujuk besannya itu untuk membiarkan Bara menemui Clara yang masih belum dijawab Fajar sampai sekarang karena masih kecewa dan marah.

"Suamiku kemana Sof," tanya Clara saat hanya Sofia dan Bundanya yang menjaganya.

Sofia yang mendengar pertanyaan Clara hanya bisa saling tukar pandang dengan Bundanya Clara. Sofia dan Caca juga sangat berharap agar Fajar mau sedikit melembutkan hatinya dan berbesar hati mengizinkan Bara untuk menemui Clara.

"Aku kangen Kak Bara," ucap Clara lirih, lalu tiduran dan tidak menyentuh makanannya sedikitpun seperti biasanya.

Caca langsung keluar dari kamar inap Clara. Entah pergi mencari Bara atau suaminya. Tapi belum jauh dari kamar Clara ia malah bertemu dengan Farid yang membawa parsel buah-buahan untuk Clara. Caca hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan langkahnya yang ditahan Farid.

"Ini tante saya bawain buah buat Clara," tahan Farid.

"Iya nanti ya. Lagi cari Om," ucap Caca lalu berpapasan dengan suaminya dan Farid yang pergi ke kamar Clara untuk memberikan parsel buahnya untuk Clara.

***

Bara hanya melihat Farid yang masuk ke ruang inap Clara dengan tatapan penuh kecurigaan. Apa lagi Farid langsung terburu-buru keluar dari kamar Clara.

"Kamu ngapain ke kamar istriku tadi?" tanya Bara mencegat Farid sambil menarik kerah bajunya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Farid langsung gemetaran dan terlihat pucat. Tak hanya itu ia bahkan langsung berkeringat dingin.

"Tadi apa yang lu kasih ke Clara?" tanya Bara pada Farid lalu membalik tubuh Farid agar berhadapan dengannya.

Jangan-jangan ni anak mau nikung gue. Batin Bara was-was dan kesal.

Farid benar-benar dibuat panik dan gugup karenanya. Badannya benar-benar leMasdan bingung untuk mencari celah untuk kabur. Tapi entah angin dari mana. Tas yang dipakai Farid tibatiba jebol hingga menjatuhkan banyak sekali bom rakitan dalam bentuk pipa, sama persis seperti yang ada di rumah Clara beberapa hari lalu.

Bara langsung mengambil jarak dan menahan Farid agar tidak pergi kabur begitu saja. Tak selang lama Fajar datang bersama istrinya dan mendapati banyak sekali bom rakitan yang berserakan. Bagian keamanan rumah sakit segera datang dan menghubungi penjinak bom dan pihak Gegana.

Nit…nit…nit…nit…

Semuanya terdiam saat terdengar suara detikan entah dari mana. Bara langsung tersadar bila Farid sempat memberikan parsel pada Clara. Dengan cepat Bara mengambilnya dari kamar Clara dan berlari keluar lalu melemparkannya ke taman yang cukup luas di belakang rumah sakit.

Kalau ini jalan hidupku yang terakhirnya. Setidaknya aku mau Clara tau aku ada pada barisan paling depan untuk menjaganya. Batin

Bara.

Tak selang lama ledakan besar terdengar. Hingga rasanya bumi ikut berguncang karenanya. Kepanikan sangat terasa anggota Bareskrim langsung menghampiri ke arah ledakan dan mendapati Bara dalam keadaan tak sadarkan

diri setelah melakukan penyelamatan mendadaknya.

***

"Ini dimana?" tanya Bara entah pada siapa saat ia mulai sadar.

"Rumah sakit," jawab Fajar yang duduk menunggui Bara.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Aku pusing," ucap Bara sambil memegangi kepalanya.

"Wajar kamu dah tidur dua hari," ucap

Fajar.

"Hah?" kejut Bara yang langsung bangun .

"Hahaha Ayah becanda," ucap Fajar lalu memeluk Bara "Kamu gapapa kan?" tanya Fajar pada Bara.

"Gapapa yah, asal bisa ketemu Clara," jawab Bara lalu memeluk Ayah mertuanya sambil menangis tersedu-sedu.

"Tadi dokter bilang kamu cuma kena benturan benda keras sama terkejut karena ledakan. Gapapa sudah cup. Jangan nangis," ucap Fajar sambil mengelus punggung Bara.

"Aku menyesal beneran ayah, aku gak mau bikin Clara sama calon anakku kenapa-napa. Waktu itu aku bener-bener khilaf. Aku sayang Clara yah. Aku janji jagain Clara yah," ucap Bara sambil menangis menyesal.

Tak selang lama orang tua Bara datang dan mendapati kondisi anaknya yang berantakan. Ada beberapa luka yang sudah diobati yang sangat membuat Anna khawatir. Tapi Anna berusaha menahan kekhawatirannya karena ada Fajar yang mulai memaafkan Bara bahkan kini memeluk Bara erat.

Sadar bila orang tua Bara sudah datang Fajar langsung melepaskan pelukannya dan memberikan ruang pada Anna dan Adam. Anna langsung memeluk Bara erat dan langsung menangis khawatir pada kondisi putranya. Sementara Adam mendengarkan penjelasan dokter tentang kondisi Bara dan kronologis kejadian. Anggota Bareskrim juga langsung memberi tahu adam tentang aksi heroik anaknya.

"Untung daya ledaknya kecil jadi gak makan korban," ucap Adam "Em tapi paniknya gak sampe ada masalah kan?" tanya Adam lagi dan mulai mengobrol dengan kepala bagian keamanan dan anggota Gegana yang mengajaknya untuk melihat CCTV.

***

"Aku mau ke Clara," ucap Bara lalu bangun dan berjalan ke ruangan Clara dengan bantuan Bundanya dan dokter jaga.

Begitu Bara sampai. Clara tengah menangis tersedu-sedu dan terlihat tak tenang. Bara langsung berlari dengan susah payah dan sedikit terpincangpincang ke arah Clara.

"Clara," panggil Bara saat sampai di dalam kamar Clara.

"Kakak!" pekik Clara lalu melebarkan tangannya untuk memeluk suaminya.

Clara masih menangis dan makin menjadi, antara haru, khawatir dan kesal bercampur jadi satu. Bara terus mendekap istrinya sambil menciumi keningnya dan terus meminta maaf pada Clara. Anna sangat terharu melihat Bara dan Clara yang akhirnya bersatu lagi. Begitu pula dengan Caca dan Sofia yang ikut terharu.

"Aku sebel sama KaKak," keluh Clara yang masih memeluk erat Bara.

"Maaf ya Sayang," ucap Bara lembut pada Clara.

"Kakak jahat," Omel Clara pada Bara.

"Kakak gak bakal gitu lagi janji. Aku janji sayang," ucap Bara lalu mengecup kening dan bibir Clara.

Clara hanya tersenyum lalu mengangguk dan kembali memeluk erat tubuh suaminya.

"Aku janji sayang. Aku gak bakal sakitin kamu dalam bentuk apapun. Kamu benar-benar jadi ratu buatku. Aku janji. Percaya ya," bisik Bara lalu mengecup kening Clara, Clara hanya mengangguk pelan.

"Kakak jangan mainan bahaya kayak tadi ya," ucap Clara khawatir lalu mengelus pipi Bara dengan tangannya yang terlihat makin kurus itu.

Bara langsung mengangguk dengan cepat mematuhi ucapan Istrinya.

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share