Part 20
Sejak kejadian kemarin, Clara
jadi lebih baik lagi. Mulai terbuka pada orang tuanya hingga mau belajar lagi
dengan giat baik melalui video pembelajaran maupun les privat.
Bara juga mulai memperbaiki
diri. Mulai dari mengurangi intensitasnya ngincer cari cewek. Sampai
menghindari para mantan dan hanya berfokus pada Clara dan adiknya.
Tapi sefokus apapun Bara pada
Clara dan Lisa, rasanya untuk beberapa waktu ke depan pikirannya akan lebih
fokus pada Tina. Apalagi mimpinya untuk serius pada Tina harus dikuburnya
dalam-dalam.
"Kapan Tina
operasi?" tanya Bara pada Robi yang menyetir.
"Nanti sore, dia gak
operasi tapi kemoterapi pak," jawab Robi.
"Operasinya kapan?"
tanya Bara mengulangi pertanyaannya.
"Maaf, privasi
pacarku," jawab Robi.
"Lu kok jadi ngeselin
sih Rob!" Omel Bara.
"Nanti ku laporin sama
pak Adam loh," jawab Robi sambil tertawa kecil menanggapi Omelan Bara yang
tidak serius.
Bara hanya diam, enggan
bertengkar dengan Robi. Bukan karena takut akan di adukan pada ayahnya. Tapi
ingatannya akan keegoisannya yang hanya ingin mengambil mata tiap wanitanya
membuatnya sadar berapa kejamnya Bara selama ini.
"Sampai pak," ucap
Robi saat sampai di kampus tempat Bara mengajar.
"Iya nanti saya pulang
pakek ojek," ucap Bara lalu turun dari mobilnya.
"Baik pak," jawab
Robi patuh.
***
Aku dah terlanjur bilang kalo
Clara itu serepnya Tina. Clara cuma buat sampingan. Tapi sekarang aku malah
deg-degan sendiri sama Clara. Yang di otakku cuma Clara dan Clara. Tentang Lisa
juga sudah mulai membaik sejak surat dari Jalu waktu itu. Tapi kenapa aku masih
terobsesi sama Tina gini? Padahal biasanya aku mudah move on. Batin Bara
frustrasi sambil mengecek tugas muridnya.
"Pak Bara," sapa
Silvia yang melihat kegalauan Bara.
"Ah? Iya ada apa
mbak?" tanya Bara dengan sopan dan cukup gelagapan.
"Masih galau ya
gara-gara di tinggal Via nikah?" tanya Silvia senior Bara yang tengah
mengandung anaknya yang ketiga.
Via yang mana? Batin Bara
bingung.
"Via?" tanya Bara.
"Alah gak usah sok lupa.
Kamu kan juga dateng, yang di hotel PST itu loh," ucap Silvia antusias.
Oh Via yang itu. Aku dah
lupa. Kebanyakan mikir Clara nih kayaknya. Batin Bara.
"Bukan masalah Via mbak,
masalah yang lain Tina," ucap Bara lalu tersenyum kecut.
"T-Ti-Tin-Tina, Tina
kenapa lagi?" tanya
Silvia yang langsung memucat
karena begitu dekat dengan Tina dan jarang sekali menemuinya sejak
Tina sakit.
"Mulai kemoterapi. Aku
khawatir," jawab Bara lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Walah kalo itu aku dah
dikabarin. Gak usah khawatir. Tina pasti bisa. Kita sama-sama support Tina,
doain dia biar lancar. Amin," ucap Silvia bijak.
Bara hanya tersenyum lalu
mengangguk setuju dan melanjutkan kerjaannya.
***
"Pak Bara mau ikut
nebeng gak?" tawar Silvia yang melihat Bara tengah menunggu ojek
onlinenya.
"Enggak mbak, makasih
dah order," tolak Bara lalu melambaikan ponselnya.
"Yaudah duluan ya,"
pamit Silvia yang sudah masuk mobil dijemput suaminya untuk makan siang dan cek
kandungan.
Bara duduk menunggu
orderannya sambil mengecek Instagram Clara. Mencuri tiap fotonya, menonton
video postingan Clara, mempelajari apa yang disukai calonnya itu.
"Kakak!" sapa Clara
yang langsung duduk di samping Bara sambil menyenggol bahunya.
Brak!
Bara langsung menjatuhkan
ponselnya karena panik dan tidak dalam kondisi siap. Bara juga tak hanya panik
tapi juga gugup karena kedatangan Clara yang mendadak.
"Kamu ngapain di
sini?" tanya Bara lalu memungut ponselnya dan cepat-cepat memasukkan ke
dalam tasnya.
Apa Kak Bara masih hubungan
sama yang lain? Batin Clara saat melihat apa yang di lakukan Bara.
"A-Aku habis beli
buku," jawab Clara lalu tersenyum canggung.
"Kamu masih pakek tindik
banyak-banyak gini ngapain?" tanya Bara sambil mengelus telinga Clara
"Nanti di lepas ya?" pinta Bara.
Clara hanya mengangguk.
Aneh biasanya marah. Batin
Clara heran.
"Oh iya kamu beli buku
apa?" tanya Bara.
"Bukan apa-apa,"
jawab Clara lalu mengeluarkan ponselnya.
"Gimana belajar
mu?" tanya Bara perhatian. "Normal, baik," jawab Clara singkat.
"Pak Bara?" tanya
driver ojol pada Bara yang menunggu dari tadi.
Bara dan Clara langsung
menatap si driver ojol.
"Iya tapi saya cancel.
Ini ongkosnya. Kamu pergi saja," ucap Bara lalu memberikan uang pada si
driver.
Clara hanya diam sambil asyik
bermain dengan ponselnya membaca komik online sembari mendownload anime.
"Mau makan siang
berdua?" tanya Bara.
"Aku mau dijemput
ayah," jawab Clara yang menolak halus.
"Aku minta izin ke
ayahmu," ucap Bara lalu mengeluarkan ponselnya dan menjauh dari Clara.
Mau apa lagi ini Kak Bara.
Huft tadi apa ya
yang di ponselnya. Dia lagi
stalk siapa ya. Batin Clara penasaran.
"Boleh?" tanya
Clara begitu Bara kembali duduk di sampingnya.
"Ya jelas boleh,"
jawab Bara sombong.
Idih songong bener Kak Bara.
Batin Clara lalu terkekeh mendengar jawaban Bara.
Baru kali ini Clara ketawa
gara-gara aku. Apa ada yang salah sama aku? Ah lupakan tapi dia jadi makin
cantik. Batin Bara yang menatap wajah Clara.
"Apa?" tanya Bara
heran.
"Kamu ini sombong bener
ya kak. Apa kamu gini tiap hari?" tanya Clara yang akhirnya berhenti
tertawa.
"Em enggak cuma sama
kamu aja," jawab Bara lalu menangkap wajah Clara.
"Ih Kakak!" pekik
Clara yang kesal wajahnya yang ditangkup Bara hingga susah bicara.
"Kamu tirus banget. Kamu
cantik lagi kalo agak gemukan dikit," ucap Bara lalu mengecup bibir Clara
"Yuk cari makan," ajak Bara lalu menggandeng Clara.
Apa Kak Bara bener-bener suka
aku? Apa itu hanya pandangannya sebagai fashionista? Batin Clara bimbang dan
pasrah mengikuti langkah Bara yang membawanya pergi.
"Kamu mau makan apa
Cla?" tanya Bara lalu membukakan pintu taxi untuk Clara.
"Kakak mau makan apa?
Aku ikut aja. Kan Kak Bara yang traktir," jawab Clara lalu menggeser
duduknya untuk Bara.
Aku maunya makan kamu Cla.
Kalo bisa tiga kali sehari makan kamu. Batin Bara.
"Mau makan di hotelku
aja?" tanya Bara.
Clara langsung menggeleng
cepat. "Mallnya Kak Rey aja!" ucap Clara yang sudah pucat mengingat
kejadian di hotel waktu itu.
"Hahaha kenapa? Enak di
hotelku tau. Chefnya kelas atas," ucap Bara pamer, meskipun Bara sendiri
tau apa yang membuat Clara menolaknya.
"Bodo amat. Gak denger
gue," sahut Clara lalu memalingkan pandangannya ke luar.
Bara kembali terkekeh melihat
Clara yang langsung mengabaikannya.
"Clara oi," panggil
Bara yang di abaikan Clara "Jangan ngambeg dong," bujuk Bara lalu
memeluk pinggang Clara dengan erat dan manja.
"Kakak sih
nyebelin," Omel Clara dengan wajahnya yang bersemu.
"Bukannya kamu juga
suka," ucap Bara lalu mengecup pipi Clara.
"Enggak! Sakit tau!
Perih!" jawab Clara cepat.
"Aku kan dah minta
maaf," jawab Bara lalu mengecup dan melumat dengan lembut bibir Clara
"Ya udah kita nongkrong di tempat Kak Rey," ucap Bara mengalah.
Loh tumben ngalah? Ada yang
aneh. Apa ada yang ditutupi? Batin Clara khawatir.
***
Sesampainya di restoran. Bara
langsung sibuk lagi dengan ponselnya. Berbeda dari biasanya di mana ia akan
langsung sibuk menghubungi pacar-pacarnya, kali ini Bara sibuk mencuri foto
Clara saat ia tidak sadar.
Clara asik membaca buku yang
baru dibelinya sambil beberapa kali menelfon guru privatnya untuk menanyakan
rumus atau cara mengerjakan.
"Clara, aku mau umroh
boleh?" tanya Bara.
"Iya boleh," jawab
Clara sambil mengerjakan soal matematika dasar.
"Clara, Tina sakitnya
makin parah. Ada yang bilang mau operasi. Tapi Robi bilang dia kemoterapi. Aku
khawatir," ucap Bara.
"Kak Tina sakit?"
tanya Clara.
"Iya tumor payudara. Aku
takut kalo sampai kanker," jawab Bara.
"Kak Bara sayang banget
ya sama Kak Tina?" tanya Clara pelan.
"Sayang banget sih
enggak. Tapi aku. Aku sama Tina. Sekarang hanya sahabat," jawab Bara
bimbang.
Apa yang di ponselnya tadi Kak
Tina. Kenapa Kak Tina spesial banget buat Kak Bara? Batin Clara cemburu.
"Aku cuma mau doain Tina
biar sembuh," ucap Bara menjelaskan tujuannya.
Apa Kak Bara nanti lama-lama
bakal kayak gitu juga sama aku? Apa aku bisa geser kedudukan Kak Tina di
hatinya Kak Bara? Batin Clara sedih dan cemburu.
"Apa gak bisa didoain di
sini aja?" tanya
Clara.
"Aku mau doaku langsung
sampai," jawab Bara lembut.
Tes. Air mata Clara menetes
begitu saja mendengar jawaban Bara.
Kalo Kak Tina sepenting itu
kenapa Kak Bara harus sama aku? Kenapa bukan sama Kak Tina? Bahkan hanya demi
mendoakan saja Kak Bara mau terbang jauh-jauh ke Arab. Batin Clara lalu bangun
dan pergi ke kamar toilet sementara Bara asik main game.
***
Usai makan siang. Clara
lanjut mengerjakan soal-soal di bukunya meskipun ia sudah mulai tidak fokus.
"Kak, aku mau pulang.
Susah focus," ucap Clara lalu merapikan barang-barangnya.
"Oh ya udah. Mau ku
antar pulang?" tawar Bara.
"Boleh," jawab
Clara sopan.
"Em Cla tunggu
bentar," ucap Bara lalu mengangkat telfonnya dan menjauh dari Clara.
Clara duduk kembali menunggu
hingga Bara selesai menelfon.
"Yaudah aku langsung ke
sana ya sayang. Sabar ya. Bye," ucap Bara menyudahi teleponnya.
"Siapa?" tanya
Clara.