Part 33
"Ini Aji juga mau lamar
Clara. Kan dulu sempat mau dijodohin sama Aji. Kebetulan Ajinya cocok begitu
liat Clara jadi mau sekalian dihalalin," ucap pak Farhat Ayah Aji yang
merupakan juragan beras.
"Apa?" sahut Caca,
Bara, dan Clara lagi.
"Loh ada Pak Bara
juga," ucap mama Indah saat melihat Bara "Duh bisa kebetulan gini ya
pas keluarga besarnya Clara kumpul. Tuh lihat calon Kakak iparmu," sambung
mama Indah sambil menyenggol Farid dan melirik tajam keluarga Aji.
Sialan. Calon Kakak ipar
katanya? Ni emakemak gue bakar lama-lama! Batin Bara kesal.
"Bentar bentar ini pada
mau lamar Clara semua?" tanya Adam menengahi.
"Iya Om," jawab
para perwakilan kompak.
"Eh buset! Gila lo! Elu
ngapain lamar calon bini gue?" bentak Bara tak terima sambil menggenggam
tangan Clara.
"Clara juga calon bini
gue!" jawab Farid dan Aji bersamaan.
Clara hanya menatap para pria
yang akan melamarnya ini dengan tatapan bingung.
"Loh kok ada rame-rame?
Clara mecahin kaca rumah orang lagi ya?" tanya Fajar yang baru pulang lalu
memarkirkan mobilnya dan melihat kerumunan orang di depan rumahnya yang tampak
rapi "Clara!" panggil Fajar lalu menarik Clara masuk rumah.
Clara hanya nurut saja dengan
ayahnya dan mengikutinya masuk rumah.
"Kamu gak bakar mobilnya
pak Farhat kan?" tanya Fajar yang langsung dijawab Clara dengan gelengan
kepala.
"Masitu rombongan pada
mau lamar
Clara!" ucap Caca panik.
"Hah?" ucap Fajar
spontan.
***
"Dah lah dek. Dek, kamu
kan dah tua keliatan jomplang kalo sama Clara. Mundur aja lah," sindir
tante Yuni pada Bara "Clara itu cocoknya ya sama ponakan saya si Aji.
Lulusan Kairo," sambungnya lagi.
"Lulusan Kairo kok
nganggur!" sindir mama Indah "Mending juga Clara sama anak saya,
muda. Bentar lagi jadi dosen," sambung mama Indah.
Bara yang jengah mendengar
tiap ucapan para ibu-ibu yang saling sindir untuk mendapatkan Clara memilih
masuk duluan ke rumah Clara bersama keluarganya yang hanya berempat dan tanpa
full keluarga besar.
"Kak Clara keren ya
banyak yang suka," ucap Lisa yang asal nyeletuk "Untung dah dilamar
duluan sama KaKak," sambung Lisa membanggakan Kakaknya yang disudutkan
setelah orang-orang tau kalau Kakaknya juga memiliki niat yang sama dengan para
pelamar tersebut.
"Lisa, sayang jangan
menegaskan yang sudah fakta ya nak," ucap Anna yang ikut membela Bara
dengan sindiran halusnya karena terpancing situasi yang memanas.
"Bunda!" ucap Adam
penuh penekanan untuk menegur istrinya yang terpancing emosinya.
***
Akhirnya setelah Clara
bersiap-siap sekenanya dan rumah yang disiapkan dadakan akhirnya pertemuan dari
tiga keluarga calon pelamar Clara berkumpul.
"Jadi begini pak bu.
Anak saya ini cuma satu. Karena yang mau lamar langsung tiga gini jadi agak gak
enak kalo mau nolak," ucap Fajar setelah lama diam dan hanya mendengarkan
ucapan basa-basi para wali.
"Gak, gak bisa gini.
Clara udah fix sama aku, ya kan Cla," ucap Bara langsung to the point.
"Sampeyan ini kan udah
tua, bisa cari yang lebih dewasa. Lagian apa gak kasihan sama Clara yang
terlalu muda," ucap mama Indah tidak terima.
"Ya karena saya labih
tua dari dia, jadi saya yang lebih baik sama Clara. Saya kenal Clara dari
balita sampai sekarang, saya kenal Clara dari luar dalam, dari jelek sampai
membaik kayak sekarang, dari candu sampai cantik berkat saya."
"Tetap aja kamu jarak
umurnya terlalu jauh sama Clara!" sindir mama Indah yang memotong ucapan
Bara.
"Udah lah ma mundur
aja," bisik Farid pada Mamanya.
"Saya mapan, dewasa,
cakep. Apa kurangnya?" tanya Bara menyombongkan diri.
Semua keluarga para pelamar
sukses dibuat geram.
"Udah gini aja,"
putus Bara saat melihat suasana yang memanas "Clara, Clara suka sama
siapa?" tanya Bara pada Clara.
Clara langsung menggenggam
tangan Bara dan menatap matanya serius.
"Clara suka Kak Bara?"
tanya Bara sambil mengeratkan genggaman tangannya.
Clara langsung mengangguk.
"Clara sayang Kak Bara?"
tanya Bara lagi.
Clara langsung mengangguk
lagi, Bara langsung mengecup punggung tangan Clara.
"Clara cinta sama Kak Bara?"
tanya Bara.
Lagi-lagi Clara hanya
mengangguk lalu menunjukkan cincin pemberian Bara yang lama melingkar di
jarinya.
"Clara mau nikah sama Kak
Bara gak?" tanya Bara lembut tapi penuh penekanan.
Clara langsung mengangguk
dengan cepat.
"Jawab pakek mulut dong
Cla. Biar pada denger dari awal kamu punya siapa," perintah Bara sambil
mengelus pipi Clara lembut.
"Mau, aku mau,"
jawab Clara cukup lantang dan hanya menatap Bara.
"Oke sekarang Kak Bara
tanya lagi ya. Clara punya siapa?" tanya Bara.
"Clara punya Kak Bara,"
jawab Clara tanpa ragu dan hanya menatap Bara.
Bara langsung menggeser
duduknya lalu menunjuk bibirnya yang tersenyum penuh kemenangan.
Tanpa perintah secara lisan
Clara langsung mengecup bibir Bara.
"Dah liat kan? Masih mau
ngotot?" tanya Bara lalu menatap para tamu setelah memamerkan
keberhasilannya memiliki Clara, meskipun belum resmi.
Tanpa salam keluarga besar
pak Farhat langsung pergi dari rumah Clara. Sementara mama Indah langsung
menangis kesal dan emosi.
"Tega-teganya kamu
manfaatin anakku! Kamu suruh antar jemput! Sekarang kamu tinggal! Dasar gak tau
diri!" makinnya dengan kesal.
"Aku gak minta, dia yang
paksa. Aku gak pernah mau sama dia. Dari awal, ku kira Farid tulus mau jadi
temenku kayak Bob. Taunya gini," jawab Clara membela diri.
Plak!
Tamparan kuat dilayangkan
mama Indah pada pipi mulus Clara hingga sudut bibirnya terluka.
Semua orang terkejut melihat
reaksi mama Indah. Bahkan Farid dan keluarganya juga kaget dibuatnya. Sedangkan
Bara langsung bangun untuk melindungi Clara dari amukan mama Indah yang
terlihat sifat aslinya. Caca langsung berjalan mendekat ke arah mama Indah
dengan penuh emosi, sebelum suaminya atau Bara yang turun tangan.
"Apa? Gak terima anakmu
ku tampar?" tanya mama Indah menantang Caca.
"Pintu keluar di sebelah
sana. Saya berusaha mengerti bagaimana perasaanmu. Jadi sebelum anakmu itu
makin malu sebaiknya kamu pergi," usir Caca dengan angkuh.
Anna dan Adam tak berani ikut
campur tangan dan hanya diam sambil mengamankan
Clara. Lisa juga dari tadi
sudah diamankan duluan di kamar Clara agar tidak terkontaminasi kemarahan para
pelamar tadi.
Dengan berat hati keluarga
Farid akhirnya pergi dari rumah Clara. Mama Indah masih sangat terlihat tidak
terima dengan keputusan Clara dan keluarganya.
***
"Gimana?" tanya
Bara pada Clara yang tengah mengompres sudut bibirnya yang luka dan memar.
"Memar, perih,"
jawab Clara lalu memejamkan matanya.
"Ck jadi gak bisa cium
dong," kesal Bara dengan manja lalu mengelus pipi Clara.