Part 18
Tangis bayi menggema
dimana-mana, tangis yang penuh rasa sakit. Berbeda dari biasanya yang hanya
menangis karena butuh perhatian.
Matanya terpejam cukup lama
setelah seminggu melihat dunia. Perlahan mata kecil yang tertanam pada tubuh
mungil nan ringkih itu terbuka. Matanya memerah dengan pupilnya yang berubah
jadi abu-abu.
"Adekku kenapa?"
tanya Bara yang baru saja datang setelah memaki bayi kecil yang kini menjadi
adiknya.
Semua orang diam. Panik,
cemas, khawatir sangat terpancar dari Adam dan Anna yang terus mengawasi bayi
kecil mereka.
"Kak Rey! Adekku
kenapa?" tanya Bara lagi pada Kakaknya.
Rey diam saja. Wajahnya
perlahan murung. Senyumnya yang selalu terkembang di wajah chubbynya kini
hilang.
Bara melihat sekeliling.
Menatap Bundanya yang mulai menangis, menatap ayahnya yang mulai menangis dan
marah, lalu Kakaknya yang ikut menangis.
"Adikku gapapa
kan?" tanya Bara yang mulai menangis.
Rey langsung memeluknya erat,
berusaha menguatkan Bara meskipun ia sendiri perlu dikuatkan.
Tak berselang lama dokter
datang. Pemeriksaan pada bayi yang bahkan belum genap sebulan itu. Semua tegang
menunggu hasil diagnosa yang jelas buruk hasilnya.
Tak jelas apa yang
disampaikan. Yang jelas hasilnya cukup untuk menghancurkan hati orang tua Bara,
terutama Bundanya. Anna menangis keras, sejadi-jadinya. Anna bahkan tak pernah
sehisteris itu sebelumnya.
"Kalo aja kita jagain
adek dengan benar pasti gak kayak gini," ucap Rey pelan.
"KaKak, Kakak kenapa gak
suka Lisa? Kenapa Kakak gak jaga aku?" pertanyaan Lisa menggema
dimana-mana.
Bara diseret menembus ruang
waktu. Diperlihatkan bagaimana adiknya tumbuh berbarengan dengan dirinya.
Tiap kesulitan Lisa terus
terulang di ingatannya. Pertanyaan-pertanyaan sederhana Lisa, mimpi dan
cita-citanya. Semua terngiang kembali.
Belum usai suara indah Lisa
mengalun bagai hipnotis. Dengkingan hebat terdengar sangat keras di telinga.
“KaKak, aku pengen jadi
Princess Lisa,” pinta Lisa.
Tersentak. Bara langsung
bangun dengan keringat dingin yang bercucuran.
"Masih malem,"
gumam Bara saat melihat jam dilayar ponselnya lalu kembali tiduran.
"Bara!" panggil Rey
yang sedikit membentaknya.
"Apa kak?" sahut
Bara.
"Kamu kenapa ngigau
nangis?" tanya Rey yang sudah nyelonong ketika membangunkan Bara.
"Gapapa kak. Bad
dream," jawab Bara lalu membuka matanya. Melihat tubuh Kakaknya yang penuh
ciuman dan cakaran.
Bangsat! Jadi inget sama
Clara! Maki Bara dalam hati ketika melihat bekas bercinta yang ada di tubuh Kakaknya.
"Lisa?" tebak Rey.
Bara hanya mengangguk lalu
memiringkan posisi tidurnya.
"Itu bukan salahmu dek.
Jangan bikin kamu menderita sendiri," ucap Rey lalu mengelus rambut
adiknya "Kamu masih cari pendonor?" tanya Rey .
Bara menggeleng pelan dengan
alis yang bertaut.
"Aku mau Lisa bisa liat
aku. Tapi aku yakin Lisa gak mau lihat kalo caranya kayak gitu," pesan
Rey.
"Iya aku tau Kak,"
ucap Bara lalu memejamkan matanya.
"Berdoa dulu sebelum
tidur," pesan Rey lalu keluar dari kamar adiknya.
Bara tak menjawab, ia hanya
menatap ke langit-langit kamarnya sambil menenangkan pikirannya dan perlahan
mulai terlelap.
Tapi belum juga ia
benar-benar terlelap. Pikirannya kembali melayang mengingat bagaimana wajah
Lisa saat bayi hingga saat ini.
Hingga akhirnya Bara
memutuskan untuk ke kamar adiknya.
"Sa," panggil Bara
lalu duduk di tempat tidur adiknya.
"Ini siapa?" tanya
Lisa serak.
"Geser," ucap Bara.
"Kakak ngapain di sini?
Sempit tau," Omel Lisa yang jadi bangun gara-gara Bara.
"Biasa," jawab Bara
lalu tidur di samping Lisa.
"Kakak tu kalo penakut
jangan nonton film serem. Kan jadi aku yang repot," ucap Lisa menasehati
Bara lalu kembali tidur.
Yang bikin mimpi buruk itu
kegagalanku jagain kamu dek. Batin Bara lalu memeluk Lisa dan mulai tidur
setidaknya lebih tenang saat bersama Lisa.
***
Pagi menjelang siang. Bara
masih terlelap di kamar adiknya sementara Lisa sudah mandi dan menemani Aya di
ruang TV.
Hana yang tengah mengandung
sedang berenang bersama Rey dan Bundanya di halaman belakang. Sedangkan Adam
tengah mengurus Leo dan mengawasi Aya juga Lisa.
"Kak Bara! Ssttt… Kakak!"
ucap Lisa yang di minta membangunkan Kakaknya.
"Hmm?" sahut Bara.
"Dicari Om Fajar,"
jawab Lisa.
"Hah? Ayah mertua?"
sahut Bara yang langsung bangun.
"Ayah mertua? Kakak mau
nikah ya?" tanya Lisa sedikit sedih.
"Iya sama Kak Clara.
Jadi kalo di sini nanti jadi rame Sa. Ada Kak Hana, Kak Clara juga," jawab
Bara lembut.
"Nanti Kakak lupa
aku," ucap Lisa sedih.
"Enggak lah. Kan kamu
kesayangan KaKak," jawab Bara lalu memeluk Lisa.
"Janji?" tanya Lisa
sambil mengacungkan kelingkingnya.
"Janji princess,"
jawab Bara lalu mengajak adiknya keluar "Om Fajar ke sini sama siapa
dek?" tanya Bara.
"Sama tante Caca, sama Kak
Clara," jawab Lisa lalu pergi menemui Clara yang tengah bermain dengan
Aya.
Sementara Bara cepat-cepat ke
kamar untuk mandi dan bersiap menemui camernya.
"Aku suka tante
Clara," ucap Aya lalu mengecup kening Clara.
"Aku juga. Sayang
Aya" jawab Clara lalu menggelitiki perut Aya.
"Om Bara!" pekik
Aya lalu langsung berlari ke arah Bara dan melompat-lompat kecil minta
digendong.
Deg…deg…deg…
Duh gatel mulutku buat cium keningnya
Clara ini. Kok jadi gini sih aku sekarang? Ini cuma nafsu. Kayak biasanya.
Batin Bara menguatkan diri lalu menggendong Aya dan mengecup pipi chubbynya
sebagai ganti mengecup kening Clara.
"Pagi Cla," sapa
Bara lalu menggendong Aya ke ruang tamu untuk menemui Fajar dan Caca sebelum ia
menatap Clara lebih lama lagi.
Kak Bara kenapa ya? Apa aku
salah? Apa aku terlalu gak menarik? Perasaan kok dia ngindarin aku mulu. Gak
chat sih gapapa. Tapi aku ke sini kok gak ditanggepin. Apa aku gak berarti
apa-apa buat Kak Bara? Apa dibatalin aja ya semuanya? Batin Clara sedih lalu
ikut bergabung ke pembicaraan antar Ayah, karena merasa tidak nyaman.
"Bunda Caca,"
panggil Clara pada Bundanya.
"Apa sayang?" tanya
Caca lalu mendekat ke Clara.
"Bunda gini Kak Bara
sama aku. Jadi gini. Aku Kak Bara emm. Gimana ya? Menurut Bunda gimana?"
tanya Clara yang malah kacau.
"Kamu mau ngomong
apa?" tanya Caca yang malah jadi khawatir.
Fajar yang tadinya asik
ngobrol dengan Adam jadi memperhatikan Clara dan istrinya.
"Anu aku sama Kak Bara
itu em. Aku apa diundur aja ya?" tanya Clara.
Caca sangat terkejut
mendengar ucapan Clara. Tak hanya Clara tapi juga Fajar dan Adam jadi ikut
terkejut bukan main setelah mendengar ucapan Clara.
"Hah kenapa?" tanya
semuanya nyaris bersamaan.
Clara hanya menundukkan
kepalanya lalu memejamkan mata erat-erat setelah mendengar reaksi semua orang
tua di hadapannya.
Ya ampun. Aku kudu jawab apa
ini? Batin Clara bingung sendiri melihat reaksi dari ucapannya.