Part 49
Bara benar-benar menuruti
permintaan mertuanya yang mengajaknya ke sana-ke mari. Menghadiri tiap
pertemuan, makan-makan, dan halal bi halal. Bara juga menuruti permintaan
keluarganya sendiri yang ingin mengenal Clara. Baru setelah puas dengan semua
permintaan tiap keluarga Bara baru menyusun rencana untuk bulan madu.
"Mau liburan di
mana?" tanya Clara sambil membersihkan wajah.
"Di Antaraṅga gimana?
Aku sempat jadi brand ambasadornya loh," ucap Bara semangat.
"Kakak cari yang menurut
Kakak aku cocok, aku setuju," jawab Clara lalu memakai lotion.
"Oke," ucap Bara
sambil memesan kamar untuk bulan madunya "Sayang udah minum obat?"
tanya Bara saat Istrinya tiduran di sampingnya.
"Sudah," jawab
Clara lalu mengecup pipi Bara.
"Eh iya besok kita cek
hasil tes mu ya?"
tanya Bara lalu meletakkan
ponselnya di atas laci.
"Iya," jawab Clara
lalu menelusupkan tangannya untuk mengelus-elus perut suaminya.
"Aku beli peralatan
kuliah kapan kak?" tanya Clara.
"Peralatan kayak apa
yang kamu mau? Buat buku kan bisa pakek punya ku," jawab Bara lalu
menyelimuti Istrinya.
Clara hanya tersenyum
mendengar ucapan suaminya dan mendengarkan tiap rencana ajaib suaminya saat
bulan madu nanti.
"Besok acaramu cuma
tidur, makan, perawatan aja loh Cla. Pokonya aku mau bulan madu dua minggu
full. Bodo amat sama kerjaan," ucap Bara lalu mengecup kening Clara.
"Hmm iya," jawab
Clara yang sudah mulai tidur.
Tapi baru juga Clara terlelap
dan Bara yang baru akan menyusul tiba-tiba ponsel Bara berdering hingga
membangunkan Bara dan Clara.
"Siapa?" tanya
Clara yang jadi ikut bangun.
"Bunda, bentar"
jawab Bara lalu menghubungi Bundanya karena telfonnya yang sempat terputus.
Clara hanya mengangguk lalu
kembali tiduran menunggu suaminya selesai menelfon ibu mertuanya.
"Innalillahi," ucap
Bara terkejut "Yaudah besok aku sama Clara ngajak Lisa jalan-jalan aja.
Biar Bunda bisa layat," sambung Bara.
Clara yang mendengar
keterkejutan suaminya jadi kembali bangun dan mendekati suaminya yang masih
menerima telepon.
"Kenapa sayang?"
tanya Clara lalu memeluk Bara dari belakang.
"Temannya Lisa
meninggal," jawab Bara lalu membalikkan badannya untuk memeluk istrinya.
"Innalillahi," ucap
Clara spontan sambil menutupi hidung dan mulutnya dengan tangan kanannya.
"Jadi besok acara kita
jagain Lisa full day. Biar Bunda sama Ayah bisa ke rumah duka," ucap Bara
lalu mengecup kening Clara "Kata Bunda Lisa dapet donor mata,"
sambung Bara dengan sesak hati.
"Alhamdulillah,"
ucap Clara senang.
"Dari Jalu, aku gak
setuju. Tapi Ayah Bunda setuju. Aku gak berani debat," ucap Bara yang
terlihat susah dan sedih.
"Emang kenapa Kakak gak
setuju?" tanya Clara lembut lalu duduk di sofa.
"Ya aku merasa gagal aja
sayang, aku dulu gak bisa jagain Lisa waktu dia lahir sampai ya kamu tau kan
siapa yang jahatin Lisa? Ayahmu waktu itu yang ngurus kasusnya. Aku merasa
gagal Cla. Aku menyesal. Kalo aja dulu aku sayang Lisa kayak sekarang, pasti
Lisa bisa lihat kayak yang lain. Pasti Lisa," jawab Bara panjang lebar dan
tertahan karena sudah tak kuat melanjutkan ceritanya yang begitu menyesal.
"Itu masa lalu kak.
Gapapa Kakak juga dah berusaha kasih yang terbaik buat Lisa. Setidaknya jangan
sampai Kakak menyesal untuk yang kedua kalinya," ucap Clara menyemangati
suaminya yang terlihat sangat menyesal.
Flashback~
Setelah adiknya buta, Bara
jadi mempelajari banyak hal tentang mata dan proses donor mata. Sejak itu Bara
memulai mempelajari bagaimana cara mendapatkan mata untuk adiknya, Bara jadi
mengabaikan sekolahnya. Hingga semua nilainya jeblok tak tertolong dan nyaris
tinggal kelas.
Prihatin dengan nilai sang
anak, akhirnya orangtua Bara meminta bantuan guru privat. Baik dari bimbel
maupun guru yang mengampu di sekolahnya, hingga akhirnya sampai ke Vera. Bara
mempelajari bahasa inggris dengan sangat baik bersama Vera. Teman arisan Bundanya
yang kini jatuh miskin, sejak suaminya sakit-sakitan.
Vera menjanjikan banyak hal
pada Bara yang kerap dipaksa untuk curhat dengannya. Vera menjanjikan akan
mencarikan Bara pendonor untuk Lisa. Asal Bara mau menjadi pemuas nafsunya.
Tak mau ambil pusing Bara
langsung setuju. Toh Vera juga terlihat sexy dan sangat menggoda. Bara yang
masih dipenuhi rasa ingin tau dan jiwa mudanya yang nakal akhirnya setuju.
"Kalo cuma puasin tante
aku mau," ucap Bara sepakat.
Tak mau ambil pusing dan
buang-
buang waktu, Vera yang sudah
gatel dan ingin segera dijamah mengajak Bara pergi ke sebuah hotel berbintang
dan langsung ditelanjanginya Bara. Bara hanya pasrah, karena ia yakin Vera akan
mencarikan donor untuk Lisa. Bara benar-benar pasrah saat ditelanjangi Vera,
saat Vera mengulum penisnya dan apapun yang dilakukan Vera padanya. Toh Bara
juga merasakan nikmatnya tubuh Vera.
Sejak kejadian itu Bara terus
diminta untuk memuaskan Vera hampir tiap hari. Tiap kali suaminya kerja, tidur
siang bahkan saat suaminya tengah kesakitan Vera tak peduli dan hanya peduli
pada Bara yang memberinya kepuasan luar biasa yang selama ini tak pernah
dilakukan suaminya.
Hingga akhirnya Bara menagih
janji Vera saat Vera sudah sangat ingin dipuaskan Bara. Bukan menjawab Vera
malah membentak Bara dan menghajarnya habis-habisan lalu memaksa Bara dengan
mengikat dua tangan dan kakinya.
Tak ingin membuang waktu,
Vera yang menunjukkan sikap aslinya langsung merangsang
Bara dengan sangat buas lain
dari biasanya. Lalu Vera kembali memakai tubuh Bara untuk memuaskannya.
Vera terus menghajar dan
memarahi Bara tiap kali Bara menagih janjinya tentang mata untuk Lisa. Tak
habis akal. Vera akhirnya memvideokan tiap kali ia berhubungan intim dengan
Bara. Baik yang pemaksaan atau yang suka rela.
Bara tak pernah bisa lepas
dari Vera yang terus mengancamnya. Hingga akhirnya Vera hamil anak dari
hubungannya dan Bara yang baru masuk SMA. Bara terkejut bukan main saat tau
kalau Vera hamil, tapi di sisi lain ia juga senang dan merasa harus bertanggung
jawab pada Vera.
"Jangan digugurin, aku
mau tanggung jawab," ucap Bara yakin.
"Dia anak haram! Kita
gak bakal nikah karena anak haram yang menjijikkan ini!" ucap Vera kesal
lalu memukuli perutnya yang hamil dua bulan.
"Pukul saya! Lampiaskan
ke saya saja tante. Jangan dia," tahan Bara sambil menggenggam tangan
Vera.
Vera menangis sejadi-jadinya.
Bara langsung memeluknya erat sambil mengecup keningnya.
"Bara! Vera! Apa-apaan
kalian ini!" bentak Pramono, suami Vera yang pulang lebih awal.
Bara langsung melepaskan
pelukannya pada Vera. Sejak kejadian terciduknya hubungan gelap Bara dan Vera,
bara benar-benar menjauhi Vera meskipun ia tetap mengkhawatirkan kondisi janin
dalam kandungan Vera.
"Bara tolong berhenti.
Jangan khawatirkan aku lagi. Aku akan menghapus semua video itu dan kita anggap
impas. Aku gak mau hubunganku sama Bundamu dan suamiku hancur. Jadi kita sudahi
saja semuanya," ucap Vera yang menemui Bara di kafe tempat
Bara sangat terpukul dengan
keputusan sepihak dari Vera. Bukan hanya karena dibuang Vera, tapi juga karena
janji manis Vera jadi hilang begitu saja dan dianggap impas. Bara tentu tidak
terima. Selain Vera yang langsung mengaborsi kandungannya tiga hari setelah
berpisah dari Bara, Bara juga harus dipusingkan dengan pencarian pendonor untuk
Lisa.
Dengan rasa marah dan sakit
hati yang mendalam Bara mulai tebar pesona, dan memanfaatkan paras tampannya
untuk memikat hati semua wanita di sekolahnya. Bara juga memfokuskan untuk
mendapatkan nilai baik setelah ia terlena pada cinta dan nikmat tubuh Vera.
Bara benar-benar berubah.
Tidak ada rasa sesal, belas
kasih, cinta, sayang, rindu, percaya, dan peduli selain pada keluarganya. Bara benar-benar
bagai serigala kelaparan yang dilepaskan dalam gerombolan domba. Bara berusaha
dengan sungguh-sungguh agar dapat nilai tertinggi dan bisa masuk ke kampus
tempat Kakaknya dulu mengenyam bangku S-2 . Bara menjadi idola di kampusnya.
Dari senior, junior, hingga teman angkatannya hampir semua terpesona padanya.
"Bara, aku cinta
Bara" ucap entah wanita keberapa yang menyatakan cintanya pada Bara.
Dan Bara selalu menerima
semua perasaan tiap wanita yang menyatakan perasaannya.
"Tapi janji ya. Mau
kasih apa saja yang aku minta," ucap Bara sebelum menerima tiap perasaan
wanita-wanita itu.
"Tentu," jawaban
bodoh tiap wanita yang terlanjut jatuh hati pada Bara, baik karena tampang atau
sikapnya yang gentle man atau karena keduanya.
"Cium aku," ucap
Bara menyampaikan permintaan pertamanya yang langsung diberi dengan suka rela.
Bara selalu memberikan senyum
manisnya pada tiap wanita yang menurutinya. Dari hanya cium hingga peluk, dari
hanya sekedar peluk hingga hubungan intim, lalu tanpa sadar dipaksa
menandatangani kontrak perjanjian untuk donor mata.
Lalu dengan lemah lembut dan
penuh keromantisan Bara memintanya untuk pemeriksaan kesehatan. Tapi bila Bara
menemukan ketidaksesuaian pada matanya. Bara akan langsung membakar kontraknya
dan membuang wanita itu, lalu hanya akan mempertahankan hubungannya dengan
wanita yang cocok dengan kondisi mata Lisanya.
Bara mempertahankan
hubungannya meskipun ia sudah muak dan selalu siap untuk membunuh wanita yang
dipertahankannya agar dapat segera mencongkel mata indahnya. Semua hubungan
asmara Bara hanya demi mata. Mata dan mata. Tidak ada yang lain. Tapi semua
berakhir juga pada akhirnya saat Bara bertemu dengan Tina lalu Via. Dengan
ketulusannya Tina yang tau apa tujuan Bara malah mengajukan diri untuk
mendonor. Tapi sangat disayangkan Tina memiliki tumpor payudara yang membuat
Bara berpikir dua kali untuk memakai matanya.
Belum puas sampai di situ,
Bara yang akan memakai mata Via tiba-tiba saja ditinggalkan Via.
Dengan masih memberikan
undangan pernikahannya. Untuk pertama kalinya setelah Bara ditinggalkan Vera
dan petualangannya, Bara ditinggalkan. Tapi rasanya saat itulah saat-saat Bara
kembali jadi dirinya sendiri.
Saat ia dijodohkan dengan
Clara Maulidia Fajariyah, anak dari teman ayahnya. Bara juga memperlakukan
Clara sama seperti wanita lain bahkan lebih kasar dan menghinanya. Selain
karena Clara yang nakal, saat itu. Bara juga membencinya karena tubuhnya yang rusak
dan tak mungkin Bara bisa mencongkel matanya yang ternodai alkohol dan kokain
juga nikotin.
Tapi siapa sangka Bara malah
jatuh cinta pada Clara setelah ia memperkosa Clara. Bara menyesal dan jatuh
cinta pada Clara karena senyum manis Clara. Meskipun Bara telat menyadarinya.
Bahkan Bara juga masih tak
percaya bila ia sangat-sangat mencintai Clara. Hingga sikap posesifnya muncul
dan enggan sedikit pun membiarkan Clara jauh dari pengawasannya. Bara juga
melupakan masalah mata untuk Lisa karena sudah pasrah dan ikhlas dengan apa
yang terjadi.
Meskipun begitu Bara selalu
khawatir bila Clara tidak mencintainya atau Lisa tetap tak bisa melihatnya.
Flashback off~
"Kakak jangan ngelamun
lama-lama ah. Ayo bobo," ucap Clara membuyarkan lamunan Bara lalu mengecup
pipinya.
"Clara gak ninggalin aku
kan?" tanya Bara spontan.
"Ninggalin Kakak gimana?"
jawab Clara yang malah balik tanya karena heran sambil menarik tangan Bara agar
berdiri dan mengikutinya ke kamar.
"Jawab yang bener
Clara," renggek Bara kesal sambil mengikuti Clara.
"Aku gak akan ninggalin
suamiku ini kecuali Allah yang manggil," jawab Clara lalu tiduran di
samping Bara dan kembali ke posisi awalnya yang berada dalam pelukan hangat
Bara.
Bara hanya mengangguk lalu
masih meluk
Clara erat-erat.
"Sudah Kak bobo. Besok
ada acara sama Lisa kan," ajak Clara lalu mengecup bibir Bara "I love
you my perfect husband," bisik Clara.
Bara langsung tersenyum
sumringah setelah mendengar bisikan romantis Clara yang menyingkirkan semua
perasaan negatifnya.
"I know that,"
jawab Bara lalu tidur bersama Clara.
***
Bara terlihat lebih baik dari
semalam, terlebih saat ia melihat Clara yang masih di sampingnya dan masih
terlelap. Tapi belum lama ia memandangi wajah damai Istrinya yang terlelap
dering ponsel dan bel apartemennya sudah bersaut-sautan.
Siapa yang datang pagi-pagi
begini. Batin Bara kesal lalu mengangkat panggilan masuk di ponselnya sambil
berjalan untuk membukakan pintu apartemennya.
"Kakak!" pekik Lisa
semangat.
"Om Bara!" pekik
Aya ikut-ikutan lalu memeluk Bara minta digendong.
Bara langsung menggendong
keponakannya sementara Lisa langsung nyelonong masuk ke kamar Bara.
"Bunda titip ya. Nanti
diajak aja ke rumah Kakakmu kalo kewalahan," ucap Anna pada putranya lalu
memeluknya sebentar.
"Lisa, Bunda langsung
ya. Lisa sama Kak Clara sama Kak Bara ya," ucap Anna sambil berjalan masuk
ke dalam.
Bara hanya mengangguk patuh
pada perintah Bundanya, lalu mengikuti Bundanya masuk ke dalam bersama Aya yang
akhirnya minta diturunkan dan ikut dengan Lisa yang mengganggu Clara. Beruntung
semalam Clara dan Bara tidak melakukan hubungan intim, setidaknya tidak ada
kepanikan pagi hari karena inspeksi dari Bunda, adik dan keponakannya
sekaligus.
"Kamu jarang gituan sama
istrimu ya," bisik Anna pada Bara.
"Bunda apaan sih,"
sahut Bara yang jadi salah tingkah.
"Oh iya Bunda tadi bikin
ini," ucap Anna sambil menunjukkan roti isi buatannya dan soto ayam dengan
banyak toge "Yang soto buat Clara biar subur sstt," sambung Anna yang
masih ingin menggoda putranya.
"Bunda ya ampun,"
ucap Bara yang malu sendiri.
"Bunda nanti aku mau
nginep sama Kak Clara. Bunda jemputnya besok aja ya," ucap Lisa lalu
memeluk Bundanya diikuti Aya.
"Iya gapapa," jawab
Anna lalu mengecup kening Lisa "Oh iya Bunda titip cucunya Bunda juga loh Kak,"
ucap Anna pada Bara lalu mengecup pipi Bara yang tengah sarapan.
"Kamu gak bangunin Kak Clara?"
tanya Bara pada Lisa sambil membantu Aya yang ingin ikut makan bersamanya.
"Kak Clara anget. Jadi
gak di bangunin ," jawab Lisa lalu duduk di samping Aya.
"Loh menantunya Bunda
sakit?" tanya Anna lalu masuk ke kamar Bara dan mendapati Clara yang sudah
bangun dan tengah merapikan tempat tidur.
"Eh Bunda," ucap
Clara sedikit terkejut lalu menyalami ibu mertuanya.
"Badanmu agak angetan.
Apa gapapa kalo nanti jagain Lisa sama Aya?" tanya Anna lalu merangkul
Clara ke ruang makan.
"Gapapa Bunda jangan
khawatir," ucap Clara lembut .
"Yaudah lah ya Bunda
duluan. Kasihan Ayah dah kelamaan nunggu," ucap Anna lalu menyalami anak,
cucu, dan menantunya dan pergi meninggalkan apartemen Bara.