Part 44
Bara yang terus mendengar
tangis dan janjijanji Clara, akhirnya melunak dan sudah tidak semarah tadi.
"Kak aku minta
maaf," ucap Clara sambil menangis berjalan mengikuti Bara.
Tanpa menjawab permintaan
maaf dari Clara, Bara langsung menggendong Clara di bahunya layaknya sedang
memikul karung beras.
"Diam," perintah
Bara lalu membawa Clara masuk ke dalam kamar lalu menurunkan Clara di tempat
tidur.
"Aku minta maaf,"
ucap Clara yang masih saja meminta maaf.
Kasian banget istriku ini
sampek kayak gini. Batin Bara sambil menyeka air mata istrinya yang
berlinangan.
Clara masih saja menangis dan
meminta maaf. Sementara Bara terus memperhatikannya sambil menyeka air matanya
yang mengalir juga menyingkirkan rambut panjang Clara yang berantakan.
Harusnya aku suka liat
istriku lagi sexy gini. Lagi memohon gini. Tapi kenapa aku malah bimbang gini.
Batin Bara bingung.
"Ssstt udah cup. Jangan
nangis," ucap Bara lembut lalu melumat bibir Clara.
Dengan napasnya yang
tersengal Clara mencoba tenang dan patuh dengan suaminya. Clara juga tak berani
membalas lumatan Bara karena takut membuatnya marah lagi. Jangankan melumat,
memeluk saja Clara tak berani.
Apa aku semenakutkan itu
sampai Clara gak berani pegang sama liat aku. Batin Bara sedih setelah
melepaskan lumatannya.
"Sayangku kamu jangan
pernah sekalipun jangan pernah. Buat mencoba bikin suamimu ini cemburu,"
ucap Bara dengan tatapannya yang lembut dan memaksa Clara untuk menatap
matanya.
"Iya Kak aku gak gitu
lagi," ucap Clara patuh pada suaminya.
"Kamu hari ini banyak
bikin salah dah tau?" tanya Bara lembut lalu tiduran di samping Clara.
Clara hanya mengangguk dengan
wajahnya yang tertunduk dan tersembunyi di dada bidang Bara.
"Kamu tau gak Aku gak
suka kalo kamu gak ngakui aku jadi suamimu?" tanya Bara sambil mengelus
punggung Clara yang sudah telanjang dan hanya terhalang bra yang akan dilepas
Bara.
Clara hanya mengangguk pelan
dengan wajah tertunduk.
"Tadi siapa yang lepasin
kamu?" tanya Bara lembut sambil menarik bra yang di pakai Clara hingga
terlepas.
"Bunda Anna," jawab
Clara pelan.
"Kan kamu telanjang.
Terus Bunda gimana?" tanya Bara pada istrinya sambil menariknya agar
menungging lalu melepaskan celana dalam yang dipakai Clara.
"Bunda masuk terus
marah-marah liat posisiku waktu itu. Padahal aku dah jelasin, baru mau bilang
kalo Kakak lagi cemburu. Bunda dah pergi duluan," cerita Clara singkat
sambil menungging dan membiarkan suaminya mencumbu tiap jengkal tubuhnya.
"Terus kenapa kamu
keluar kamar cuma pakek bikini sama selimut?" tanya Bara sambil menampar
pantat Clara lalu mengelusnya hingga Clara mendesir dan terus mengulanginya
kembali hingga pantat Clara memerah.
"Biar gak salah
paham," jawab Clara yang dari tadi menahan sakit dan gairahnya karena
siksaan suaminya.
"I want a baby,"
pinta Bara pada Istrinya sambil berbisik di telinganya.
Clara hanya diam. Jantungnya
berdetak kencang, air matanya keluar begitu saja.
"Kenapa?" tanya
Bara saat melihat reaksi istrinya yang tidak sesuai apa yang ia harapkan.
"I can't," jawab
Clara dengan suaranya yang bergetar.
"Why? " tanya Bara
lalu melepaskan tangannya dari tubuh Clara.
"Kakak kita cerai saja.
Kamu cari istri baru saja," ucap Clara dengan air matanya yang terus
mengalir.
"Gak! Gak ada cerai, gak
ada pisah buat kita! Aku gak mau cerai dari Clara!" sanggah Bara cepat.
"Aku gak bisa kasih Kakak
bayi. Aku gak bisa hamil kak. Gak mungkin. Kalo pun mungkin itu sangat
sulit," ucap Clara menjelaskan pada Bara "Sayang, Kak Bara, suamiku.
Kamu sehat. Kamu harusnya punya istri yang sepadan. Bukan aku," sambung
Clara yang terduduk berhadapan dengan Bara.
"Kamu kenapa sayang?
Kenapa jadi gini?" tanya Bara bingung lalu menarik Clara ke dalam
pelukannya.
Ada kista di rahimku kak.
Kalo saja mulutku ini lebih awal cerita. Kalo saja aku tidak takut dokter.
Pasti sekarang aku sudah hamil muda. Batin Clara yang menangis dalam dekapan
suaminya.
"Sssttt jangan sedih
gapap kita bisa obati. Kita bisa bayi tabung. Udah Cla banyak jalan buat dapat
bayi. Jangan sedih," hibur Bara meskipun ia tidak tau apa yang ditangisi
istrinya.
Clara hanya menggeleng pelan,
bahkan mulutnya kelu sendiri karena tak mampu mengucapkan apa yang sebenarnya
terjadi pada Suaminya.
***
Pagi menjelang, Bara bangun
lebih awal. Dilihatnya Clara yang masih tertidur dalam dekapannya dengan
tubuhnya yang penuh kiss mark dari Bara.
"Istriku, kamu kenapa
sayang? Apa kamu gak bahagia sama aku?" gumam Bara menanyai istrinya yang
masih terlelap.
Bara benar-benar dipusingkan
karena Clara dan apa yang ditangisinya semalam.
"Kamu ini bikin
perasaanku kacau. Kamu bikin aku jungkir balik tanpa sebab. Sekarang kamu
kenapa?" tanya Bara lagi pada istrinya lalu memeluknya erat.
Aku cuma cinta sama Clara.
Aku gak mau ganti cewek lain. Aku cuma mau nikah sekali. Sama Clara aja. Batin
Bara yang akhirnya meneteskan air mata melihat Istrinya dan mengingat bagaimana
sedihnya istrinya semalam.
"Enghh Kakak,"
lenguh Clara yang akhirnya bangun.
"Pagi sayang," sapa
Bara lembut lalu mengecup bibir Clara.
Clara langsung bangun dan
mengikat rambutnya lalu mengambil kaos milik suaminya dan mengenakannya.
"Mau makan apa?"
tanya Clara pada suaminya.
"Makan kamu," jawab
Bara menggoda istrinya "Cla kita order aja, kamu cepet mandi. Nanti
siap-siap pergi," ucap Bara memerintah Istrinya.
"Ayo," ajak Clara
yang melepas kaos milik
Bara lagi.
"Ayo?" tanya Bara
heran.
"Ayo mandi. Biar bisa
sarapan bareng," ajak Clara dengan manja.
Bara hanya tersenyum
mendengar ajakan istrinya tersebut lalu menurutinya.
"Kusiapin dulu
airnya," ucap Clara lalu masuk ke kamar mandi.
"Aku order makan
dulu," ucap Bara yang tidak 100% jujur.
Aku suaminya Clara. Aku harus
tau apa yang bikin Claraku nangis. Batin Bara sambil mengirim pesan pada
dokternya untuk membuat reservasi baru ia memesan makanan.
"Sayang," panggil
Clara yang mengejutkan Bara.
"Ah em iya sayang?"
tanya Bara gelagapan.
"Kamu pesen apa?"
tanya Clara lalu mengecup pipi dan bibir Bara yang masih duduk di tempat tidur.
"Satu morning sex. Aku
pengen Clara," ucap Bara pada istrinya lalu menariknya untuk kembali
bergulat di tempat tidur lagi.