0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 45

Part 45-1

Usai mandi bersama dan sarapan, Bara dan Clara langsung pergi dari hotel dan langsung menemui dokter yang sudah janjian dengan Bara.

"Kak kenapa?"

"Kalo kamu bilang gak bisa kasih aku bayi, aku gapapa. Soalnya cuma ada dua kemungkinan. Kamu sakit atau kamu gak cinta aku," ucap Bara memotong ucapan Clara yang tak sempat bertanya sambil berjalan di lobi rumah sakit.

"I love you,"

"I know," potong Bara lagi yang terus berjalan sambil menggandeng tangan Clara erat-erat.

Clara hanya diam dan pasrah mengikuti suaminya yang menggandeng tangannya.

Mungkin ini yang terbaik biar Kak Bara tau. Biar bisa cari jalan keluarnya. Batin Clara.

Clara mengikuti tiap rangkaian pemeriksaan didampingi suaminya yang selalu menemaninya dan menggenggam tangannya erat. Hingga dokter akhirnya memberikan fonis pada Clara.

"Masih bisa diobati. Kistanya ini bakal mempengaruhi kesuburan jadi bakal susah buat punya momongan dalam waktu dekat," jelas dokter Wulan pada Bara dan Clara.

"Kista Ovarium aja kan?" tanya Clara.

"Emm iya benar kista ovarium, tepatnya di jaringan yang melapisi rahimnya. Di endometriumnya. Dengan kata lain ini namanya kista ovarium endimatrioma," jawab dokter Wulan sekaligus menjelaskan pada Clara.

Clara hanya tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca lalu menganggukkan kepalanya.

"Ternyata dah parah ya," ucap Clara dengan senyum hambarnya.

Bara langsung mendekap Clara.

"Ga papa masih bisa diobati. Iya kan dok?" ucap Bara menguatkan Istrinya.

"Iya, masih bisa. Apa lagi ini baru sekitar satu centimeteran masih aman. Insyaallah," ucap dokter Wulan yang ikut menyemangati Clara.

"Berapa persen kemungkinan saya bisa hamil?" tanya Clara dengan suara yang bergetar.

"Kalo sekarang mungkin cuma 40% tapi kita coba lihat dulu aja setelah pengobatan nanti. Klien saya sebelumnya lebih parah bisa sembuh kok mbak. Pasti mbak Clara juga bisa sembuh. Apalagi masih muda," jawab dokter Wulan.

"Pengobatan apa?" tanya Bara.

"Ada tiga macam cara pak. Operasi, enam bulan minum obat atau tiga bulan minum obat lalu operasi," jawab dokter Wulan.

"Apa efek sampingnya?" tanya Bara sambil mempererat dekapannya pada Clara yang hanya diam dengan air mata yang berlinangan.

"Tiap pengobatan tentu ada efeknya ya pak. Tapi kalo saya boleh saran. Saya menyarankan konsumsi obat aja selama enam bulan. Soalnya kalo operasi untuk usia yang masih dibilang cukup muda gitu takutnya malah ada efek buruk buat kondisi rahimnya," jelas dokter Wulan.

"Terus kalo kalo obat?" tanya Clara sambil menegakkan duduknya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Cuma konsumsi obat-obatan aja, efeknya gak haid selama konsumsi obatnya itu," jelas dokter Wulan secara singkat.

Bara dan Clara hanya saling pandang. Memikirkan bagaimana keputusan yang harus diambil nya.

"Aku pilih konsumsi obat saja," jawab Clara mantap dengan keputusannya.

"Nanti hati sama ginjalmu gimana?" tanya Bara yang khawatir.

"Ga papa kak. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," jawab Clara lalu mengecup bibir suaminya.

***

Beberapa hari Clara sudah mulai mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter Wulan. Meskipun Clara sudah terlihat enek dengan obatobatan yang cukup banyak dan harus dikonsumsinya tiap hari. Clara juga memilih tinggal di rumah orang tuanya. Bersama dengan Bara yang ikut mendampinginya.

Caca dan Fajar juga terbuka dan mau menceritakan semua tentang Clara. Hampir tiap pulang tarawih Bara selalu mengobrol dengan Ayah mertuanya hingga menjelang sahur dan baru tidur setelah subuh.

"Kak," panggil Clara pada suaminya yang tengah mengobrol dengan ayahnya.

"Apa Cla?" tanya Bara sambil mendekati istrinya.

"Kakak mau sampai berapa lama sama Ayah terus? Dah tiga hari loh aku bobonya sama Sofia," ucap Clara merajuk pada suaminya.

"Hahaha iya nanti bobo sama Clara," ucap Bara menyanggupi.

"Ayahmu masih suka ngobrol itu sama menantunya itu," sindir Caca pada suaminya.

Bara dan Fajar hanya tersenyum mendengar sindiran Caca.

"Masudah ah jangan nyita Bara terus. Kasian kan sampe dicari istrinya," sambung Caca yang paham kalau putrinya ingin berduaan dengan suaminya.

Clara hanya menunduk malu dengan ucapan Bundanya yang dari tadi mondarmandir menyiapkan bahan masakan untuk sahur nanti.

"Enggak kok gapapa," ucap Bara maklum sambil merangkul pinggang Clara.

"Iya ga papa ini juga aku dah mau bobo di kamar Sofia," ucap Clara mengimbuhi lalu pergi ke kamar Sofia.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Aaaa kangen Kak Bara. Batin Clara lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur sementara Sofia tengah mengurusi online shopnya. "Kok ke sini?" tanya Sofia.

Clara hanya mendengus kesal mendengar pertanyaan Sofia.

"Masih ngobrol sama pakde?" tanya Sofia.

"Menurut el?" jawab Clara yang balik tanya.

Sofia hanya tertawa melihat sepupunya yang jadi uring-uringan sejak tinggal di rumah orang tuanya lagi. Bukan masalah tinggalnya memang, tapi karena suaminya yang selalu dikudeta ayahnya.

"Kamu sama suamimu itu gak kayak

pasangan pasutri tau gak sih? Kamu tu lebih mirip pasangan LDR," ejek Sofia pada Clara yang masih uring-uringan.

"Aku kangen Kak Bara tau gak sih. Dah empat hari ini loh aku bobo sendiri,"

"Eh kan ada aku," potong Sofia meralat ucapan sepupunya.

"Tapi kan bobo sama kamu sama aja kayak sendiri. Aku di atas kamu di bawah," ucap Clara.

Tok tok tok

"Iya?" sahut Sofia saat pintu kamarnya diketuk.

Bara langsung memasuki kamar tersebut.

"Clara ke kamar yuk, kangen," ajak Bara pada Istrinya.

Clara langsung tersenyum sumringah dan berjalan mendekati suaminya. Meninggalkan kamar tamu yang kini jadi kamar milik Sofia lalu pergi bersama Bara ke kamarnya.

Perfect dah gabung juga tu pasangan. Batin Sofia yang melihat Clara sudah lengket kembali dengan suaminya.

***

"Obat dah diminum kan Cla?" tanya Bara yang melepaskan kaosnya dan hanya bertelanjang dada lalu tiduran di samping Istrinya.

"Sudah Kak," jawab Clara lalu mengelus perut sixpack Bara "Aku pengen puasa," ucap Clara meminta persetujuan suaminya.

"Gak usah. Kamu selesaikan dulu aja pengobatannya. Nanti kan bisa bayar fidiyah aja. Ato mau ganti di hari lain juga bias," tolak Bara langsung.

"Aku pengen puasa buat nemenin suamiku," ucap Clara lalu mengecup pipi Bara.

"Gapapa yang penting kamu ada buat nemenin aku makan. Ada tiap aku butuh. Aku dah seneng. Jadi jangan memaksakan diri," nasehat Bara pada Istrinya yang jadi sangat manja sejak ditinggalnya dua hari untuk mengobrol dengan Ayah mertuanya.

Clara hanya menunduk dan patuh pada apa yang diputuskan suaminya.

"Gimana badanmu?" tanya Bara sambil mengelus punggung Clara.

"Baik, normal yah, cuma tau kan efek obat, ngantuk," jawab Clara terbata-bata.

"Aku kangen Clara. Apa bisa malam ini?" tanya Bara lembut.

Clara yang mendengar pertanyaan suaminya, mulai mengelus kejantanannya yang masih tertutup dengan celana dalam dan celana pendeknya.

"Umhh boleh tentu saja," jawab Clara lalu mengecup bibir Bara yang langsung di sambut dengan sangat baik oleh Bara.

Gapapa sakit. Asal suamiku gak melirik yang lain. Asal suamiku puas. Aku bisa. Batin Clara yang tengah dicumbu suaminya.

"Aku kangen KaKak," ucap Clara disela cumbuan Bara yang terhenti.

"Aku tau," jawab Bara lalu melanjutkan cumbuannya.

Part 45-2

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share