Part 45
Usai mandi bersama dan
sarapan, Bara dan Clara langsung pergi dari hotel dan langsung menemui dokter
yang sudah janjian dengan Bara.
"Kak kenapa?"
"Kalo kamu bilang gak
bisa kasih aku bayi, aku gapapa. Soalnya cuma ada dua kemungkinan. Kamu sakit
atau kamu gak cinta aku," ucap Bara memotong ucapan Clara yang tak sempat
bertanya sambil berjalan di lobi rumah sakit.
"I love you,"
"I know," potong
Bara lagi yang terus berjalan sambil menggandeng tangan Clara erat-erat.
Clara hanya diam dan pasrah
mengikuti suaminya yang menggandeng tangannya.
Mungkin ini yang terbaik biar
Kak Bara tau. Biar bisa cari jalan keluarnya. Batin Clara.
Clara mengikuti tiap
rangkaian pemeriksaan didampingi suaminya yang selalu menemaninya dan
menggenggam tangannya erat. Hingga dokter akhirnya memberikan fonis pada Clara.
"Masih bisa diobati.
Kistanya ini bakal mempengaruhi kesuburan jadi bakal susah buat punya momongan
dalam waktu dekat," jelas dokter Wulan pada Bara dan Clara.
"Kista Ovarium aja
kan?" tanya Clara.
"Emm iya benar kista
ovarium, tepatnya di jaringan yang melapisi rahimnya. Di endometriumnya. Dengan
kata lain ini namanya kista ovarium endimatrioma," jawab dokter Wulan
sekaligus menjelaskan pada Clara.
Clara hanya tersenyum dengan
matanya yang berkaca-kaca lalu menganggukkan kepalanya.
"Ternyata dah parah
ya," ucap Clara dengan senyum hambarnya.
Bara langsung mendekap Clara.
"Ga papa masih bisa
diobati. Iya kan dok?" ucap Bara menguatkan Istrinya.
"Iya, masih bisa. Apa
lagi ini baru sekitar satu centimeteran masih aman. Insyaallah," ucap
dokter Wulan yang ikut menyemangati Clara.
"Berapa persen
kemungkinan saya bisa hamil?" tanya Clara dengan suara yang bergetar.
"Kalo sekarang mungkin
cuma 40% tapi kita coba lihat dulu aja setelah pengobatan nanti. Klien saya
sebelumnya lebih parah bisa sembuh kok mbak. Pasti mbak Clara juga bisa sembuh.
Apalagi masih muda," jawab dokter Wulan.
"Pengobatan apa?"
tanya Bara.
"Ada tiga macam cara
pak. Operasi, enam bulan minum obat atau tiga bulan minum obat lalu operasi,"
jawab dokter Wulan.
"Apa efek
sampingnya?" tanya Bara sambil mempererat dekapannya pada Clara yang hanya
diam dengan air mata yang berlinangan.
"Tiap pengobatan tentu
ada efeknya ya pak. Tapi kalo saya boleh saran. Saya menyarankan konsumsi obat
aja selama enam bulan. Soalnya kalo operasi untuk usia yang masih dibilang
cukup muda gitu takutnya malah ada efek buruk buat kondisi rahimnya,"
jelas dokter Wulan.
"Terus kalo kalo
obat?" tanya Clara sambil menegakkan duduknya.
"Cuma konsumsi
obat-obatan aja, efeknya gak haid selama konsumsi obatnya itu," jelas
dokter Wulan secara singkat.
Bara dan Clara hanya saling
pandang. Memikirkan bagaimana keputusan yang harus diambil nya.
"Aku pilih konsumsi obat
saja," jawab Clara mantap dengan keputusannya.
"Nanti hati sama
ginjalmu gimana?" tanya Bara yang khawatir.
"Ga papa kak. Aku
baik-baik saja. Jangan khawatir," jawab Clara lalu mengecup bibir
suaminya.
***
Beberapa hari Clara sudah
mulai mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter Wulan. Meskipun Clara sudah
terlihat enek dengan obatobatan yang cukup banyak dan harus dikonsumsinya tiap
hari. Clara juga memilih tinggal di rumah orang tuanya. Bersama dengan Bara
yang ikut mendampinginya.
Caca dan Fajar juga terbuka
dan mau menceritakan semua tentang Clara. Hampir tiap pulang tarawih Bara
selalu mengobrol dengan Ayah mertuanya hingga menjelang sahur dan baru tidur
setelah subuh.
"Kak," panggil
Clara pada suaminya yang tengah mengobrol dengan ayahnya.
"Apa Cla?" tanya
Bara sambil mendekati istrinya.
"Kakak mau sampai berapa
lama sama Ayah terus? Dah tiga hari loh aku bobonya sama Sofia," ucap
Clara merajuk pada suaminya.
"Hahaha iya nanti bobo
sama Clara," ucap Bara menyanggupi.
"Ayahmu masih suka
ngobrol itu sama menantunya itu," sindir Caca pada suaminya.
Bara dan Fajar hanya
tersenyum mendengar sindiran Caca.
"Masudah ah jangan nyita
Bara terus. Kasian kan sampe dicari istrinya," sambung Caca yang paham
kalau putrinya ingin berduaan dengan suaminya.
Clara hanya menunduk malu
dengan ucapan Bundanya yang dari tadi mondarmandir menyiapkan bahan masakan
untuk sahur nanti.
"Enggak kok
gapapa," ucap Bara maklum sambil merangkul pinggang Clara.
"Iya ga papa ini juga
aku dah mau bobo di kamar Sofia," ucap Clara mengimbuhi lalu pergi ke
kamar Sofia.
Aaaa kangen Kak Bara. Batin
Clara lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur sementara Sofia tengah
mengurusi online shopnya. "Kok ke sini?" tanya Sofia.
Clara hanya mendengus kesal
mendengar pertanyaan Sofia.
"Masih ngobrol sama
pakde?" tanya Sofia.
"Menurut el?" jawab
Clara yang balik tanya.
Sofia hanya tertawa melihat
sepupunya yang jadi uring-uringan sejak tinggal di rumah orang tuanya lagi.
Bukan masalah tinggalnya memang, tapi karena suaminya yang selalu dikudeta
ayahnya.
"Kamu sama suamimu itu
gak kayak
pasangan pasutri tau gak sih?
Kamu tu lebih mirip pasangan LDR," ejek Sofia pada Clara yang masih
uring-uringan.
"Aku kangen Kak Bara tau
gak sih. Dah empat hari ini loh aku bobo sendiri,"
"Eh kan ada aku,"
potong Sofia meralat ucapan sepupunya.
"Tapi kan bobo sama kamu
sama aja kayak sendiri. Aku di atas kamu di bawah," ucap Clara.
Tok tok tok
"Iya?" sahut Sofia
saat pintu kamarnya diketuk.
Bara langsung memasuki kamar
tersebut.
"Clara ke kamar yuk,
kangen," ajak Bara pada Istrinya.
Clara langsung tersenyum
sumringah dan berjalan mendekati suaminya. Meninggalkan kamar tamu yang kini
jadi kamar milik Sofia lalu pergi bersama Bara ke kamarnya.
Perfect dah gabung juga tu
pasangan. Batin Sofia yang melihat Clara sudah lengket kembali dengan suaminya.
***
"Obat dah diminum kan
Cla?" tanya Bara yang melepaskan kaosnya dan hanya bertelanjang dada lalu
tiduran di samping Istrinya.
"Sudah Kak," jawab
Clara lalu mengelus perut sixpack Bara "Aku pengen puasa," ucap Clara
meminta persetujuan suaminya.
"Gak usah. Kamu
selesaikan dulu aja pengobatannya. Nanti kan bisa bayar fidiyah aja. Ato mau
ganti di hari lain juga bias," tolak Bara langsung.
"Aku pengen puasa buat
nemenin suamiku," ucap Clara lalu mengecup pipi Bara.
"Gapapa yang penting
kamu ada buat nemenin aku makan. Ada tiap aku butuh. Aku dah seneng. Jadi
jangan memaksakan diri," nasehat Bara pada Istrinya yang jadi sangat manja
sejak ditinggalnya dua hari untuk mengobrol dengan Ayah mertuanya.
Clara hanya menunduk dan
patuh pada apa yang diputuskan suaminya.
"Gimana badanmu?"
tanya Bara sambil mengelus punggung Clara.
"Baik, normal yah, cuma
tau kan efek obat, ngantuk," jawab Clara terbata-bata.
"Aku kangen Clara. Apa
bisa malam ini?" tanya Bara lembut.
Clara yang mendengar
pertanyaan suaminya, mulai mengelus kejantanannya yang masih tertutup dengan
celana dalam dan celana pendeknya.
"Umhh boleh tentu
saja," jawab Clara lalu mengecup bibir Bara yang langsung di sambut dengan
sangat baik oleh Bara.
Gapapa sakit. Asal suamiku
gak melirik yang lain. Asal suamiku puas. Aku bisa. Batin Clara yang tengah
dicumbu suaminya.
"Aku kangen KaKak,"
ucap Clara disela cumbuan Bara yang terhenti.
"Aku tau," jawab
Bara lalu melanjutkan cumbuannya.