Part 30
Dua hari berselang Bara baru
menerima pesan dari Clara. Bukan karena si Resepsionis tidak mau menyampaikan,
tapi Bara sengaja baru membaca dan menyeleksi tiap pesan masuk setelah dua hari
atau dirasa sudah cukup menumpuk. Itu pun Robi yang mengangkutnya ke ruang
kerja Bara.
'Kak Bara,
aku minta maaf ya. Gara-gara aku Kak Bara dimarahin ayah. Tadi aku ke sini
sebenarnya mau cek Kak Bara, tapi Kak Bara gak ada.. Kalo Kak Bara maafiin ku
tunggu di restoran depan kampus Kakak.
Oh iya aku
coba telepon kamu terus gak bisa-bisa, hp ku juga rusak
Ini lagi
disita Ayah.
Apa Kak Bara
marah sama aku?
Clara ❤'
"Pantes gak bisa
ditelpon," gumam Bara lalu menyimpan surat dari Clara ke dalam buku
catatannya tapi baru saja Bara memasukkannya, Bara langsung mengambil surat
dari Clara lagi dan membacanya berulangkali dengan wajahnya yang sumringah.
"Robi, kamu pergi cari
Claraku sana. Cari jadwalnya bikin jadwal ketemuan," perintah Bara pada
Robi.
"Baik pak," jawab
Robi patuh lalu segera keluar dari ruangan Bara.
Ini apa ngabarin Ayah aja ya.
Batin Bara lalu menyimpan surat dari Clara lagi.
***
Kemarin Kak Bara gak dateng,
apa Kak Bara gak terima suratnya ya? Tapi gimana kalo Kak Bara marah beneran?
Batin Clara galau di kamarnya.
"Clara dicari Farid
nih!" teriak Caca dari bawah.
"Iya bentar," jawab
Clara lalu turun dengan pakaiannya yang cukup formal.
Celana jeans pensil dengan
kemeja putih kebesaran milik Bara yang ketinggalan di rumahnya, rambutnya
diikat ekor kuda dengan telinganya yang tanpa tindik.
"Hai," sapa Clara
"Aku makan dulu ya. Eh kamu dah makan belum? Mau makan bareng gak?"
tanya Clara sambil berjalan ke ruang makan.
"Iya Clara, makasih.
Tadi dah makan kok. Oh iya ini dari mama buat Clara katanya," jawab Farid
sambil memberikan cemilan kripik pedas pada Clara.
"Aduh makasih ya! Ini
kesukaan aku banget!" pekik Clara senang lalu mencicipi kripik buatan mama
Indah lalu mengacungkan jempolnya.
Asik PDKTnya lancar. Bisa
diajak ta'arufan nih. Batin Farid senang.
Tak berselang lama setelah
sarapan, Clara langsung mengambil tasnya dan bersiap pergi kursus diantar Farid
dengan motor maticnya. Bahkan karena Farid tau Clara tak punya helm ia sampai
rela untuk mencarikan pinjaman helm sementara ia menabung untuk membelikan helm
untuk Clara. Maklum belum bekerja.
"Nanti jajan makan siang
di resto depan kampusmu ya. Aku mau download film," ajak Clara.
"Boleh, nanti kalo agak
lama kamu tunggu ya," jawab Farid sambil menyantolkan helm bawaannya tadi.
"Aku langsung ke sana
aja, ketemu di sana," jawab Clara yang diangguki Farid lalu pergi ke
kampusnya.
Asyik! Masih ada potensi
ketemu Kak Bara! Batin Clara senang lalu masuk ke dalam tempat les.
***
"Apa gak ada cewek
lain?" tanya Adam pada Bara.
"Aku dah cocok sama
Clara yah," renggek Bara.
"Itu juga wajahmu jadi
bonyok-bonyok gitu kenapa?" tanya Adam yang memperhatikan wajah putranya.
"Berantem di bar.
Gara-gara mabuk," jawab Bara berdusta.
"Kok bisa?" tanya
Adam spontan.
"Aku kena virus cinta
sama Clara," jawab Bara.
"Hah? Emang ada?"
tanya Adam heran.
"Kata Bundaku ada
yah," jawab Bara santai.
"Emm yaudah terserah,
Ayah gak ikutikutan," ucap Adam pasrah.
Alah paling juga gak tahan
lama-lama amat virusnya biarin aja lah. Batin Adam meremehkan.
"Nanti aku mau ketemuan
sama Clara," ucap Bara.
"Ngapain?" tanya
Adam.
"Mau lurusin dulu
masalahku. Mau kujelaskan semuanya. Lagian Ayah juga jadi marahan sama Om Fajar
gara-gara aku. Kan aku jadi susah sekarang kalo mau makan mi instan," ucap
Bara sambil memainkan game di ponselnya.
"Ayah sih gak masalah
kalo marahan sama Fajar, tapi ya, gitu lah. Kamu jangan terpaksa kalo jalin
hubungan sama Clara. Jangan karena ayah, jangan selingkuh juga. Tina ditinggal
aja," ucap Adam menasehati Bara.
"Iya yah aku tau.
Makannya ini mau ku lurusin," ucap Bara lalu memasukkan ponsel yang baru
saja ia mainkan ke dalam kantung jasnya.
"Yaudah sana Ayah banyak
kerjaan," usir Adam lalu melanjutkan pekerjaannya. "Pergi dulu ya
yah," ucap Bara lalu menyalami ayahnya dan pergi keluar.
***
"Gimana jadwalnya
Clara?" tanya Bara begitu Robi datang.
"Kalo tadi cuma dapet
jadwal les aja. Ini jadwalnya. Selain itu, tadi waktu mau ke sini aku liat
Clara pergi naik ojek ke kampus tempatmu ngajar pak," jawab Robi.
Tanpa ba bi bu lagi Bara
langsung pergi ke sana dengan Lamborghini putihnya.
Pasti Clara masih nunggu!
Batin Bara yakin sambil memacu mobilnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba,
Clara benarbenar ada di sana. Dengan laptop di depannya dan terlihat tengah
menunggu seseorang.
"Clara," panggil
Bara lalu menghampiri Clara.
"Kak Bara?" ucap
Clara terkejut dan senang lalu berdiri dan berlari ke pelukan Bara.
Dengan sangat senang Bara
langsung memeluk erat tubuh Clara. Bahkan Bara beberapa kali mengecup puncak
kepala Clara dengan penuh kasih sayang.
"Kak Bara gak
marah?" tanya Clara yang sudah mulai menangis terharu.
"Enggak Clara aku minta
maaf ya. Ayo kita bicarakan semuanya," ajak Bara pada Clara dengan lembut
lalu mengecup kening Clara.
Clara langsung mengangguk
dengan cepat.
"Aku mau kita bicarakan
di depan ayahmu juga biar gak ada masalah lagi," ucap Bara lalu berjalan
mengikuti Clara yang mengukuti barangbarangnya.
"Clara kamu serius mau
pisah?" tanya Bara sambil memperhatikan Clara yang tengah merapikan
bawaannya.
Clara terdiam lalu duduk
berhadapan dengan Bara.
"Aku sekarang tau
perasaanku gimana. Aku kena virus dari kamu. Jadi kamu juga harus kena virus
ku," ucap Bara lalu menggenggam tangan Clara sembari memperhatikan cincin
pemberiannya waktu itu yang masih melingkar di jari manis Clara.
"Virus apa?" tanya
Clara khawatir.
Jangan-jangan Kak Bara kena
PMS (penyakit menular seksual) duh. Mana dah pernah ML sama Kak Bara lagi.
Gawat ini! Batin Clara khawatir.
"Boleh dikasih tau kalo
ada ayahmu juga aja?" tanya Bara lalu bangun dan membawa tas milik Clara
ke mobilnya dengan tangannya yang tak lepas untuk menggandeng Clara.
Gawat! Gawat! Kalo Kak Bara
bener-bener kena gimana? Jangan-jangan impoten. Gak lah gak mungkin Kak Bara
strong gitu. Apa raja singa? Aduh! Iyuh! Apa jangan-jangan HIV? No! batin Clara
panik dan khawatir.