Part 25
Bara langsung berlari ke
kamar mandi begitu tidak tahan.
"Kak," panggil
Clara pelan.
"Diem! Kerjakan soal
selanjutnya!" bentak Bara dari dalam.
Argh tenang Bara. Tenang.
Bayangkan saja Clara itu Aya. Sabar. Tenang. Tenang. Batin Bara sambil mengatur
napas di depan cermin.
Kenapa Kak Bara selalu marah
sama aku? Aku gak fokus kan gara-gara dia. Aku juga yang disalahin. Jahat.
Batin Clara sedih sambil mengerjakan soal selanjutnya yang tak kunjung selesai
dikerjakannya dari tadi.
Kring kring
Dering ponsel Clara terdengar
nyaring dengan nama Bob Stres di layarnya.
"Halo Bob. Apa?"
jawab Clara.
"Gue pakek baju apa nih
buat ketemu bokap lo?" tanya Bob.
"Lah lu nanya kayak
punya baju aja Bob," jawab Clara lalu tertawa setelah mengejek Bob.
"Serius gue," jawab
Bob santai.
"Ya lu pakek kayak
biasanya aja gapapa," ucap Clara sambil mencorat-coret kertas .
"Ya gak sopan lah
Cla," jawab Bob yang jadi galau.
"Pakek hem aja,"
saran Clara.
"Siapa Cla?" tanya
Bara mengejutkan Clara.
"Hah? Kak Bara!"
pekik Clara kaget lalu reflek mematikan sambungan telfonnya.
Clara beneran serius gak sih
sama aku. Kenapa telfon pakek sembunyi-sembunyi. Batin Bara curiga.
"Tadi siapa?" tanya
Bara lalu duduk di samping Clara.
"Temen," jawab
Clara singkat lalu menutupi layar ponselnya.
Bara hanya mengangkat sebelah
alisnya, penasaran dengan apa yang di sembunyikan Clara.
"Udah dikerjakan?"
tanya Bara mengecek buku Clara.
Aduh! Bakal di Omelin gue.
Batin Clara panik lalu menutup bukunya dan merapikan semuanya.
"Udah aja. Aku lanjut
besok sama Kak Fauzi," jawab Clara lalu membawa semua barangbarangnya ke
kamar tanpa terkecuali ponselnya.
Kenapa lagi ni bocah.
Bisa-bisanya main rahasia sama calon suami. Jangan bilang mau selingkuh sebelum
nikah! Batin Bara kesal.
Tak berselang lama Clara
turun lagi dengan pakaian yang lebih formal. Dengan rok mini yang di padukan
dengan sweter, Clara juga menenteng tas jinjing yang membuatnya makin feminin.
"Kak Bara, aku mau
pergi. Tadi dah pesen ojol. Kak Bara mau sama Bunda apa pulang?" tanya
Clara sambil mengikat rambutnya ke belakang.
"Mau ke mana?"
tanya Bara dengan tatapan tajamnya.
"Mau pergi ke kantor
ayah. Sama temen," jawab Clara lalu mengambil minum.
"Cancel aja! Aku yang
anter!" ucap Bara tegas.
"Gak usah Kak Bara kan
sibuk. Nanti malah ngerepotin. Kakak gak nengokin Kak Tina?" tanya Clara
sedikit menyindir.
"Gak!" jawab Bara
ketus.
"Gojek," ucap si
driver yang sudah datang.
"Aku pergi dulu ya Kak,"
ucap Clara lalu menyalimi Bara "Bunda pergi dulu," teriak Clara lalu
berjalan keluar.
"Clara cancel
sekarang!" bentak Bara .
"Loh kenapa sih
kak?" tanya Clara heran.
Kemarin aja kamu sok baik
sama aku. Aku malah ditinggal. Tidak! Aku gak boleh tertipu! Batin Clara lalu
mengambil helm yang diberikan si driver ojek.
"Kamu berani pakek.
Kupastikan besok kamu jadi nyonya Bara," bisik Bara lalu mengambil helm
dari tangan Clara.
Mau apa Kak Bara ini? Batin
Clara panik.
"Berapa ongkosnya? Saya
bayar. Tapi cancel orderan," ucap Bara pada si driver lalu mengeluarkan
uang lima puluh ribuan lalu memberikan selembar uang dan helm pada si driver.
Si driver hanya
terheran-heran dengan apa yang baru ia terima. Sementara Bara langsung
menggiring Clara masuk ke dalam mobilnya. Bara segera melajukan mobilnya
menjauh dari rumah
Clara.
"Pakek sabuk
pengamanmu," perintah Bara.
"Kak Bara mau bawa aku
kemana?" pekik Clara takut.
Bara hanya diam dan terus
melaju dengan kencang. Clara benar-benar ketakutan karena Bara yang menyetir
dengan sangat cepat, ugal-ugalan dan penuh emosi.
"Kak stop. Please,"
ucap Clara yang akhirnya menangis sambil memberanikan diri menggenggam lengan
Bara.
Bukan berhenti Bara malah
melaju makin cepat hingga Clara hanya bisa memejamkan mata sambil menangis
memohon untuk berhenti atau mengemudi lebih lambat.
"Kak please Kakak bilang
ada apa. Jangan gini. Aku takut Kak," ucap Clara memohon sambil menangis.
Bara langsung menepikan
mobilnya di bahu jalan, lalu melepas sabuk pengamannya.
"Kakak kenapa?"
tanya Clara sambil berusaha tenang dan berhenti menangis.
"Udah cup jangan
nangis," ucap Bara lalu memeluk Clara meskipun terhalang.
"Aku takut tau
kak!" ucap Clara lalu memukuli dada Bara pelan lalu mencubitnya.
Bara hanya diam menerima
perlakuan Clara.
Aku. Kenapa dengan diriku
ini? Batin Bara bingung.
"KaKak, Kak Bara
kenapa?" tanya Clara setelah cukup tenang untuk bertanya.
Bara hanya diam sambil
menatap Clara. Alisnya bertaut memikirkan harus menjawab bagaimana pada Clara,
terlalu bingung pada perasaan dan pikirannya sendiri.
"Kak Bara marah waktu
aku gak sengaja masuk kamar mandi? " tanya Clara.
Bara menggeleng pelan.
"Kak Bara, marah aku gak
langsung pulang kemarin?" tanya Clara.
Bara diam. Tidak mengangguk,
tidak juga menggeleng.
"Kak Bara marah aku gak
bisa diajari?" tanya Clara.
Bara menggeleng pelan lagi.
"Kalo kira-kira Kak Bara
gak suka aku. Gak bisa memulai semuanya sama aku. Hatimu gak siap buat nerima
aku. Kak Bara kembali sama Kak Tina saja gapapa. Kak Bara gak usah memaksakan
diri. Nanti aku bilang ayah. Biar Kak Bara bisa sama Kak Tina lagi," ucap
Clara lalu menyeka air matanya yang mengalir begitu saja.
Bara sama sekali tidak
menyangkal bila Clara akan mengucapkan ucapan yang bahkan tak pernah terlintas
di kepalanya saat ini.
"Enggak Cla," ucap
Bara pelan dan nyaris berbisik, lalu menggenggam tangan Clara.
"Gapapa kak. Ini wajar.
Aku. Cuma aku yang cinta Kak Bara. Kak Bara dah biasa dapet yang lebih baik
jelas bakal sulit buat terima aku. Aku cuma mau Kak Bara gak menyesal sama
aku," ucap Clara lalu melepas genggaman tangannya.
Bara hanya menggeleng pelan.
"Aku ini rusak. Sekarang
jadi kotor juga. Tapi gapapa. Setidaknya itu sama Kak Bara. Kak Bara mari kita
memulai semuanya dari awal lagi. Aku dengan hidupku, dan Kak Bara dengan
kehidupanmu Kak," ucap Clara memutuskan hubungan untuk yang pertama
kalinya.
"Aku."
"Aku pergi dulu. Makasih
tumpangannya," potong Clara lalu keluar dari dalam mobil Bara dan masuk ke
dalam taxi yang baru saja menurunkan penumpangnya.
Kejar Bara! Kejar! Clara
bakal hilang Bara! Bisikan itu terus berngiang di kepala Bara, tapi sekuat
apapun bisikan itu, Bara tetap tak mampu mengejar Clara.
"Aku gak mau kamu pergi
Cla. Tina bukan siapa-siapa lagi. Kamu salah paham," gumam Bara yang hanya
diam menatap taxi yang ditumpangi Clara yang makin menjauh.
"Clara, kenapa ada yang
hilang waktu kamu bilang tadi? Clara, apa yang salah dengan diriku? Clara, aku
ini Bara. Kenapa aku kehilangan api dalam diriku?" gumam Bara yang
akhirnya meneteskan air mata saat Clara jauh pergi.