Part 16
Aku gak senaif Kak Rey. Aku
bisa berpikir jernih! Semua pemujaku hanya tabungan untuk diambil matanya,
untuk princess Lisa. Untuk mencapai mimpi kecilku agar adikku bisa melihatku.
Batin Bara sambil mengelus punggung dan rambut Clara yang berada dipelukannya.
Clara juga. Dia sama kayak
yang lain. Dia cuma calon pendonor. Batin Bara menguatkan dirinya agar tidak
membuka hati untuk Clara.
Perlahan Clara membuka
matanya, menatap sekitar dengan matanya yang bengkak. Bara benar-benar
mengobati kewanitaannya, yang meskipun sudah tidak sesakit tadi dan sudah jauh
lebih baik.
"Ayo makan," ajak
Bara yang sudah memesan menu baru untuk Clara.
Clara hanya diam lalu
memunggungi Bara.
"Clara jangan melawan.
Aku lagi gak mau dilawan," ucap Bara lembut tapi sarat akan ancaman.
Penjahat! Cabul! Bajingan!
Penjahat Kelamin! Umpat Clara dalam hati lalu bangun dan duduk bersandar di
tempat tidur.
"Mau makan di
mana?" tanya Bara begitu melihat Clara yang tidak melawannya.
Clara masih diam enggan
bicara dengan Bara.
"Clara jawab,"
perintah Bara sambil mencolek dagu Clara agar menghadap padanya.
Clara cepat-cepat menepis
tangan Bara, lalu memalingkan wajahnya.
Ini sudah keterlaluan nona
Clara. Batin bara kesal dengan perlawanan kecil Clara yang hanya mengandalkan
'ngambek'.
Bara langsung memegangi dagu
Clara dan melumat bibir Clara dengan buasnya. Melumat dan terus mencumbunya
bahkan meskipun Clara meronta dan menolaknya.
"Stop!" bentak
Clara dengan napas yang tersengal.
"Ternyata bisa
ngomong," ucap Bara lalu mengecup kening Clara.
***
Usai sarapan yang dipenuhi
drama, Bara langsung mengajak Clara ke toko buku. Seolah tidak merasa bersalah
sama sekali pada Clara dan perbuatannya.
Tau kalau Clara tak mungkin
mau bersiapsiap dengan baik, akhirnya Bara yang merapikan Clara. Mulai dari
menyisir rambutnya dan mengepangnya, lalu mengganti baju Clara dan
membelikannya pakaian dalam juga. Bara benarbenar memperlakukan Clara layaknya
putri setelah siksaannya.
Tadi aku disiksa, dihina,
diperkosa. Sekarang dia jadi pelayanku gini. Apa dia kayak gini ke yang lain
juga? Batin Clara heran.
"Dah cantik ayo,"
ajak Bara dengan lembut "Kamu pakek sepatu heels aja. Boots bututmu ku
buang," sambung Bara lalu memakaikan alas kaki untuk Clara sambil menciumi
kakinya.
Clara sendiri bergidik ngeri
dan jijik ketika kakinya diciumi Bara. Bukan apa-apa tapi Clara merasa kakinya
kotor sehingga tak seharusnya Bara menciumnya.
Clara hanya sedikit menarik
kakinya lalu bangun dan berjalan keluar mendahului Bara. Bara yang melihat
Clara hanya tersenyum lalu menggandeng tangannya dengan satu tangan lagi
membawa barang-barangnya.
"Clara, kamu suka buku
apa?" tanya Bara memecah keheningan.
"Komik," jawab
Clara singkat.
"Wah sama dong. Buku
lain apa?" tanya Bara lagi dengan antusias.
"Novel," jawab
Clara singkat.
"Ciee sama lagi,"
ucap Bara dengan ceria.
"Hmm…" tanggap
Clara dengan jutek.
"Selain itu kamu suka
apa?" tanya Bara sambil membawa Clara masuk ke dalam mobilnya.
"One Piece," jawab
Clara singkat.
"Aku juga suka. Aku
paling suka sama Caesar Clown. Keren bisa jadi asap. Tapi kayaknya jadi Sanji
juga keren. Atau jadi Luffy ya. Bisa disukai sama Boa Hancok gitu," ucap
Bara panjang lebar berusaha memancing jawaban atau ucapan lebih panjang dari
Clara.
Hening, Clara enggan
menanggapi.
"Eh Clara dulu anak
apa?" tanya Bara.
"Anak punk," jawab
Clara singkat yang malah membuat Bara tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha," tawa Bara
yang meledak-ledak begitu mendengar jawaban Clara.
"Padahal aku berharap
kamu jawab anak IPS Kak, anak IPA Kak. Atau anak Ayah Bunda kak. Eh ini malah
anak punk. Hahaha Clara lucu. Ternyata bisa ngelawak juga Clara ini. Aduh
perutku jadi sakit," ucap Bara saat selesai tertawa.
"Kamu cuma tanya anak
doang," jawab Clara membela diri dengan wajahnya yang merona malu.
"Sorry iya. Kamu
sekolah dulu anak apa?" tanya Bara yang masih saja ingin tertawa.
"IPS," jawab Clara
singkat.
"Yah singkat lagi jawabnya,"
gumam Bara.
Bodo amat! Kak Bara ini gila
apa gimana sih? Apa dia gak tau dah ambil apa yang paling berharga dari aku?
Sekarang ngajak ngobrol, bentar lagi nyiksa, ni orang maunya apa gitu loh!
Batin Clara kesal.
Aku harus gimana lagi ini
biar Clara gak marah? Aku dah banyak banget lagi bikin salah sama dia. Baru
sehari semalam aku sama dia. Dia dah gak perawan lagi. Ku siksa juga. Aku kudu
gimana ini. Batin Bara bingung.
"Clara kenapa kamu gak
cakar aku?" tanya Bara setelah memasuki gedung department store milik Kakaknya.
"Gapapa," jawab
Clara acuh tak acuh.
"Clara aku tanya sama
kamu jawab yang benar!" bentak Bara.
Clara hanya memejamkan mata
lalu mendengus keras karena di paksa Bara.
"Aku gak bisa!"
jawab Clara.
"Kenapa gak bisa?" tanya
Bara penasaran setelah memarkir mobilnya sembarangan, sangat persis dengan Rey
yang tak pernah mau parkir dengan benar di tiap tempat usahanya.
"Aku gak bakal bisa
bikin kamu sakit, aku gak tega!" bentak Clara kesal karena Bara kembali
membahas sesuatu yang enggan dibahasnya dan diingatnya lagi.
Bahkan setelah aku ambil apa
yang gak mungkin ku kembalikan dia tetap gak mau nyakitin aku? Anak punk macam
apa dia ini? Batin Bara heran.
Clara turun terlebih dahulu
meninggalkan Bara yang masih termenung di dalam.
"Clara!" panggil
seorang teman Clara.
"Hai Ninda!" jawab
Clara lalu menghampiri Ninda dan terlibat obrolan ringan.
Bara hanya menatapnya dari
dalam mobilnya.
Deg…deg…deg…
Tanpa sadar Bara memegangi
dada kirinya sendiri saat melihat Clara yang tengah mengobrol dengan temannya,
Clara terlihat ceria dan sangat senang. Bahkan beberapa kali Clara tertawa
lepas sambil menepuk pelan bahu temannya, tak hanya itu senyum manis Clara juga
tak kunjung hilang dari wajah cantiknya.
Setelah apa yang kulakukan
Clara gak mau nyakitin aku. Clara emh. Deg-degan apa ini? Masa iya serangan
jantung. Batin Bara yang masih memegangi dadanya sambil menatap Clara.
"Clara ini hari ulang
taun gue loh. Lu traktir dong," pinta Ninda pada Clara.
"Perasaan dari dulu tiap
ketemu elu, lu ulang taun mulu Nin," sindir Clara lalu masuk ke dalam cafe
bersama Ninda.
Clara memesan tiga buah donat
dan dua gelas ice coffee. Clara juga memesan ice cream dengan ukuran yang cukup
besar untuk dimakan bersama Ninda.
"Eh Cla liat deh cakep
kan cowok gue," ucap Ninda memamerkan foto Bara yang muncul di time line
IGnya.
"Lu masih halu ya?"
tanya Clara lalu duduk berhadapan dengan Ninda "Lah Lee Min Ho gak
jadi?" sambung Clara menggoda Ninda.
"Ish yang sama bebeb Min
Ho ma jangan ditanya. Dia selamanya dihati akoh," ucap Ninda yang membuat
Clara terbahak-bahak.
"Terus yang tadi?"
tanya Clara memancing Ninda sambil mulai memakan ice creamnya.
"Kalo Bara ma itung aja
gebetan," ucap Ninda yang masih suka berkhayal.
"Hahaha sa ae lu,"
ucap Clara "Padahal Bara calon suami akoh," sambung Clara jujur yang
malah mengundang tawa dari Ninda yang mengiranya berkhayal sepertinya.
"Clara," panggil
Bara yang akhirnya turun dari mobil.
"Kak bayarin,"
bisik Clara sambil menarik Bara menjauh dari Ninda yang sibuk memakan makanan
yang dibawa Clara sambil mempostingnya ke sosmed.
"Hah?" pekik Bara
yang langsung dibungkam Clara.
"Nanti ku ganti kalo dah
pulang," ucap Clara yang masih membungkam Bara.
Deg…deg…deg…
Haduh ini deg-degan kenapa
lagi ini? Batin Bara sambil menatap Clara yang entah bicara apa dengan wajahnya
yang memanas saat berdekatan sedekat ini dengan Clara.
"Eh sorry,"
ucap Clara lalu melepas bungkamannya pada mulut Bara dengan tatapan
khawatirnya.
"Kamu jajan berapa
banyak?" tanya Bara.
"Dua ratus," jawab
Clara lalu menunjuk ke satu-satunya meja yang ada pengunjungnya.
"Yaudah iya duduk
sana," ucap Bara dengan napasnya yang tersengal karena deg-degan dan
tatapan Clara dalam posisinya yang sedekat ini, sungguh Bara terbakar
dibuatnya.
Clara langsung menuruti
perintah Bara lalu duduk kembali dengan Ninda. Clara mulai bercanda dan
mendengarkan khayalan Ninda, juga curhatan Ninda yang baru saja bercerai
diusianya yang baru dua puluh satu tahun.
"Oh iya ku kenalin sama
Bara mau gak?" tanya Clara menawari Ninda.
Ninda langsung tertawa merasa
kalau Clara hanya akan menggodanya dan ingin menghiburnya saja seperti
biasanya.
"Kak ku kenalin sama
fansmu yuk," ajak Clara sambil menarik tangan Bara yang duduk dikejauhan
menunggunya.
Deg…deg…deg…
Detak jantung itu lagi. Batin
Bara lalu pasrah mengikuti Clara.
"Tada!" ucap Clara
ceria sambil mendudukkan Bara di depan Ninda.
"Hah? Serius ini
C-Cla-Clara ya ampun," ucap Ninda yang langsung terharu begitu dipertemukan
dengan Bara.
"Halo Bara, temannya
Clara ya?" ucap Bara yang langsung basa-basi.
Ninda langsung memeluk Bara
dan menciumi pipinya dengan arogannya layaknya fans yang bertemu idolanya. Bara
sedikit mendorong Ninda karena takut sendiri dengan keganasannya.
Cukup lama Ninda menangis
sambil menggengam tangan Bara. Tangis haru fans yang bertemu idolanya. Bara
sangat sering mengalaminya, terutama fans yang ABG macam Ninda ini.
"Lo serius mau nikah
sama Bara?" tanya Ninda sambil tersenyum sumringah.
Clara langsung menatap Bara,
begitu pula dengan Bara meskipun tangannya masih di genggam Ninda.
"Belum ditetapkan kapan
waktunya," ucap Bara lalu menarik tangannya yang digenggam Ninda.
"Gak jadi aja. Biar Bara
sama aku," ucap Ninda menggoda Clara.
"Hahaha Min Ho-oppa buat
aku?" tanya Clara sambil terbahak-bahak.
Min Ho-oppa itu siapa? Cowok
lain? Batin Bara kesal sambil menyimak pembicaraan Clara dan Ninda yang asyik
membicarakan ini itu.
"Ini punyamu?"
tanya Bara sambil menunjuk ice coffee yang masih utuh.
"Iya minum aja,"
ucap Clara lalu melanjutkan rumpiannya setelah memberikan ice dan donatnya.
Setelah semuanya Clara
melupakan begitu saja. Sekarang malah ngehibur temen nya. Dia ini gimana sih
sebenarnya. Harusnya kan dia yang curhat. Batin Bara yang terus memperhatikan
Clara.