0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 34

 Part 34-1

"Jadi gimana sekarang?" tanya Anna pada Caca dan Fajar juga suaminya yang belum dapat hasil.

"Ya kita adain acaranya di rumah. Acara ngunduh mantu. Resepsinya dua hari ya," pinta Fajar dengan heboh.

"Ayah apaan sih?" tanya Clara yang baru turun dari kamarnya bersama dengan Bara dan Lisa "Aku gak suka lama-lama jadi pusat perhatian," sambung Clara.

"Gapapa lah kak. Nanti kan bisa ku temenin," sahut Lisa yang malah semangat untuk pernikahan Kakaknya.

"Tuh Lisa mau nemenin," ucap Fajar yang merasa memiliki pendukung.

"Kak emang siap pestanya lama?" tanya Adam pada putranya.

"Aku ma ngikut Clara aja," jawab Bara lalu duduk di antara Lisa dan Bundanya.

"Aku maunya cuma ijab. Terus pesta kecil sama keluarga sama temen, makan-makan, nyanyi-nyanyi bareng, terus pulang, istirahat. Terus_"

"Honeymoon," sahut Bara memotong ucapan Clara.

Anna langsung mencubit paha Bara.

"Aw!" pekik Bara kaget dan kesakitan.

Semua mata langsung tertuju pada Bara.

"Apa? Normal dong habis nikah, ijab, pesta, terus honeymoon, aw!" ucap Bara yang lagi-lagi dicubit Anna.

"Jadi gimana kita jadi bikin acaranya seminggu?" tanya Adam yang kembali memfokuskan pembicaraan.

"Aku gak mau, kalo seminggu Om Adam," sahut Clara.

"Kan Ayah sama Bunda mau punya acara juga, kapan lagi punya hajatan nikahan? Kamu kan tunggal," ucap Fajar.

"Ya udah Ayah aja yang nikah sama Kak Bara! Kalo gak gitu waktu resepsi pernikahannya aku gak datang!" jawab Clara kesal lalu memasang wajah ngambeknya.

"O-Oke kalo gitu kita bahas yang lain aja ya. Em gimana kalo mulai cari bajunya?" ucap Caca memberikan saran agar suasana bisa cair.

***

Baca juga Bab 39 – Positiv

Kekesalan jelas sangat terasa di kediaman Aji maupun Farid. Tapi keluarga Aji terlihat lebih legowo, karena memang berencana memberikan kejutan. Jadi memang sudah resiko bila terjadi hal yang seperti tadi.

Berbeda dengan keluarga Farid yang begitu kesal dan dendam. Apalagi dari cara Clara melawan dan Caca yang mengusir keluarganya, selain itu Bara juga ternyata tunangan Clara selama ini.

Bara yang merupakan dosen dan pemilik hotel bintang lima sekaligus model dan bintang iklan bahkan sempat main film itu jelas bukan tandingan Farid dari segi apapun. Mulai dari fisik, akademik, finansial, apalagi tadi. Dari cara Clara menatap dan bicara dengan Bara terlihat sangat lembut dan penuh cinta. Selain itu Clara yang mencium Bara juga terlihat sudah biasa dan sangat paham dengan maksud Bara.

"Ma, aku mau minta transit aja ke Semarang," ucap Farid pada mama Indah.

"Kenapa kamu yang harus pergi? Kenapa kita yang mundur nak?" tanya mama Indah penuh amarah.

"Udah lah ma. Jangan marah-marah terus. Sabar, belum jodoh berarti," ucap pak Joko menenangkan istrinya yang masih berapi-api.

Baru pak Joko akan menuntun istrinya ke kamar, mama Indah sudah terhuyung dengan tangannya yang memegangi dada kirinya sambil mendesir kesakitan. Tak lama mama Indah terjatuh. Farid dan pak Joko langsung panik dibuatnya. Farid langsung mencari pertolongan pertama sementara pak Koko menelpon ambulance.

***

Beberapa hari berselang. Kabar kematian mama Indah terdengar. Bahkan prosesi pemakamannya pun Bara ikut melayat dan memberikan karangan bunga. Farid masih menatap Bara dengan tatapan tajam seolah ingin membunuh Bara. Tatapan matanya juga ditujukan pada Clara.

Farid tenggelam dalam emosi dan kesedihannya. Tapi bagaimanapun juga, Bara dan Clara tetap menikah dan melupakan mama Indah yang meninggal karena serangan jantung. Bara dan Clara juga keluarga lebih memilih untuk fokus pada acara pernikahannya nanti.

Bukan Bara dan Clara tidak tau diri, tapi memang bukan salah mereka bila mama Indah terkena serangan jantung. Toh Farid yang memintanya untuk melamar Clara tanpa ada obrolan dengan Clara, maupun menanyakan status Clara.

Lain Farid yang tidak terima, keluarga Aji jauh lebih legowo menerima kini bahkan keluarga Aji dan Bara menjalin pertemanan meskipun tidak dekat. Paling tidak, sudah tidak ada permusuhan.

"Kak aku gak mau lama bolos loh. Jadi bulan madunya jangan lama-lama ya," pinta Clara sambil mencoba gaunnya.

"Iye bawel amat sih! Lu juga kan belum selesai les," sahut Bara yang malu ketika Clara membahas bulan madunya di tempat ramai begini.

"Ya gak usah ngegas dong lu!" Omel Clara pada Bara.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Caca dan Anna yang menemani anak-anak mereka jadi ragu dengan keputusan Bara dan Clara yang akan menikah seminggu lagi.

"Ini yakin pada mau nikah?" tanya Caca pelan.

"Yakin lah aku!" jawab Bara "Tau tu bocah," sambung Bara menyindir Clara karena kesal tau Bob juga diundangnya dalam pernikahannya nanti.

"Kak Bara cemburu aku ngundang Bob?" tanya Clara yang akhirnya mengalah lalu memeluk Bara dari belakang.

"Gak!" ketus Bara dengan wajahnya yang memerah karena malu.

"Kan semalem kita dah bahas ini kak. Aku juga dah minta maaf kan. Kak aja yang cemburuan," ucap Clara lalu mengeratkan pelukannya.

"Siapa suruh gak peka!" ketus Bara lalu membalikkan badannya dan memeluk Clara.

"Kan yang kirim undangan Kakak. Kukira dah diseleksi," ucap Clara membela diri.

"Pokoknya kamu gak boleh nyalamin dia.

Dekat-dekat ama dia. Pokoknya gak boleh," ucap Bara mewanti-wanti calon istrinya.

"Iya," jawab Clara dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Lain para Bunda yang menemani para anakanak yang sedang mencoba baju. Para Ayah sedang sibuk menentukan penataan ruangan dan seragam keluarga khususnya untuk anggota keluarga yang laki-laki seperti jas dan lainnya. Sebenarnya hanya mengecek biasa dan malah berlanjut ke acara sauna bersama Rey juga Dae Moon besarnya Adam, juga Leo yang ikut acara sauna bersama.

"Duh nanti bisa rame lagi rumahku," ucap Fajar pada Adam.

"Iya, nanti bakal banyak ribut. Ini juga lagi nunggu anaknya Rey lain lagi. Eh kapan Hana lairan?" tanya Adam pada Rey.

Dengkuran pelan terdengar dari Rey yang terlalu nyaman dan rileks.

"Sialan malah tidur," gumam Adam lalu melihat cucunya yang ikut tidur di sampingnya.

Fajar yang melihat keluarga besannya hanya tersenyum, mengakui betapa hebatnya Adam mengurus keluarga hingga membesarkan bisnisnya hingga seperti saat ini.

***

Menjelang berlangsung ijab kabul yang bertempat di masjid, Bara terlihat sangat gugup dan panik. Meskipun ia sudah berhari-hari latihan mengucapkan lafal ijab kabulnya nanti.

"Gugup?" tanya Rey pada adiknya.

Bara hanya mengangguk.

"Mau telfon Clara?" tanya Rey.

"Buat apa?" tanya Bara bingung.

"Biar gak gugup," jawab Rey.

"Tadi dah telfon pagi tadi," ucap Bara lalu tersenyum.

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share