Part 27
"Bunda, aku mau
curhat," ucap Bara yang mendatangi Bundanya yang tengah membaca.
"Curhat apa nak?"
tanya Anna lalu menutup buku yang dibacanya.
"Masalah Clara,"
ucap Bara lalu masuk ke kamar Bundanya yang tengah flu.
"Clara kenapa?"
tanya Anna lembut lalu duduk bersandar.
"Aku marahan sama Clara.
Tapi yang mulai bikin marah Clara bun. Dia deket sama temennya. Cowok. Aku gak
suka," ucap Bara sambil memijit kaki Bundanya.
"Kenapa marah? Clara
marah juga gak kamu deket sama cewek?" tanya Anna.
"Tapi Bunda temennya
Clara itu sempet suka sama Clara," ucap Bara membela diri.
"Kamu deket sama mantanmu
Clara marah gak?" tanya Anna lagi.
Bara hanya bisa diam dan
menundukkan kepalanya.
"Aku benci Clara, aku
gak suka dijodohin. Tapi aku gak mau Clara pergi, aku gak mau hidup
masing-masing gini. Aku gak mau cinta Clara. Tapi kenapa aku deg-degan,
berdebar, marah kalo Clara senyum, sedih, ketawa ato mau ditikung orang. Aku
gak mau jatuh cinta!" ucap Bara dengan suaranya yang bergetar.
Anna hanya mendengar ucapan
putranya yang tengah bermasalah dengan cinta dan perasaannya.
"Aku gak mau cinta
Clara! Aku gak mau! Tapi Clara. Kalo Clara gak ada buat ganggu aku, aku
kehilangan semuanya. Aku merasa ada yang hilang. Bunda aku sakit apa?"
tanya Bara frustasi.
"Kamu coba ketemu Clara.
Minta maaf dah nakalin dia sampai bikin dia marah," ucap Anna memberi
saran.
"Tapi aku gak salah.
Clara yang salah!" ucap Bara tak mau mengalah.
"Clara itu kan jauh
lebih muda dari kamu. Kamu apa gak malu suruh dia ngalah terus hm?" tanya
Anna membujuk putranya.
"Tapi Bunda."
"Nanti coba kamu minta
maaf. Yang baik. Yang benar. Kalau perasaanmu ada perubahan nanti kamu baru
bisa tentukan gimana," ucap Anna memotong ucapan anaknya yang akan
membantah.
"Kalo menurut Bunda aku
kenapa?" tanya Bara lalu memeluk Bundanya.
"Lagi kena virus
cinta," jawab Anna lalu mengelus punggung Bara "Aduh anak Bunda dah
gede," sambung Anna lalu menepuk-nepuk lembut punggung Bara.
"Virusnya bisa hilang
gak Bunda?" tanya Bara lalu melepas pelukannya pada Bundanya.
"Ayahmu aja minta
divirusin terus loh sama Bunda," jawab Anna sambil tertawa geli sendiri.
"Kalo ternyata virus
cinta cuma kena ke aku gimana Bunda?" tanya Bara khawatir.
"Kak Bara kan kece. Jadi
model juga. Gak mungkin lah Kak Bara ditolak. Makannya virusin juga si
Clara," jawab Anna sambil mengelus rambut Bara.
"Nanti aku coba ke rumah
Clara deh," ucap Bara.
"Loh kok nanti? Sekarang
dong Kak! Siapsiap sana!" perintah Anna.
Bara langsung berlari keluar
dari kamar Bundanya lalu bersiap-siap pergi menyiapkan serangkaian hadiah untuk
Clara.
***
Pembicaraan sengit antar kedua
bapak sangat terasa di restoran milik Anna. Fajar berusaha membela putrinya,
begitu pula Adam yang tak ingin bila Bara selalu dipojokkan.
"Yaudah kalau mau
dibatalin, kita batalin aja gapapa! Toh yang ngajakkan kamu!" ucap Adam
bersungut-sungut.
"Yaudah kalau gitu.
Lagian aku gak bakal biarin Bara bikin anakku jadi mesin pencetak anak!"
jawab Fajar kesal.
"Lagian anakku juga gak
bakal separah itu kalo bikin anak!" ucap Adam tak terima.
"Dikata aku ngizinin
apa?" sahut Fajar sengit lalu keluar dari restoran pergi duluan sebelum
berkelahi dengan Adam “Lagian aku dah punya bukti banyak kalo anakmu playboy”
sambung Fajar dengan kesal.
Tu mahluk tua bangka
ngomongin apa coba. Batin Adam heran dan kesal.
***
Clara terlihat sangat senang
dengan kehadiran Farid yang bertamu ke rumahnya sore tadi. Apa lagi Farid
membuatkannya cookies dengan bentuk hati.
Coba aja Kak Bara mau minta
maaf. Terus kasih aku coklat. Batin Clara sambil terus memandangi cookies
pemberian Farid.
"Kamu suka sama
Farid?" tanya Fajar yang dari tadi memperhatikan gelagat anaknya yang
senyum-senyum sendiri.
"Idih! Ya enggak
lah!" jawab Clara.
"Ya santai aja, gak usah
ngegas. Jadi ketauan kalo suka beneran," ucap Fajar menggoda Clara.
Hmm ya mana mungkin gue suka
sama orang modelan kayak belalang sembah gitu. Mending juga Bob. Tapi tetep aja
Kak Bara yang terbaik. Batin Clara yang kesal dengan Ayahnya lalu pergi ke
kamar dengan cookiesnya.
"Kenapa si Clara
mas?" tanya Caca yang melihat Clara masuk ke kamarnya.
"Punya dedemenan baru
dia kayaknya," jawab Fajar lalu mengecup kening Caca dan memeluknya.
"Kamu gimana Mastadi
sama MasAdam?" tanya Caca lalu duduk di pangkuan Fajar dengan manjanya.
"Dah ku batalin si Adam
juga setuju. Nanti kamu tinggal bilangin aja sama Clara," jawab Fajar lalu
memeluk pinggang Caca.
"Bara juga ada?"
tanya Caca.
"Enggak, kata Adam si
Bara lagi sakit di rumahnya," jawab Fajar.
"Yaudah aku kasih tau
Clara dulu. Kayaknya dia juga dah mulai suka sama anak tetangga," ucap
Caca.
"Anak tetangga?
Siapa?" tanya Fajar terkejut.
"Si Farid itu loh Mas,
anaknya mama Indah. Yang punya catering," jawab Caca lalu mengambil
ponselnya untuk mencari foto Farid atau orang tuanya.
"Pendidikannya?"
tanya Fajar.
"Pinter, SMA akselerasi,
kuliahnya juga cepet, asdos juga. Oh iya lupa dulu dia waktu SMP juga beasiswa
pinter loh," jawab Caca membanggakan Farid di depan suaminya.
"Kalo sama Bara bagus
mana?" tanya Fajar.
"Emm Bara itu bukan
pilihan mas, Farid juga. Tapi udah lah Maskita jangan paksa Clara buat nikah
lagi. Kalo jodoh dateng sendiri. Kayak kamu, dulu sempet nikah sama Maya
sekarang akhirnya balik lagikan sama aku," ucap Caca lalu mengelus dada
Fajar dengan lembut.
"Pantesan dulu santai
bener," goda Fajar pada Caca.
"Udah ah aku mau ke
kamar Clara dulu," ucap Caca lalu mengecup pipi suaminya dan berlalu ke
kamar Clara.
***
"Mau kemana? Dah
malem," ucap Adam
pada Bara yang sudah siap
dengan bunga dan gitarnya.
"Ke rumah camer,"
jawab Bara bangga.
"Camer siapa?"
tanya Adam.
"Ya Om Fajar lah yah.
Siapa lagi," jawab Bara lalu merapikan rambutnya.
"Ngapain ke sana? Orang
Om Fajar minta dibatalin kok. Eh dek kamu tau gak tadi ya Om Fajar ke kantor,
ngajakin makan siang bareng. Eh gak taunya ngajak batalin acara
jodoh-jodohannya. Ayah kesel banget tau gak. Mana dia bilang gak bolehin Clara
buat jadi pabrik anak lagi. Kesel banget ayah," ucap Adam menggebu-gebu
dan penuh rasa marah.
"Hah? Kok bisa?"
tanya Bara syok dengan keputusan ayahnya.
"Kenapa sayang? Ada
masalah apa?" tanya Anna yang datang sambil membawa mangkuk kecil milik
Aya yang berisi buah pisang.
"Opa!" pekik Aya
lalu memeluk kaki Adam.
"Aduh princess Aya dah
gede ya," ucap Adam yang langsung kehilangan semua marah dan emosinya saat
bertemu cucu pertamanya.
"Aku bukan princess lah.
Oh iya aku tadi belajar menghitung loh," pamer Aya.
"Coba gimana?"
tanya Adam lalu menggendong Aya masuk sambil merangkul istrinya meninggalkan
Bara yang masih syok.
"Satu, tiga, empat,
lima..."
"Duanya mana?"
tanya Adam memotong ucapan Aya yang tengah menghitung.
"Gak ada, soalnya kata
Om Bara aku gak ada duanya," jawab Aya sambil tersenyum polos.
Adam dan Anna langsung
melirik Bara begitu pula Rey dan Hana yang akhirnya tau siapa yang mengajari
anaknya menghitung.