Part 51
Selama dua hari Bara menjaga
adiknya di apartemennya. Apalagi Lisa juga sangat lengket pada Clara dan ikut
berusaha menjaga Clara, hingga Bara tak punya tempat untuk berduaan dengan
istrinya.
Ketika Bara dan Clara
mengantar Lisa pulang. Clara juga dapat banyak sambutan dari mertuanya, orang
tua Clara juga langsung ke apartemennya untuk menjaga Clara. Dari yang
membuatkan makanan, mengingatkan ini dan itu, bahkan membereskan pekerjaan
rumah meskipun pelayan dan ART selalu datang tiap pagi.
"Sayang, kamu mau
ngobrol sama Ayah apa mau em," tanya Clara pada Bara saat sudah siap
tidur.
"Aku mau temenin Clara
dong," jawab Bara lalu mengambil ponsel Clara dan ponselnya juga lalu
menjauhkannya dari Clara "Biar gak radiasi," ucap Bara lalu membawa
ponselnya ke ruang tengah lalu kembali ke kamarnya dengan air mineral di
tangannya.
Clara masih duduk menunggu
suaminya sambil mengelus perutnya yang masih datar, merasakan kehidupan dari
gumpalan darah dalam perutnya yang baru tumbuh menjadi gumpalan daging.
"Belum tidur?"
tanya Bara basa-basi.
"Nunggu KaKak,"
jawab Clara lalu tiduran dengan selimut yang menyelimuti setengah badannya.
"Tadi udah minum
susu?" tanya Bara lalu mengelus perut istrinya.
"Sudah, minum vitamin
juga sudah," jawab Clara lalu mengecup kening Bara "Kakak sayang aku
gak?" tanya Clara mendadak.
"Sayang banget,
cinta," jawab Bara cepat lalu mengecup bibir Clara.
"Kak kita kan gak jadi
bulan madu, Kakak_"
"Gapapa sayang kan bulan
madu juga buat bikin baby, sekarang dah ada babynya jadi gak masalah gak bulan
madu," potong Bara agar istrinya tidak terlalu memikirkan masalah bulan
madunya yang gagal.
"Kak tadi ada yang WA Kakak
tingkat. Katanya tentang persiapan ospek gitu."
"Gak usah ikut!"
potong Bara dengan tegas "Kamu lagi hamil Cla. Gak boleh capek,"
sambung Bara lebih lembut sambil memeluk Clara.
"Tapi Kak."
"Kalo cuma penataran
sama keliling kampus doang boleh. Tapi harus sama aku," potong Bara lagi
lalu mengecup kening Clara.
"Iya tapi kalo nanti ada
yang marahin aku gimana?" tanya Clara khawatir sambil membenarkan
selimutnya.
"Inget kamu ini istrinya
siapa. Gak bakal ada yang jahatin Clara. Tenang aja sayang," ucap Bara
santai lalu mengelus pinggang dan punggung Clara yang dari tadi dipijit Clara
sendiri.
"Kakak nanti temenin aku
terus kan?" tanya Clara yang mendadak manja dan langsung berkacakaca.
"Iya nemenin Clara terus
kok, aku bakal nempel ke kamu sampai kayak permen karet yang menempel di
rambut," jawab Bara lalu mendekap Clara "Udah bobo," sambung
Bara memberikan perintah pada istrinya.
Argh kenapa aku malah jadi
manja gini sih sama Kak Bara. Batin Clara merutuki kemanjaannya pada suaminya.
Wah kalo Clara ngidamnya
kayak gini mulu ma aku semangat. Asal gak ganti yang aneh-aneh aja nih. Batin
Bara .
***
Pagi menjelang. Tubuh Clara
hangat seperti biasa, hingga Bara jadi panik begitu pula dengan orang tua
Clara. Padahal Clara selalu bilang kalau ia demam karena bawaan bayinya yang
ingin bermalas-malasan.
Tapi tetap saja, Bara dan
yang lain panik. Bahkan Bara langsung membatalkan acaranya menemani Clara
mencari peralatan kuliah yang baru. Seperti membeli laptop baru dan yang
lainnya, dan memutuskan untuk membelinya di hari lain saat Clara sehat dan
kuat.
"Gapapa sayang, aku bisa
kok pergi sekarang," ucap Clara ngeyel dan memaksakan diri.
"No!" tolak Bara tegas.
"Kak Bara gak sayang
aku," gumam Clara
lalu kembali tidur dengan
menyelimuti seluruh tubuhnya.
Aduh malah ngambek. Batin
Bara yang jadi serba salah.
"Sayang, Clara oke nanti
beli. Tapi kan kamu harus fit dulu. Aku kan khawatir aja sama kondisimu sama
baby kita nanti," ucap Bara lembut sambil mengelus perut Clara.
Tapi baru saja tadi Clara
berdebat dan ngambek dengan suaminya. Ia malah sudah terlelap lagi di balik
selimutnya.
Hmm cuma mau bobo lagi aja
ternyata. Batin Bara lalu mengecup pipi Clara dan membiarkannya tidur.
"Clara gimana?"
tanya Caca yang sudah menyiapkan sarapan dari tadi.
"Bobo lagi Bunda. Habis
rewel bentar dah bobo lagi dia," jawab Bara lalu duduk di ruang makan.
"Dah ngidam belum?"
tanya Caca kepo.
"Kalo ngidam aneh-aneh
belum. Tapi ya gitu jadi manja, rewel, kadang cengeng. Tapi aku gak masalah
sih. Soalnya dia juga masih muda
jadi maklum kalo kayak
gitu," jawab Bara sambil memakan apel yang ada di meja makan.
"Gak mual?" tanya
Caca lagi.
"Enggak sih Bunda.
Paling kalo telat makan, bau menyengat, aku pakek parfum. Nah itu baru mual
dia," jawab Bara.
"Bunda dulu waktu hamil
yang pertama muntah-muntah terus, lemes juga. Waktu itu juga sendirian soalnya
ayahnya Clara lagi tugas. Terus gak ada yang ngurus sampe akhirnya keguguran.
Baru delapan tahunan kayaknya hamil lagi si Clara itu. Dah sampe sekarang gak
hamil lagi," ucap Caca menceritakan pengalamannya pada Bara.
Bara hanya
mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Tak berselang lama Fajar, Ayah mertua
Bara keluar dari kamar dan langsung bergabung dengan Bara dan Caca di meja
makan.
"Gak kerja Yah?"
tanya Bara.
"Ngusir gue, lo
ceritanya?" sahut Fajar pada menantunya lalu tertawa bersama Bara
"Istrimu mana?" tanya Fajar lalu duduk dan Caca langsung menyiapkan
sarapan untuknya.
"Lagi manja tadi yah,
ini bobo lagi," jawab Bara.
"KaKak," panggil
Clara serak dari kamar.
"Iya sayang?" sahut
Bara lalu kembali ke kamarnya.
Clara langsung rewel lagi dan
kembali bermanja-manja dengan Bara. Baru Clara cuci muka dan sarapan sambil
mendengarkan berita pagi bersama Ayahnya lalu aktivitas lainnya seperti mandi
dan mengganggu suaminya yang mengecek hasil kerja mahasiswa yang dibimbingnya.
"Apa sih istriku?"
tanya Bara lalu memangku Clara yang dari tadi mengganggunya.
"Ayo pergi," ajak
Clara sambil menciumi pipi dan bibir Bara.
"Iya pergi ayo tapi gak
belanja lama-lama ya," ucap Bara menuruti permintaan Istrinya.
Clara langsung mengangguk dan
memasukkan dompet suaminya yang sudah berasa dompetnya sendiri ke tasnya. Lain
dari bisanya Clara tidak lagi membawa ponselnya atau powerbank lagi. Make up
pun hanya lipgloss dan blush on tipis di pipinya, berhubung Clara mudah pusing
ia memilih tidak mengikat rambutnya dan langsung ribut lagi mengajak suaminya
pergi juga orang tuanya. Terutama Bundanya.
***
Sampai di mall, Clara
langsung ke tujuannya sambil menggandeng Bundanya atau ayahnya sementara Bara
mengikuti langkah Clara yang sangat semangat. Bara memilihkan laptop berwarna
pink untuk Istrinya sementara Clara malah membeli mesin jahit mini bersama
Bundanya, lalu memilih
kain-kain flanel dan manikmanik juga peralatan lain.
"Bakal banyak mainan
hand made ini," gumam Bara.
"Udah semuanya
kak?" tanya Clara pada suaminya.
"Udah bayar sana
Cla," jawab Bara yang dituruti Clara.
Bara kembali mengikuti
istrinya yang pergi ke toko buku dan hanya membeli sebuah buku kehamilan. Lalu
mengajak Bara makan siang begitu pula dengan orang tuanya.
"Udah makan kan nih.
Pulang ya," ucap Bara lembut.
"Iya," jawab Clara
yang bersandar pada suaminya "Kak kita kapan ke dokter lagi?" tanya
Clara.
"Kenapa?" jawab
Bara yang malah tanya balik sambil mengecek jadwal kontrolnya "Minggu
depan, tapi kalo mau sekarang juga boleh," sambung Bara.
"Aku pengen cek si
adek," jawab Clara lalu mencubit bahu kekar suaminya dengan cubitan kecil.
"Aw!" pekik Bara
terkejut .
"Sorry Kak gemes,"
ucap Clara lalu nyengir dan kembali memeluk lengan suaminya.
Saat makanan datang Clara
tidak langsung makan karena mendadak tidak selera dengan menu pesanannya.
"Gak suka ya?"
tanya Bara.
Clara hanya menggeleng.
"Mau makan apa?"
tanya Bara pengertian.
"Ini aja," jawab
Clara yang dari tadi tak menyentuh makanannya.
"Disuapin Ayah mau ya
dek," ucap Bara sambil mengelus perut Clara.
Caca dan Fajar hanya menatap
kemesraan Clara dan suaminya, Clara yang akhirnya salah tingkah dan hanya
menundukkan kepalanya.
"Mau makan ya "
pinta Bara lagi lalu mengambil sendok yang ada di mangkuk Clara.
"Gak mau ini Kak,"
bisik Clara pada Suaminya.
"Mau apa hmm,"
balas Bara dengan berbisik.
"Itu," jawab Clara
menunjuk makanan yang sudah tinggal setengah di piring suaminya.
"Oke," jawab Bara
lalu menyuapi istrinya dengan spaghettinya.
Akhirnya Clara menghabiskan
semua spaghetti milik Bara, juga sup o sup miliknya dengan cara disuapi suaminya
yang super sabar dalam menurutinya dan siaga.
"Kayaknya Bunda sama
Ayah besok balik ke rumah deh nak, kasihan si Sofia sendirian," ucap Caca
pada putrinya.
"Iya Ayah juga mau
kerja" sahut Fajar.
"Yah jadi sepi
deh," ucap Clara sedih.
"Apa gak bisa lebih lama
Bunda?" tanya Bara berusaha menahan mertuanya karena Clara ingin bersama
orang tuanya lebih lama.
"Mau lebih lama sih iya,
tapi kalian kan dah nikah. Gak baik kalo Bunda kebanyakan ikut campur. Lagian
kalian keliatannya akur, kamu juga bisa jagain Clara," jawab Caca yang
diangguki Fajar untuk menguatkan argumennya.
Clara hanya bisa cemberut
mendengar alasan Bundanya. Tapi mau tidak mau ia tetap menurutinya. Lain Clara
yang cemberut dan gak mau ditinggal, Bara bisa maklum dan biasa saja saat
ditinggal mertuanya.
Usai makan, Clara dan Bara
mengantar orang tuanya ke apartemennya terlebih dahulu untuk mengambil koper
dan barang lain. Baru Bara mengantarnya pulang bersama Clara tentunya yang
terus menempel ke Bundanya.
"Bunda ikut aku aja.
Biar Ayah aja yang pulang," pinta Clara dengan manja.
"Hmm nanti Ayah siapa
yang ngurus dong?" tanya Caca memberikan pengertian pada suaminya.
***
"Ini waktu yang
pas!" gumam Farid lalu cepat-cepat ke rumahnya setelah melihat Bara dan
keluarga Clara datang dari kejauhan.
Dengan terburu-buru dan
sangat was-was. Farid mengambil pipa pralon yang entah diisi apa, yang jelas
pipa itu sudah lama ia siapkan untuk menyerang keluarga Clara. Tanpa ingin
membuang waktu lagi.
Farid yang sudah lama menanti
momen yang tepat langsung berlari dengan pipa dan benda rakitan yang ada
didalamnya. Farid berjongkok di samping rumah Clara. Menanti keluar Clara agar
segera datang. Benar saja. Tak berselang lama keluarga Clara datang dan masuk
ke rumah. Dengan cepat Farid melemparkan pipanya ke dalam.
Ayo meledak! Batin Farid yang
sudah melemparkan pipanya.
Klutuk
Suara pipa yang di lempar
Farid yang malah jatuh ke rumput di taman kecil di rumah Clara.
Sial! Bangsat! Umpat Farid
dalam hati lalu langsung kabur berlari menjauhi rumah Clara.