0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 1

Part 17

 Part 17-1

"Kak Bara," panggil Clara begitu melihat Bara datang dengan emosinya yang meluap dan tentunya kemarahan Bara membuat Clara merinding ketakutan.

"Ngapain kabur? Ngapain pergi sendiri! Aku kan gak ngeizinin," bentak Bara yang membuat Clara tersentak begitu pula dengan Nita.

"Kak maaf kan kamu gak mau makan, makannya kutinggal. Tadi kukira kamu juga lagi ngegebet SPG kopi," jawab Clara sambil menundukkan pandangan.

"Berani jawab! Tau kan kalo kamu salah!" bentak Bara lagi.

Clara hanya diam tidak melanjutkan makannya. Clara malu bukan main dimarahi Bara di depan umum, di depan Nita temannya pula.

Apa aku sefatal itu sampai Kak Bara benci banget sama aku. Aku salah apalagi. Toh gak kutinggal jauh-jauh. Batin Clara dengan wajahnya yang tertunduk dan air matanya yang mulai mengalir karena sedih dan malu.

"Lu bencong ya?" tanya Nita yang kesal melihat Bara yang memarahi Clara.

"Nona kenapa kamu ikut campur?" tanya Bara dengan tatapan tajamnya pada Nita.

"Gue temennya Clara. Lu kalo emang gak suka Clara gak usah bikin Clara malu gitu kenapa? Dah enak ya tadi jauh-jauh dari lo, eh dateng lagi," ucap Nita sinis pada Bara lalu memeluk Clara.

Bara terdiam, giginya bergemeletuk menahan amarahnya, napasnya menderu jelas bila menahan marah.

"Baru kali ini ada cowok yang berani marahin Clara, bentak-bentak Clara kayak gini! Heran deh ada cowok banci gini dijodohin sama Clara," sambung Nita penuh emosi.

"Nita udah ya. Jangan marah-marah. Kak Bara emang gitu. Dah kasihan baby kamu. Aku gapapa," ucap Clara lalu mengelus punggung Nita agar tenang.

"Apanya yang gapapa? Kamu loh dimarahmarahin gini!" ucap Nita tak terima "Mending juga kamu balikan sama Aji daripada sama dia!" sambung Nita sambil melirik tajam pada Bara.

Bajingan! Tadi Min Ho sekarang Aji! Berapa banyak lagi stoknya Clara ini? Batin Bara kesal.

"Dah ayo pergi sekarang!" putus Bara lalu menarik tangan Clara.

Dengan sigap Nita memukul tangan Bara lalu menggenggam tangan Clara.

"Cowok banci! Kasar pula!" maki Nita.

Bara yang sudah tak memiliki rasa sabar lagi sudah siap melayangkan tamparan atau pukulannya pada Nita yang dari tadi menyulut emosinya.

"Kak Bara! Stop! Jangan main tangan sama temenku!" ucap Clara yang langsung berdiri menantang Bara dengan air matanya yang berlinang.

Deg…deg…deg…

Please jangan air mata itu lagi. Aku gak suka. Batin Bara yang akhirnya sadar betapa keterlaluannya ia.

"Oke Clara gak. Aku gak marah," ucap Bara yang bingung harus bagaimana.

Hening, Clara tak bicara lagi. Hanya menunduk dengan air matanya yang masih mengalir.

"Em Nita makasih makan siangnya. Aku pulang dulu ya. Nanti ku chat," ucap Clara pada Nita lalu mengambil ponselnya dan pergi sambil menggandeng Bara dengan air matanya yang masih berlinang.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Deg…deg…deg…

Tanganku digandeng Clara. Aku dah biasa gandengan. Kenapa aku berdebar gini? Apa garagara habis marah? Batin Bara yang mengikuti Clara sampai keluar mall.

"Mobil!" teriak Bara minta diambilkan mobilnya.

Para valley langsung berlarian dengan sigap mengambilkan mobil sport milik bara.

Clara langsung masuk ke dalam mobil dan duduk dalam diam begitu pula dengan Bara yang sudah masuk dan mulai menjalankan mobilnya. Clara masih menangis dalam diam, tak berusaha bicara dengan Bara sama sekali.

"Clara," panggil Bara dengan lembut pada akhirnya sambil menepikan mobilnya.

Clara hanya menoleh sambil menyeka air matanya yang masih berkaca-kaca.

Deg…deg…deg…

Haduh deg-degan sialan dateng lagi! Batin Bara saat menatap Clara.

"Ehm anu itu eng. I-Itu," ucap Bara gugup dan jadi salah tingkah sendiri.

"Gapapa Kak lupakan saja," ucap Clara seolah tau bila Bara akan meminta maaf padanya.

"Aku, aku. Em aku," ucap Bara yang masih tergugup.

"Jangan diulangi lagi ya," potong Clara lalu kembali memalingkan wajahnya.

Bara hanya mengangguk pelan dan kembali menyetir membawanya mengantarkan Clara pulang.

Deg…deg…deg…

Aku harusnya gak segugup ini sama Clara. Apa cuma karena malu aja ya buat minta maaf. Dah lah ini positif karena aku malu minta maaf. Batin Bara yang dari tadi bingung dengan debaran hebat di jantungnya.

Kak Bara ini aneh. Kayak gini kenapa dijadikan calon suami buat aku? Kenapa gak sama Ahmad apa Rino aja? Dah kasar, playboy, cabul, pemarah. Kayak gini kok bisa-bisanya dipilih ayah. Batin Clara heran.

***

Tak butuh waktu lama, Bara sudah sampai di rumah Clara. Clara langsung turun dan masuk ke dalam rumahnya lalu melesat masuk ke kamarnya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Eh dah pulang," ucap Caca.

"Iya tante, maaf ngaret. Kemarin mau nganter dah terlalu ngantuk. Mana ada rencana beli buku juga besoknya. Jadi sekalian semalam nginep dulu," jelas Bara pada Caca yang menyambutnya.

"Iya gapapa tante ngerti kok," jawab Caca lalu mempersilakan Bara masuk ke rumahnya.

Dengan senang hati Bara mengikuti Caca ke dalam.

"Dah makan belum? Tadi tante beli dendeng balado loh. Kesukaannya Clara," ucap Caca menawari Bara.

"Enggak tante makasih. Oh iya tante aku mau minta maaf. Soalnya kemarin waktu aku nginep sama Cla,"

"Stop!" pekik Clara memotong ucapan Bara yang belum selesai.

Caca dan Bara langsung kompak menatap Clara yang tiba-tiba memotong pembicaraan.

"Ada apa?" tanya Caca yang jadi penasaran dan khawatir.

"Gak ada apa-apa. I-Iya kan Kak," jawab Clara cepat dan sedikit terbata.

"Bara ada apa? Lanjutkan!" perintah Caca.

Mampus gue! Batin Clara dengan kakinya yang mulai gemetar dan dingin menjalari tubuhnya.

"Jadi gini tante, Clara kemarin kan ku ajak ke salon. Belum makan. Terus jajan kripik pedes. Abis itu dia jatuh juga waktu pakek sepatu heels. Waktu sampai hotelku dia jajan ice, mau makan tanggung. Eh ada konslet, makan di kondangan jadi ngaret. Clara nya jadi sakit. Kambuh semua. Lecet juga. Tapi tante jangan bilang Om ya. Nanti aku gak boleh nikahin Clara gimana kalo Om tau? Tante janji rahasia ya?" ucap Bara menceritakan kejadian demi kejadian selama bersama Clara.

Clara langsung meluruh ke lantai begitu tau apa yang akan disampaikan Bara pada Bundanya ternyata aman.

"Oh gitu! Pantes si Clara wajahnya jadi kusut gini. Iya gapapa. Clara emang kadang suka males makan juga anaknya," jawab Caca yang senang bagaimana bertanggung jawabnya Bara pada Clara sambil membuka-buka plastik obat yang dibawa Bara.

Aduh! Goblok salep! Batin Clara yang kalang kabut lagi.

"Ini?" tanya Caca sambil menunjukkan salep racikan yang ada dari dalam plastik.

"Itu buat lukanya," jawab Bara.

Luka di dalam maksudku. Batin Bara melanjutkan ucapannya.

Bara langsung bangun dan membawa buku- buku yang dibelinya tadi juga obat-obatan tadi ke kamar Clara.

"Kak," panggil Clara pada Bara sambil menutup pintu kamarnya.

"Aku gak bakal bikin kamu dalam masalah Clara. Tenang jangan khawatir," ucap Bara lembut dan pelan lalu memeluk Clara sambil mengecup keningnya.

"Terima kasih," ucap Clara tulus setelah pelukan Bara lepas.

"Buat?" tanya Bara bingung.

"Buat semuanya," jawab Clara lalu duduk di tempat tidurnya.

Deg…deg…deg…

Terima kasih buat semuanya. Itu kata yang paling indah hari ini. Batin Bara girang.

"Cincinnya jangan ilang ya. Kamarnya dirapiin. Belajar," pesan Bara sebelum keluar kamar Clara karena sudah tak sabar ingin berteriak girang.

Clara hanya mengangguk patuh lalu tersenyum simpul.

Deg…deg…deg…

Duh pakek senyum segala lagi! Bikin jantungku mau pecah aja ni anak! Batin Bara saat melihat senyum Clara yang begitu manis walau hanya sedikit tersungging di bibirnya.

Bara langsung keluar rumah setelah pamit pada Caca dan melesat pulang ke rumah orang tuanya.

Terima kasih buat semuanya. Aku gak berhak dapat ucapan itu dari Clara. Aku payah. Gak tau diri. Tapi kenapa aku senang? Senyumnya juga! Duh Clara! Anak nakal! Batin Bara heran, bingung dan kesal pada dirinya sendiri sambil memukul setir mobilnya.

53
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share