Part 46
"Ayah, Kak Bara kok gak
pernah ke sini ya. Jadi sepi," ucap Lisa pada ayahnya yang sedang bersiap
ke kantor.
"Lisa kangen ya?"
tanya Adam pada putrinya yang juga tengah bersiap sekolah.
"Kangen dong. Apalagi
Jalu dari kemarin gak masuk sekolah. Kan jadi tambah sepi," jawab Lisa
yang sangat mudah kesepian.
"Kan Jalu lagi operasi.
Biar bisa jalan. Biar gak lumpuh lagi," ucap Anna menasehati putrinya.
"Pasti nanti Jalu
senang. Bisa lari, bisa jalan lagi. Aku jadi gak sabar pengen main trampolin
sama Jalu," ucap Lisa semangat saat tau sahabatnya akan segera sembuh
tanpa melihat bagaimana menyedihkannya Jalu saat ini.
Anna dan Adam hanya saling
tukar pandang saat mendengar ucapan Lisa yang sangat optimis dan ceria. Apalagi
Anna dan Adam tau pasti bagaimana kondisi Jalu. Bahkan Anna juga memberikan
banyak sumbangan agar Jalu dapat kembali pulih, Adam juga memberikan rumah yang
layak namun sederhana untuk keluarga Jalu yang sudah menghabiskan seluruh harta
yang dimiliki untuk pengobatan Jalu.
"Bunda, aku pengen
nengok Jalu dong," pinta Lisa pada Bundanya.
"Gak boleh sayang.
Jalunya masih di ICU jadi yang boleh masuk cuma orang tuanya Jalu aja,"
jawab Anna sambil menyisir rambut panjang Lisa.
"Nanti Ayah suruh Kakakmu
ke sini aja sama Kak Clara juga biar rame," ucap Adam menghibur Putrinya.
"Yes! Asik!" pekik
Lisa senang "Oh iya yah Kak Clara kapan ya punya baby kayak Kak Hana?"
tanya Lisa pada ayahnya.
"Nanti kamu tanya aja
sama Kakakmu," jawab Adam sambil memilih jas.
***
Bara yang menerima telfon
dari ayahnya langsung mengajak keluarga mertuanya, termasuk Sofia untuk buka
bersama di rumah orang tuanya. Clara juga diminta untuk siap-siap menginap.
Tak banyak yang di bawa
Clara. Hanya koper kecil berisi pakaian dalam, obat, dan perawatan wajahnya.
Clara juga hanya membawa satu celana pendek, dan satu celana panjang. Untuk
atasan Clara memilih meminjam milik suami atau Lisa nanti.
"Kak aku takut kalo
ditanya kapan hamil," ucap Clara saat memasuki mobil sport milik suaminya.
"Enggak kan Bunda tau
kita baru mau bikin baby kalo kamu dah kuliah," jawab Bara santai lalu
mengecup kening Clara.
Clara hanya mengangguk lalu
tersenyum tipis.
"Dah gak usah
khawatir," ucap Bara lagi.
Clara hanya mengangguk sambil
menatap suaminya yang tengah memasang sabuk pengaman.
"Kalo keluargamu minta
cepat-cepat. Kakak nikah lagi aja ya. Aku gapapa jadi yang pertama, terus ada
wanita kedua yang di-nomorsatu-kan. Toh yang penting Kakak dah perbaiki aku. Kakak
didik aku. Jadi_"
"Aku cuma cinta Clara.
Kalo kamu bilang gitu. Kamu bunuh aku aja Cla. Aku gak mau wanita lain selain
kamu," potong Bara yang miris dengan ucapan Clara yang putus asa tersebut.
"Aku cinta Kak Bara,"
ucap Clara lalu mengenakan sabuk pengamannya dan fokus menatap jalan.
Bara hanya mengangguk lalu
fokus menyetir dengan pikirannya yang melayang dan merutuki ucapannya saat
bersama Tina waktu itu.
Flashback~
"Bara!" pekik Tina
manja lalu menyingkirkan tangan Bara dari dadanya.
"Apa? Aku cuma mau tau
doang, memastikan," jawab Bara lalu mengecup pipi Tina dengan lembut
seolah meminta maaf.
"Eh gimana
hubunganmu?" tanya Tina pada Bara sambil menggenggam tangan Bara.
"Sama siapa?
Clara?" tanya Bara.
"Jangan playboy
mulu ah. Gak keren," ucap Tina lalu menarik tangannya dan berpindah tempat
untuk mengeringkan rambutnya dan memakai masker rambut "Yang madu ya
mbak," pesan Tina sambil melirik Bara yang selalu suka aroma manis di
rambutnya.
"Aku baru tadi mulai
mendidik dia. Dia kayak Adikku. Em gitu lah caraku menganggapnya," ucap
Bara sambil duduk di samping Tina.
"Tapi dia tetap bakal
jadi istrimu kan?" tanya Tina sedikit mengejek.
"Harusnya kamu!"
ralat Bara dengan cepat.
"No!" jawab Tina
cepat "Never! " sambung Tina.
"Kenapa? Aku bisa bikin
perjanjian sama dia, kamu jadi yang nomor dua, dia yang nomor satu. Tapi kamu
yang ku-nomor-satu-kan. Dia dapat fasilitas dan kudidik sampai baik. Kita hidup
bersama. Begitu lalu aku cerai dari dia, dan terus sama kamu," jelas Bara
cepat.
"Lisa? Mata Lisa?"
tanya Tina serius.
Bara terdiam, rahangnya
mengeras menahan emosi.
"Aku bisa kasih mataku
buat Lisa, kamu tau aku gak lama. Kamu sangat tau itu. Kamu tau Lisa butuh
mataku. Dan aku tau janjimu buat Lisa. Lagian mana ada wanita yang mau
dimadu?" ucap Tina tegas sambil mengelus pipi Bara.
"Kamu punyaku. Gak boleh
pergi," ucap Bara sambil menciumi tangan Tina "Gak harus kamu yang
donor, bisa orang lain, jangan kamu, please. Jangan menyerah," sambung
Bara.
"Lagian aku dah gak
sempurna lagi kalo payudaraku hilang. Nanti anakmu mau di kasih minum apa kalo
ibunya gak punya nenen?" tanya Tina berusaha menghibur Bara sambil tertawa
kecil.
"Itu bukan masalah. Asal
sama Tina," ucap Bara sambil menggenggam erat tangan Tina.
"Bara," panggil
Tina yang kehabisan katakata.
Flashback off~
"Kak…Kak Bara…Kak Bara!"
panggil Clara sedikit berteriak pada Suaminya.
"Ah iya, apa?"
sahut Bara pada akhirnya.
"Kak rumahmu
kelewatan!" ucap Clara sambil menunjuk rumah mewah mertuanya yang
terlewat.
"Astaghfirullah,"
ucap Bara istigfar karena kelalaiannya.
"Kakak kenapa sih?
Mikirin apa sampai blank gini?" tanya Clara lembut.
Bara hanya menggeleng lalu
mencari tempat untuk putar balik.
Gak. Gak mungkin! Gak boleh!
Aku gak mau mendua! Aku gak mau poligami! Aku cuma cinta sama Clara. Batin Bara
menyadarkan dirinya yang merasa ada pertanda dari ucapan Clara padanya tadi.
Apa yang dipikirkan Kak Bara ya? Apa udah ada cewek lain? Batin Clara menduga-duga.