EPILOG
Hari demi hari berlalu. Bara
dan Clara selalu berusaha memperbaiki diri masing-masing. Mulai dari
memperlakukan pasangan hingga service di ranjang. Mereka juga mulai menempati
rumah baru yang sudah disiapkan bara sebagai Maskawin untuk Clara.
Bara juga hampir tiap hari
memberikan buket bunga untuk Clara. Mulai dari yang kecil alaala anak SMP yang
lagi cinta monyet sampai yang besar hingga Clara tak bisa memeluknya. Kalau
Bara tak memberikan bunga pasti Bara memberikan surat cinta dan mengajak Clara
makan berdua.
"Dari suamimu ya?"
tanya Claudia pada Clara saat sampai di mobil sport milik Bara yang dipakai
Clara.
Clara hanya mengangguk lalu
tersenyum manis.
"Sweet bener ya,"
goda Claudia lalu masuk ke mobil Clara.
"Iya," jawab Clara
malu-malu lalu meletakkan buket bunganya di bagasinya.
Yah kalah cepet sama Claudia
lagi aku. Batin Bara lalu tersenyum melihat istrinya yang sudah pergi duluan
bersama temannya.
Tak selang lama Patricia juga
lewat dengan mobil Honda Jazz miliknya yang jelas tak menarik bagi Claudia yang
mementingkan gengsi. Tapi berkat Clara setidaknya semua teredam meskipun memang
ia disegani karena penampilannya yang boys tapi tetap terlihat anggun.
"Pak Bara!" panggil
Jefri saat melihat Bara yang akan masuk mobil.
"Iya?" sahut Bara.
"Pak Bara. Pak Bara kan
tau aku suka Clara. Pak Bara kan abangnya Clara. Bantuin aku PDKT lah,"
pinta Jefri yang langsung membuat Bara kesal dan cemburu "Eh pak,
ngomong-ngomong Clara dah punya pacar belum sih?" tanya Jefri.
"Gini aja, kamu ikut
saya makan siang sama Clara," ucap Bara menahan emosinya.
"Eh bang, lu bagi lah
nomernya Clara," pinta Jefri yang sudah lupa untuk memanggil Bara
"pak" karena sudah merasa akrab.
"Nanti ya," ucap
Bara sambil membalas chat dari Clara.
Bara hanya senyum-senyum
sendiri sambil chating dengan istrinya.
"Bang lu chat sama
gebetan ya?" ucap Jefri membuyarkan lamunan Bara.
"Bini, gue dah
nikah," jawab Bara sambil menunjukkan cincin kawinnya dan sedikit
memamerkan tatonya yang tak diperhatikan Jefri.
"Bang, gue kan pakek
motor,"
"Yang nawarin semobil
juga siapa?" potong Bara dengan ekspresinya yang datar.
Jefri hanya nyengir mendengar
ucapan Bara. Lalu mengikuti arah mobil Bara. Sepanjang perjalanan Bara sengaja
mempercepat lajunya agar Jefri tak bisa mengikutinya. Tapi sangat disayangkan
Jefri selalu bisa mengimbanginya. Sampai akhirnya sampai di rumah Bara dan
Clara juga.
Sialan! Kampret! Anjir! Kok
kekejar! Batin Bara kesal lalu turun dari mobilnya.
"Wah ada Jefri,"
ucap Clara menyambut Jefri yang nyelonong masuk ke rumahnya begitu saja
"Duduk dulu sana. Anggap aja rumah orang," ucap Clara basa-basi
sambil melemparkan candaan.
"Hahaha iya," ucap
Jefri lalu duduk di sofa ruang tamu dan mendadak jadi sopan.
"Cla aku pulang,"
ucap Bara saat memasuki rumah.
"Hmm KaKak," ucap
Clara lalu memeluk Bara dan mengecup pipi dan bibirnya sekilas.
"Masak apa kamu
sayang?" tanya Bara sambil mengikuti Clara masuk.
"Masak cap cay sea food.
Ini masih masak sama Patricia sama Claudia juga," ucap Clara sambil
menggandeng Bara.
"Iya aku mau ganti baju
dulu ya, gerah. Kamu gak minta dibantu n\bibi?" tanya Bara.
"Dibantu bikin minum
sama ayam tepung kok Kak," jawab Clara.
"Sip deh makanannya
banyak," ucap Bara lalu berlari menaiki tangga ke kamarnya.
"Eh Clara," panggil
Jefri pada Clara yang menata hasil masakannya.
"Apa?" sahut Clara.
"Bininya abang lu
mana?" tanya Jefri kepo.
"Abang gue?" tanya
Clara heran "Kak Rey gitu? " tanya Clara lagi dengan bingung. "Kak
Bara," jawab Jefri.
Claudia dan Patricia langsung
tertawa terbahak-bahak, bahkan Bibi yang tengah menggoreng pun ikut tertawa
karena pertanyaan
Jefri.
"Ini kenapa pada
ketawa-ketawa gak ngajak aku?" tanya Bara lalu membantu Clara mengambilkan
minum "Eh gimana dah ketemu istriku belum?" tanya Bara sambil
menuangkan es teh leci ke tiap gelas.
"Belum bang," jawab
Jefri.
"Lah masa? Perasaan tiap
hari ketemu deh," ucap Bara santai dan beberapa kali memamerkan tatonya
yang sama sekali tak dilihat Jefri.
"Oh ya?" sahut
Jefri sedikit terkejut.
"Iya," sahut
Patricia.
"Sekelompok juga
pernah," ucap Claudia menimpali.
"Apa sih?" tanya
Clara yang baru bergabung dengan membawa cap cay buatannya.
"Dia tanya istriku
mana," ucap Bara sambil memakan buah plumnya sebelum makan berat.
"Oh gitu," ucap
Clara sambil menahan tawa.
"Eh iya Cla lo dah punya
pacar?" tanya Jefri to the point.
"Pacar gak punya,"
ucap Clara sambil mengambilkan nasi untuk suaminya.
"Wah pas banget
dong," ucap Jefri lalu mengambil coklat dari tasnya dan memberikan pada
Clara "Jadi gini Cla. Tadi gue ngobrol sama abang lu. Terus aku em pengen
minta nomor teleponmu. Biar kita bisa PDKT siapa tau jodoh," ucap Jefri pada
Clara.
Clara yang sudah menerima
coklat dari Jefri hanya tersenyum lalu mengembalikan kembali.
"Makan dulu ya,"
ucap Clara yang tak tega menyakiti hati Jefri secara langsung.
"Gak aku mau denger
jawaban mu dulu," ucap Jefri menolak tawaran Clara.
"Kak HP dong,"
pinta Clara pada suaminya.
Bara langsung memberikan
ponselnya pada Clara. Jefri langsung tersenyum sumringah melihat
Clara yang membuka ponsel
suaminya. Jefri
ikut mengeluarkan ponselnya
dan bersiap menyimpan nomor telepon Clara. Tapi bukannya Clara menunjukkan
nomor teleponnya ia malah menunjukkan fotonya dan Bara yang memegang buku
nikah.
"Aku dah nikah,"
jawab Clara lalu menunjukkan cincin di jari manisnya diikuti Bara yang juga
mengangkat tangannya memamerkan tato dan cincinnya.
"Kok bisa? Lu incase?
Sama abang lu gitu?" tanya Jefri yang syok dengan kenyataan yang ada.
"Kita mau program
kehamilan," ucap Clara "Aku sama Kak Bara gak incase. Tapi ya gitu
aku nikah muda, dijodohin sama Kak Bara," sambung Clara yang masih
menggenggam tangan Bara.
Tak selang lama Lisa datang
bersama Aya yang masih mengintilinya dan makin lengket sejak Lisa bisa melihat
lagi. Lisa juga berani pergi ke rumah Kakaknya sendiri dan hanya ditemani supir
atau pembantunya.
"Hai Sa," ucap
Clara lalu memeluk Lisa dan Aya.
"Hai Kak," jawab
Lisa lalu menempel pada Clara seperti biasa.
"Eh aku masak cap cay
sea food loh dek," ucap Clara lalu mengambilkan piring untuk Lisa dan Aya.
"Bang, Clara bohong
kan?" tanya Jefri yang masih syok.
"Bohong apa kak?"
tanya Lisa yang mendengar pertanyaan Jefri.
"Eh lu ikut gue!"
perintah Bara pada Jefri lalu mengajaknya ke ruang tamu.
Tak selang lama Bara kembali
melewati para cewek-cewek yang menjadikan tempat tinggalnya sebagai basecamp
dan kembali ke Jefri dengan buku nikah di tangannya. Jefri hanya menundukkan
pandangannya dengan sangat sedih dan pergi begitu saja tanpa pamit.
"Apa dia gapapa
kak?" tanya Clara sambil memeluk suaminya dari belakang.
"Dia cowok gapapa lah
kayak gitu. Lagian mau jadi pebinor," jawab Bara lalu merangkul Clara dan
mengajaknya masuk lagi untuk melanjutkan makan siang bersama.
Sejak Jefri tau masalah
hubungan Clara dan Bara. Jefri jadi menjauhi Clara dan gerombolannya, juga
menjaga jarak dengan Bara. Tentu ini sangat menyenangkan bagi Bara karena tidak
ada lagi yang harus ia waspadai menikung istrinya.
Bara dan Clara juga mulai
sibuk untuk persiapan memiliki anak lagi. Bara juga rajin sekali menemani dan
mengingatkan Istrinya untuk check up dan menjaga pola makan untuk peningkatan
asam folat agar segera hamil. Hingga akhirnya setelah bulan madu selama sebulan
full.
“Aku ada kabar bagus nih,”
ucap Clara ditelfon pada Bundanya yang tengah video call dengannya “Aku sama Kak
Bara bakal punya anak!” sambung Clara dengan ceria pada Bundanya.
To be continue