Part 23
Bajingan! Kenapa jadi makin
sakit waktu dia ngomong langsung? Teman baik apanya? Pernah suka katanya?
Arghhh Bob! Bob! Bob! Seistimewa apa dia bagi Clara! Kesal Bara sambil
menghantam samsak berulang-ulang dengan penuh emosi.
Wajahnya keliatan seneng
banget! Bisabisanya! Maki Bara.
"Bisa-bisanya!
Clara!" teriak Bara lalu kembali memukuli samsak hingga peluh bercucuran
dikeningnya.
"Clara nakal! Mau
coba-coba selingkuh! Bangsat!" maki Bara lagi sambil memukuli samsak
dengan sangat kuat hingga bekas pukulannya membekas di samsak.
Bara terus memukuli samsaknya
dengan penuh emosi dan kemarahan, sambil sesekali berteriak memarahi Clara yang
tidak ada di depannya.
"Kamu kenapa?"
tanya Adam yang baru datang ke hotel untuk mengecek anaknya yang malah dalam
kondisi penuh emosi.
"Gapapa yah," jawab
Bara lalu melepas sarung tinjunya.
"Masalah cewek ya?"
tebak Adam lalu melemparkan botol minuman dingin pada Bara.
"Ya gitu lah,"
jawab Bara lalu duduk dan meminum minuman dingin yang di beri Ayahnya.
"Permisi, Pak Bara ada
tamu. Katanya pacarnya Pak Bara," ucap resepsionis pada Bara.
Bara hanya menyeringit
binggung.
"Pacar yang mana?"
gumam Bara bingung.
"Kamu masih main cewek
ya?" tanya Adam lalu meninggalkan Bara tanpa mendengarkan jawaban dari
putranya.
"Enggak yah. Yah hoi
ayah. Aku gak main cewek lagi," jawab Bara sambil mengejar Ayahnya yang
berjalan duluan untuk menemui orang yang mengaku pacarnya Bara.
"Mana tamunya"
tanya Adam tegas.
"Elu ngapain
kesini?" tanya Bara sedikit membentak begitu Via berdiri.
"Bara, aku mau jelasin
dulu," ucap Via dengan mata yang berkaca-kaca.
"Itu siapa?" tanya
Adam pada Bara sambil menatap Via heran.
"Ya ini Via yang
ninggalin aku yah," jawab Bara sambil menatap Via tajam "Kamu mau
keluar dari sini sendiri apa pakek satpam?" tanya Bara pada Via.
Via langsung membelalakkan
mata dan menangis.
"Aku padahal sudah
jauh-jauh ke sini. Aku cuma mau jelasin. Aku cuma mau minta maaf. Udah itu
aja," ucap Via sambil menangis.
"Oke, dah dimaafin.
Pergi sana!" jawab Bara lalu melangkah pergi.
"Bara tunggu!"
tahan Via.
"Dua menit," ucap
Bara lalu membalikkan badan.
"Aku minta maaf, aku tau
aku salah dah ninggalin kamu. Ternyata DiMasgak sebaik yang aku kira. Aku minta
maaf. Aku mau kita balik lagi," ucap Via meminta maaf sambil menggenggam
tangan Bara "Aku tau kamu cuma terpaksa sama bocah itu. Kita bisa perbaiki
semuanya. Bara aku mohon," sambung Via memohon.
"Aku gak terpaksa sama
Clara. Bahkan sebelum Ayah bilang aku suruh sama Clara aku dah setuju. Kamu
jangan sok tau," jawab Bara sinis.
"Gak mungkin kamu mau
serius sama dia, iya kan. Cewek kayak dia apa bisa ngimbangin kamu? Dia gak
bakal bisa puasin kamu Bara. Coba kamu liat aku," ucap Via sambil menangis
berusaha mempengaruhi Bara.
Bara terdiam, menundukkan
kepalanya dan memejamkan matanya.
"Pikirkan lagi
Bara," ucap Via lalu mengelus dada Bara.
"Cewek matre kayak kamu
gak bakal tau bagaimana perasaanku," ucap Bara lalu mencekik leher Via.
"Bara lepas!"
perintah Adam yang melihat betapa marahnya Bara.
Bara langsung melemparkan
tubuh Via ke sembarang arah dengan kuat. Adam langsung menahan Bara agar tidak
menghajar Via.
"Kamu anggap aku kere,
kamu pilih dokter. Kamu tau dia kere, kamu balik lagi ke aku. Kamu rendahan.
Berani sekali kamu datang lagi ke sini. Belum lagi kamu menilai Clara. Emang
kamu tau apa soal dia," ucap Bara dingin dengan tatapan merendahkan pada
Via yang ditolong pegawainya.
"Itu karena aku dipaksa
Bara," sanggah Via.
"Bagian keamanan.
Singkirkan Via," perintah Bara lalu pergi bersama ayahnya.
***
Sepanjang perjalanan Bara
hanya diam enggan menjawab pertanyaan ayahnya, enggan juga menanggapi ocehan
Ayahnya hingga sampai rumah.
"Loh Kak Bara ngapain
pulang?" tanya Lisa saat tau ayahnya datang bersama Kakaknya.
"Kak Bara ada masalah
lagi dek," jawab Adam lalu mengantar Lisa ke kamarnya "Eh iya Bunda
kemana sayang?" tanya Adam.
"Sama Aya, sama Kak Hana
di kamar Kak Bara," jawab Lisa lalu masuk ke kamarnya.
Adam langsung meninggalkan
Lisa begitu Lisa masuk kamar dan tiduran.
"Oma ngobrol dulu
yuk," ajak Adam pada istrinya yang asik menemani cucunya hingga tertidur.
"Bentar ya Han,"
pamit Anna lalu mengikuti Adam.
"Aya dah bobo?"
tanya Adam.
"Udah yah, gemes banget
lagi tadi dikasih buah naga pertama kali sama si Hana. Aya langsung bingung
gitu wajahnya, waktu disuruh makan bijinya dipisahin lagi," ucap Anna
menceritakan tentang cucu pertamanya yang begitu menggemaskan.
"Aduh jadi pengen
liat," keluh Adam yang kelewatan momen lucu dan menggemaskan Aya.
"Tenang tadi divideoin
sama Hana kok," jawab Anna lalu duduk di ruang keluarga.
Bara diam dari tadi. Wajahnya
sangat mencerminkan kemarahannya meskipun sudah tidak sebesar tadi.
"Kamu kenapa
sayang?" tanya Anna pada anak keduanya itu.
"Gapapa Bunda,"
jawab Bara singkat.
"Mau Ayah yang cerita ke
Bunda?" tanya
Adam dengan tujuan mengancam
putranya.
"Aku cemburu," ucap
Bara pada akhirnya.
Anna hanya menyeringit
bingung dan heran. "Aku gak cemburu!" tarik Bara frustasi.
"Kamu kenapa nak?"
tanya Anna lalu memindah duduknya di samping Bara.
"Clara, aku gak tau.
Arghh aku pusing. Aku benci perasaanku," jawab Bara kesal lalu menutupi
wajahnya dengan bantal.
Anna dan Adam hanya saling
tukar pandang, heran dengan sikap Bara.
"Tadi aku dateng dia dah
ngamuk-ngamuk. Kedatangan mantannya. Cekcok jadi kayak gini," jelas Adam
singkat.
"Aku gak ngamuk yah. Aku
marah. Ayah pasti kalo di posisiku juga marah," ucap Bara membela diri.
"Iya oke kita gak bahas
mantanmu tadi. Kita bahas kenapa kamu kayak gini?" putus Adam.
Bara terdiam.
"Inget ya aturan di
rumah. Gak boleh ada yang marah sampai tidur. Jadi kalo kamu gak cerita, nanti
adek gak boleh bobo di rumah loh," ucap Anna mengancam dengan lembut.
Anna tau ancamannya itu tidak
mungkin mempan lagi pada anak-anaknya yang sudah besar. Tapi ancaman Anna ini
rasanya sangat ampuh membuat anak-anaknya selalu akur.
"Aku tadi pergi nengokin
Tina, dapet laporan Clara main sama temennya ngobrol di restoran ayam di mall Kak
Rey. Akrab gitu. Terus waktu sampai di tempat Clara habis makan di sana Clara
cerita kalo dia suka main sama temennya. Aku gak bolehin. Tapi aku gak bisa
bilang. Aku mau marah sama Clara. Tapi yang salah temennya. Mana tadi Claraku pulang
telat lagi," ucap Bara yang mulai mau cerita meskipun uring-uringan.
"Oh gitu anak Bunda dah
cocok ya sama Clara," ucap Anna menggoda Bara lalu memeluknya.
Adam hanya geleng-geleng
kepala melihat kelakuan anak keduanya yang sebentar lagi akan memulai hidup
baru dan membangun keluarganya sendiri.
"Tapi aku gak cemburu
loh Bunda. Gak degdegan juga sama Clara," ucap Bara menutupi perasaannya.
Ini anak playboy apa
gak pernah bohong ya? Batin Adam heran.
"Kak, kamu kan playboy.
Masa kayak gini gak tau?" tanya Anna pada putranya.
"Gak tau apanya?"
tanya Bara bingung.
"Ya kamu jatuh cinta
sama Clara," jawab Anna yakin.
"Kayaknya belum deh.
Enggak ah. Aku gak mau cinta dulu sama Clara. Clara masih bandel," ucap
Bara lalu tiduran di pangkuan Bundanya.
"Kak kamu playboy
gitu apa gak pernah bohong?" tanya Adam penasaran.
"Aku gak pernah bohong,
ceweknya aja yang gak tanya. Yaudah lagian biasanya aku ditembak. Ya ku terima
aja semua. Namanya juga rezeki, Ayah bilang kan gak boleh nolak rezeki," jawab
Bara lalu menggenggam tangan Bundanya yang mengelus pipinya.