Bab 42 – Mertua
Begitu sampai di rumah Lia hanya istirahat di kamar Arya. Arya juga ikut istirahat menemani istrinya. Sebenarnya Arya ingin segera pergi ke yayasannya tapi ia ingin menjadi suami siaga untuk Lia. Terkebih usia kandungannya yang sudah tua. Arya tak mau bila ia menjadi orang ke sekian dan bukan orang pertama yang bisa menolong Lia saat Lia membutuhkannya sewaktu-waktu.
Lia
terlihat begitu lemas badannya juga hangat karena sudah 6 kali muntah dan masih
merasa mual. Lia juga terus khawatir bila Alma memandangnya sebagai orang yang
sangat tidak berguna dan merepotkan karena terus mual dan sekarang hanya
istirahat saja.
Tapi dari
semua ke khawatiran itu semua yang membuat perasaan Lia seketika berubah adalah
saat Alma tiba-tiba masuk ke kamar Arya. Bukan dengan umpatan dan kata-kata
yang menyinggung. Alma datang membawakan bubur dan teh manis hangat untuk Lia.
“Makan,
nanti kalau sudah sehat kita jalan-jalan,” ucap Alma dengan nada yang dingin
namun Arya tau ibunya sudah mulai membuka hatinya untuk menerima Lia.
Lia
berusaha menyembunyikan senyumnya sambil menundukkan pandangannya. “B-baik
Ny-Nyonya…”
“Ibu,
p-panggil aku I-Ibu seperti Arya,” potong Alma lalu langsung keluar dari kamar
Arya.
Arya
langsung bersorak bergembira mendengar Alma yang meminta Lia memanggilnya Ibu.
Lia juga langsung menangis terharu setelah Alma menerimanya sebagai bagian dari
keluarganya.
Alma
tersenyum sambil menahan tawanya mendengar Arya dan Lia yang begitu bahagia
setelah ia keluar tadi dan langsung pergi ke kamarnya. Alma ikut bahagia
mendengar Arya yang begitu senang.
“Ini
rasanya jadi Ibu…” gumam Alma pelan lalu menghela nafas lega.
●●●
Lia merasa
jauh lebih sehat setelah minum vitaminnya dan beristirahat sejenak setelah
makan. Lia menggunakan dres panjang pilihan Alma yang di antarkan pelayan
untuknya.
“Cantik!
Kamu cantik pakek dres pilihan Ibu!” seru Arya senang melihat Lia yang
menggunakan dres dari Alma.
Sebenarnya
dress itu biasa saja, namun karena Lia dan Arya yang sedang bahagia karena Alma
menerima Lia jadi begitu memuji apapun yang Alma berikan.
Lia dan
Arya memulai liburan keluarganya dengan mengikuti Alma dan Jalu yang datang ke
acara sosialitanya. Berbeda dari biasanya Alma beberapa kali merangkul Lia dan
mengenalkan Lia sebagai menantunya. Alma juga membiarkan Lia duduk di
sampingnya sambil sesekali menunjukkan apa yang ia sukai dan tidak sukai.
Lia
mendengarkan ibu mertuanya yang begitu glamor itu dengan seksama. Lia begitu
senang bisa dekat dengan keluarga suaminya. Alma juga merasa senang ketika ada
orang yang mendengarkannya dan terlihat kagum pada apa yang ia ucapkan. Alma
sendiri sebenarnya juga tidak punya teman, teman-teman sosialitanya juga tidak
benar-benar dekat dengannya.
Alma selalu
merasa sendirian dan takut bila ia akan di tipu atau di tikam dari belakang.
Jadi ia selalu memasang tembok pembatas dengan semua orang. Tapi saat ada Lia
yang bisa ia kendalikan dan sewaktu-waktu bisa ia singkirkan, Alma merasa lebih
nyaman.
Terlebih
Lia juga sangat patuh padanya. Alma merasa bukan hal buruk menerima Lia sebagai
menantu juga sebagai temannya. Alma bisa mulai mengajarkan Lia bagaimana
menjadi seorang wanita berkelas dan gaya hidup glamor padanya. Alma ingin
merubah Lia agar bisa mirip dengannya. Seperti anak perempuan yang mirip dengan
ibunya.
Usai dari
acara tersebut, giliran Arya yang mengajak Lia ke yayasannya. Tempatnya
memberikan fasilitas pada para anak muda yang memiliki bakat bertarung dan
jiwa-jiwa yang nekat. Yayasan yang awalnya berniat sebagai yayasan amal tapi
perlahan mulai terasa seperti organisasi gangster.
Arya
menunjukkan anak-anak yang berlatih dan begitu setia pada yayasan yang ia buat.
Semua terlihat mengerikan untuk Lia, pria bertubuh besar dengan tato
dimana-mana. Tapi semuanya terlihat ramah dan baik saat datang menyambut Arya.
“Jangan
khawatir, semuanya baik,” ucap Arya lalu naik ke atas ring untuk sedikit
pemanasan dan memamerkan keahliannya bertarung pada Lia.
Lia
menatapnya dengan kagum dan khawatir di bawah.
“Tuan!”
pekik Lia saat Arya terkena pukulan saat menangkis.
Bukan
pukulan yang berarti sebenarnya bagi Arya yang begitu tahan banting. Tapi
melihat Lia yang begitu panik dan khawatir padanya membuat Arya senang dan
langsung menyudahi pamernya.
Arya
langsung turun dan pura-pura tak berdaya sambil duduk di samping Lia. Semua
orang disana menahan tawa ketika melihat Arya sang Killing Machine
begitu manja dan pura-pura kesakitan di depan istrinya. Semua orang tau betapa
ganasnya Arya, dan hanya pukulan seperti tadi tentu hanya hal sepele untuknya.
“Lia disini
sakit, kena pukul keras sekali…” rengek Arya begitu manja sambil menunjuk
tangannya yang terpukul saat menangkis.
Lia
langsung mengelus-elus tangan Arya. Arya berkedip pada orang-orang di
sekitarnya dan memberi kode untuk pergi karena ia masih ingin di manja dan
bersandiwara pura-pura sakit agar makin di perhatikan istrinya.
Jalu
geleng-geleng kepala melihat Arya yang masih sama seperti dulu. Super manja dan
minta selalu di perhatikan. Arya juga masih sama berpura-pura sakit untuk dapat
perhatian ekstra.
“Arya happy
banget ya sama Lia,” ucap Alma yang ikut memperhatikan Arya.
Jalu
mengangguk setuju. Jalu senang akhirnya ada perempuan yang benar-benar cocok
dan sesuai dengan Arya. Tidak seperti Alya atau perempuan lain yang tidak tau
diri dan malah meninggalkan putranya itu. Meskipun Jalu tetap melihat Lia
seperti Lily.