BLANTERORBITv102

Bab 10 – Sweet Home

Minggu, 21 Juli 2024

 

Arya memilih untuk jujur dan berterus terang pada Shinta dan keluarganya bila ia tak bisa meneruskan perjodohan ini. Arya tidak ingin menyakiti perasaan Shinta dengan menikah hanya karena bisnis. Keluarga Shinta rasanya juga cukup paham dan mengerti dengan keputusan yang Arya ambil meskipun cukup berat dan menyakitkan, apa lagi Shinta sudah jatuh hati padanya.

“Saya sangat berharap Shinta bisa menemukan pria yang lebih baik dari saya dan dapat saling mencintai dengan tulus kedepannya,” ucap Arya sebelum ia menyudahi pertemuannya.

Shinta tersenyum getir tapi ia berusaha memahami kondisi Arya dan keluarganya. Toh bisnis yang di lakukan perusahaan keluarganya itu tetap berjalan lancar sesuai yang di harapkan. Jadi tak ada masalah yang serius.

“Kamu suka sama budakmu?” tanya Jalu begitu Arya masuk ke kantornya.

Arya terdiam dengan alis yang bertaut bingung harus menjawab apa.

“Ibu bilang kamu batalin perjodohan sama Shinta apa alasannya?” tanya Jalu lagi agar Arya tidak terlalu bingung menjawab.

Arya berdeham pelan. “Aku tidak mau mengulang kesalahan Ayah,” jawab Arya lalu menghela nafas. “Aku hanya ingin menikah satu kali dan menghabiskan waktuku dengan keluargaku, dengan istri dan anakku. Tanpa harus membagi waktu dengan yang lain dan tidak perlu berbohong pada siapapun,” sambung Arya.

Jalu yang semula ingin memarahi Arya yang lebih mementingkan budak sexnya daripada perjodohan yang sudah lama di bicarakan ini terdiam seketika. Jalu yang selama ini merasa bila  putranya bahagia dengan kehidupannya dan tak menyimpan trauma ternyata salah.

“Bunda tidak pernah ada di foto tiap aku pergi sama Ayah dan Ibu. Bunda selalu sembunyi dan pura-pura jadi pengasuhku. Kadang Bunda juga di tinggal di rumah, tidak ada satupun artikel yang mengatakan kalo aku anaknya Bunda. Semua menulis kalo aku anak Ayah dan Ibu. Padahal Bunda yang susah payah lahirin aku. Aku gak mau kayak gitu lagi,” tegas Arya yang cukup jelas dan membuat Jalu paham bila ia tak seharusnya mengekang putranya seperti cara papanya dulu memperlakukannya.

Jalu tak mau mengulang kisahnya kembali. Jalu tak mau gadis yang benar-benar di cintai putranya akan tergeser dengan gadis lain hanya karena masalah bisnis dan perusahaan. Cukup ia yang mengorbankan dirinya juga cinta sejatinya, jangan Arya juga.

“Sudah aku mau pulang, aku tidak mau di paksa lagi,” putus Arya lalu pergi tanpa menunggu jawaban dan keputusan dari ayahnya.

Arya menangis di sepanjang perjalanan pulang. Ia masih menjadi Arya kecil yang kesepian dan sendirian ketika mengingat Bundanya yang sudah lama meninggal. Arya juga masih merasa menjadi Arya yang penakut dan akan selalu di tinggalkan bila ia tak bisa menjadi sempurna sesuai didikan Alma, istri pertama ayahnya yang membuatnya terus memakai topeng dan menyembunyikan sisi rapuhnya yang masih belum sembuh.

“Tuan Arya!” sambut Lia dengan ceria begitu melihat Arya pulang.

Sejenak Arya merasa seperti melihat Bundanya yang menyambutnya pulang. Keceriaan yang terpancar, senyum manisnya, semuanya hampir semuanya mengingatkan Arya pada figur Bunda yang sudah lama hilang.

Arya tersenyum lalu memeluk Lia dengan begitu erat melampiaskan perasaannya yang begitu campur aduk. Lia membalas pelukannya yang begitu erat dengan senang hati dan bingung. Lia menyambut Arya dengan begitu ceria bukan karena maksud tertentu, ia hanya ingin menunjukkan cookies yang berhasil ia buat untuk Arya.

“Tuan, aku membuatkanmu cookies. Aku tidak tau apakah sesuai dengan seleramu atau tidak. Aku baru pertama kali membuatnya,” ucap Lia setelah Arya melepaskan pelukannya.

Arya mengangguk lalu mengikuti Lia berjalan ke ruang tengah simana Lia menunggunya dari tadi dan sudah menyiapkan cookies buatannya.

“Lia, apa kamu punya ibu?” tanya Arya tiba-tiba sebelum ia mencicipi cookiesnya.

Lia mengangguk sambil tersenyum. “Tapi ibuku sudah meninggal tahun lalu,” jawab Lia.

“Ceritakan bagaimana keluargamu, aku ingin tau,” pinta Arya setelah mencicipi cookies buatan Lia.

Lia tertawa kecil. “Keluargaku biasa saja Tuan, tidak menarik. Ibuku ibu rumah tangga yang berjualan lauk tiap pagi, Ayahku pedagang kecil, kadang juga jadi penebas. Dagangannya juga tidak pasti, kadang buah, kadang beras, tergantung musim. Kadang juga jualan kambing dan sapi, tergantung ada modal atau tidak. Kakakku janda, lulusan D3 keperawatan. Aku lulusan SMA saja. Keluargaku kecil, Ayah dan Ibuku tidak berani kembali ke kampung halamannya karena terlanjur merantau. Hanya itu saja,” ucap Lia menceritakan soal keluarganya.

“Kenapa kamu hanya lulus SMA saja?” tanya Arya penasaran.

Lia tersenyum malu-malu. “Sebenarnya SMA juga belum mengambil ijazah. Keluargaku tidak bisa membayar kekurangan pembayaran sekolah, jadi ijazahku belum di ambil sampai sekarang. Aku mau melanjutkan tapi tidak ada biaya, selain itu waktu itu Ibuku sakit. Kakakku tidak mau membantu. Katanya dia malu punya keluarga kampungan seperti kami. Jadi aku membantu merawat Ibu, memasak, berjualan, mengurus ternak, mengurus rumah.”

“Kakakmu menyebalkan,” komentar Arya sambil mengunyah cookiesnya.

Lia mengangguk sambil tersenyum. “Iya, tapi dia tetap kakakku. Aku tidak marah, aku senang bisa merawat keluargaku,” jawab Lia sambil menerawang mengingat keluarganya. “Keluargaku sederhana, kami bahagia dan bisa menguatkan satu sama lain. Hanya kakakku yang berubah jadi menyebalkan karena salah pergaulan.”

“Kamu memaafkan kakakmu?” tanya Arya tak percaya mendengar Lia yang tak terdengar emosi sedikitpun mengingat kakaknya.

Lia menggeleng. “Awalnya iya, tapi mau sebanyak apapun aku marah padanya ia tetap menjadi kakakku. Itu tidak merubah fakta apapun, jadi daripada aku marah aku lebih memilih untuk menerimanya,” jelas Lia dengan tenang dan lembut yang membuat Arya bingung harus tenang atau marah pada kakaknya Lia yang begitu jahat padanya.

“Apa kamu tidak ingin marah?” tanya Arya yang sudah siap melenyapkan kakaknya Lia bila Lia mau.

Lia menggeleng. “Dulu sedikit, kakakku juga pernah baik padaku. Aku ingin mengingat itu saja,” jawab Lia.

“Mana bisa begitu!” Arya tidak terima.

Lia tersenyum lalu menggenggam tangan Arya dan mengelusnya agar Arya tenang. “Aku tidak mau mengorek luka lama,” jawab Lia lembut yang cukup dapat di terima Arya meskipun ia tidak 100% ikhlas menerima jawaban itu.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.