Bab 25 – Bulan Madu
Arya mulai bulan madunya dengan mengajak Lia pertama kalinya keluar dari rumah dan mengenalkannya sebagai istrinya pada acara pembukaan hotelnya di Bali. Bila Lia mengira ia akan di ajak dan di kenalkan seperti para pejabat di kampung mengajak istrinya ia salah. Arya hanya menggandengnya lalu sedikit mengenalkan Lia tapi ia cenderung ingin cepat-cepat mengantarnya kekamar dan memintanya bersiap-siap sementara ia masih harus menghadiri acara pembukaan itu selama satu jam kedepan.
“Hai Arya!”
sapa Shinta yang datang juga ke acara pembukaan perdana hotelnya.
“Apa
kabar?” saut Arya ramah sambil menyalimi Shinta.
Shinta
melihat cincin di jari manis Arya dan sedikit bekas bedak yang menempel di
kemeja pantainya. Tangan Shinta terulur untuk membersihkan kemeja pantai yang
Arya kenakan. Namun Arya segera mundur begitu tangan Shinta menyentuhnya.
“Maaf…”
ucap Shinta yang menyadari penolakan Arya. “Bay the way, Om Jalu bilang
kamu dah nikah ya? Kenapa gak ngundang?” tanya Shinta kepo.
Arya
tertawa kecil lalu mengangguk. “Aku dan istriku sepakat untuk membuat
pernikahan yang sederhana dan tertutup,” jawab Arya yang terlihat begitu
bahagia menceritakan soal pernikahannya.
Shinta
mengangguk dan berusaha menunjukkan senyum cerianya ketika mendengar jawaban
dari Arya. Shinta mendengar banyak cerita simpang siur dari beberapa orang soal
pernikahan Arya, terutama soal keputusan Arya menikahi budak sexnya. Tapi
ketika Shinta mengobrol soal pernikahan Arya dan menanyakan beberapa hal
padanya yang sebelumnya ia anggap sebagai pertanyaan yang sensitif Arya malah
menjawabnya dengan santai.
Arya
terlihat bahagia menceritakan soal istrinya dan keluarga baru yang ia bangun
sendiri. Keluarga kecil yang sebentar lagi menyambut anggota barunya. Arya juga
menjawab dengan cukup blak-blakan bila istrinya hanya tamatan SMA, namun Arya
juga membanggakannya karena istrinya sabar dan pengertian dalam menghadapinya
juga pintar memasak.
Shinta yang
menjadi lulusan terbaik UI dan menjadi penyanyi yang cukup terkenal dengan
segudang prestasi itu merasa begitu iri pada gadis yang berhasil menaklukkan
hati Arya. Shinta melihat betapa bahagianya Arya. Terlebih ketika Arya
mengatakan, “…tidak masalah bagaimana orang lain memandang istriku, selama aku
bahagia dan kami bersama-sama setiap hari itu sudah cukup…”.
Tak ada
yang lebih membekas dalam pertemuan kali ini selain pertemuannya bersama Arya.
Shinta merasa iri dan sedikit menyalahkan dirinya karena dulu terlalu jual
mahal saat di tawari untuk di jodohkan dengan Arya. Kalau saja dari dulu ia tau
bila Arya anak konglomerat FS Group itu sesempurna ini, mungkin dari awal ia
yang akan mengejarnya dan menunjukkan sisi keibuannya.
“Gimana
tadi ngobrolin apa aja sama Arya?” tanya Hendra ketika makan siang bersama
keluarganya.
“Ehmm…”
Shinta berdeham pelan mendengar pertanyaan papanya. “Basa-basi biasa, tanya
kabar… em… cerita-cerita soal pernikahannya, istrinya… gitu aja,” jawab Shinta
seolah apa yang ia bicarakan dengan Arya tadi bukan hal yang menarik.
“Oh ya? Wah
ternyata beneran udah nikah ya? Soalnya tadi ada yang bilang Arya kesini ngajak
istrinya. Tapi Mama gak tau istrinya yang mana,” ucap Dewi sambil menyantap
sate lilitnya.
Sinta
tersenyum getir. “Aku juga gak liat istrinya dimana,” saut Sinta.
“Alah
santai aja, nanti malam kan ada acara makan malam bersama. Nanti pasti liat
istrinya yang mana,” ucap Hendra santai lalu menambahkan sambel matah ke
piringnya meskipun sudah di pelototi istrinya yang melarangnya terlalu banyak
makan pedas.
●●●
Sebagai
permulaan karena sudah lama tak berhubungan intim juga meminta jatah dan
kondisi perut Lia yang buncit membuat Arya cukup takut untuk menggaulinya.
Meskipun Lia berkali-kali meyakinkannya bila ia baik-baik saja dan tetap
mempersilahkan Arya bila ingin meminta jatah lagi atau menambah ronde.
Tapi tetap
saja sebagai permulaan dan nanti malam mereka masih harus makan malam bersama
dengan kolega yang lain Arya memilih hanya satu ronde saja. Paling tidak ia
memastikan bila Lia dan bayi kecil di perutnya baik-baik saja jika berhubungan
intim dengannya. Meskipun yang tadi Lia sama sekali kurang menikmati karena
sudah terbiasa dengan gaya berhubungan intim yang cukup kasar dan binal bersama
Arya sebelumnya.
“Dedek
bayinya gimana?” tanya Arya usai ia mandi dan masih mendapati Lia yang masih
bersandar duduk di tempat tidur sambil mengelus perutnya di balik selimut.
“Sakit? Lemes? Kamu gimana?” tanya Arya khawatir lalu ikut duduk di samping Lia
sambil menciuminya terlebih dahulu sebelum mengelus perutnya dan mengajak
bicara bayi di perutnya. “Tadi Ayah kekencengan ya? Adek sakit gak di dalem?”
tanya Arya.
Lia
tersenyum lalu mengelus rambut arya lembut. “Gapapa Tuan, cuma masih agak capek
aja. Si Adek tadi sempet nendang sebentar terus udah anteng lagi ini,” jawab
Lia lembut lalu mencium bibir Arya. “Aku mau mandi, oh iya tadi ada yang telfon
Tuan. Tapi aku gak berani angkat,” ucap Lia sebelum masuk kamar mandi.
Usai mandi
dan bersiap untuk makan malam bersama dengan para koleganya. Arya begitu betah
menciumi bau sabun yang masih melekat di tubuh Lia yang sudah resmi menjadi
istrinya. Arya juga membantu Lia untuk menyisir dan mengeringkan rambutnya. Lia
menggunakan baju ibu hamil berlengan panjang dengan warna putih dengan potongan
bahu yang cukup lebar dan sangat memamerkan kemulusan bahunya.
Arya
memilih mengenakan kaos oblong warna hitam dengan logo FS Group kecil di dada
kirinya yang ia padukan dengan celana pendek dan sandal. Arya dan Lia tidak
terlihat kompak meskipun apa yang Lia kenakan juga mengikuti persetujuan Arya
sebelumnya.
“Nanti
makan, kalo udah selesai langsung balik kamar ya,” ucap Arya yang hanya ingin
berdua dengan istrinya saja.
Lia
mengangguk paham dengan rencana Arya. Lia mengikuti langkah Arya yang jauh
lebih lambat dan santai saat berjalan dengannya sambil saling menggenggam dan
mengobrol santai. Meskipun Arya yang jauh lebih banyak berbicara.
Begitu
sampai dan duduk di mejanya, beberapa orang mendatangi Arya dan menatap Lia
sinis seolah mengusirnya karena ingin duduk atau mengobrol dan berfoto bersama
Arya. Awalnya Lia hanya bergeser satu kursi di samping Arya tapi lama kelamaan
ia makin menjauh dan menjauh.
Hingga saat
ia hendak mendekat dan duduk di samping Arya lagi. Keluarga Shinta datang dan
Arya mempersilahkannya duduk dalam meja yang sama dengannya. Shinta langsung
duduk di samping Arya dan mengobrol dengannya hingga Arya baru menyadari bila
Lia tak di sampingnya.
“Loh Lia
mana?! Istriku mana?!” Arya begitu panik dan langsung melebarkan pandangannya
menyisir ke seluruh tempat mencari keberadaan istrinya hingga ia melihat Lia
yang duduk bersama dengan para baby sitter dan supir di belakang. “Kamu
ngapain disini?!” tanya Arya panik dan langsung menggandeng Lia kembali duduk
di sampingnya seperti semula.
Lia duduk
lalu menggenggam tangan Arya dan berbisik lembut. “Aku malu, tadi banyak sekali
yang menghampiri Tuan dan memintaku bergeser. Jadi aku duduk di sana karena
semua kursi sudah ada yang namanya.
Arya
mendengus kesal. “Lain kali tetap di sampingku apapun yang terjadi!” ucap Arya
sedikit membentak yang di angguki Lia dengan patuh.
Shinta yang
semula duduk di samping Arya jadi tergeser dan terpaksa duduk di samping Lia.
Shinta memandang rendah perempuan yang sudah menjadi istri Arya itu. Shinta
mulai membandingkan dirinya dan Lia yang jelas kalah dari segi apapun. Bahkan
sampai sekarangpun asal-usul keluarga Lia dan latar belakangnya tidak jelas.
Sungguh tak sepadan dengan Arya.
“Foto
punyaku juga,” ucap Arya yang meminta Lia memfoto makanannya juga karena Lia
yang begitu senang memfoto makanan sebelum ia santap.
Shinta memandang Lia sebagai orang norak dan udik yang membuat Arya ikut-ikutan jadi kampungan. Meskipun yang sebenarnya Arya dan Lia lakukan hanya mengabadikan momen kebersamaan mereka saja dan bersenang-senang tetap saja bagi Shinta yang iri, apapun yang Lia lakukan membuatnya kesal.