Arya keluar dari kamar Lia setelah
mendapatkan morning sexnya. Arya juga mandi bersama dengan Lia dan
kembali bercinta di dalam bathtub karena Arya yang tak bisa menahan
nafsunya melihat tubuh Lia yang basah dan terlihat licin karena air dan sabun
itu. Lia juga tak melawan ketika Arya langsung menggaulinya seperti biasa.
“Ibu?” panggil Arya yang mendapati Alma ada
di sofa ruang tengah rumahnya.
Alma menoleh dengan pandangan kesal. “Kamu
melewatkan janji bertemu dengan Sinta,” tegur Alma.
Arya menghela nafas lalu menggaruk
kepalanya yang basah dan jelas tidak gatal itu. “Bu, aku tidak suka Sinta. Aku
nyaman dengan kehidupanku sekarang…”
“Nyaman dengan kehidupanmu sekarang atau
dengan budak sex murahan yang baru kamu beli?!” cecar Alma yang langsung
menyudutkan Arya.
Arya kembali menghela nafas. “Tidak juga,
aku menikmati kehidupanku. Aku tidak harus berurusan dengan cinta atau menjaga
sikapku di depan wanita yang akan menjadi istriku. Aku senang bisa menikmati
kehidupanku dan menjadi diriku sendiri,” jawab Arya jujur.
“Apa budak itu sangat menarik sampai kamu
berpikir seperti itu?!” bentak Alma kesal.
Arya mengerutkan keningnya. Lia memang
budak sex murahan, tapi mendengar orang lain mengatakan itu pada Lia membuat
perasaan Arya jadi tidak nyaman. Lia wanita yang baik dan rasanya ia juga cukup
terhormat, paling tidak ia di perbudak bukan karena kemauannya tapi karena di
tipu.
Alma melangkah menuju kamar bawah yang
sekarang menjadi kamar Lia. Arya sempat berusaha menghalanginya tapi akhirnya
Alma tetap masuk kedalamnya.
“L-Li-Lily…” ucap Alma dengan begitu
ketakutan dan tubuh yang gemetar begitu melihat Lia yang sedang merapikan
kamarnya.
“Lia, namanya Lia, Bu,” ucap Arya lalu
menggandeng Lia agar mendekat pada ibunya.
Alma melangkah mundur. Matanya membelalak
begitu kaget dan ketakutan melihat Lia yang benar-benar mirip denga Lily.
“Ibu baik-baik saja?” tanya Arya lalu
melepaskan genggaman tangannya pada Lia.
Alma menatap Lia lalu menatap Arya
bergantian. “Bunuh dia, singkirkan dia. Aku jijik melihatnya!” jerit Alma yang
membuat Arya terkejut.
Lia langsung meluruh ke lantai bersimpuh
meminta maaf dengan airmata berlinangan dan meminta ampun agar tidak di bunuh.
“K-kenapa harus di bunuh? Lia tidak salah,
dia hanya memuaskanku itu saja,” ucap Arya yang tak mau membunuh Lia lalu
menggiring ibunya menjauh dari Lia.
Kepala pelayan dan pelayan yang lain begitu
iba dengan nasip Lia yang begitu apes dan sengsara. Bahkan tak banyak yang tau
asal-usul Lia. Tapi yang jelas para pekerja di rumah Arya mengetahui bila Lia
bukan wanita malam yang datang benar-benar untuk menjadi budak sex, Lia hanya
gadis malang yang polos dan di tipu hingga jadi serunyam ini.
Kepala pelayan memberi instruksi agar Lia
kembali masuk ke kamarnya saja karena tak tega melihat gadis itu menangis di
lantai ruang tengah. Lia juga tidak melawan dan memilih untuk patuh agar ia
tidak terkena masalah lebih lagi.
Arya tak kunjung menemui Lia setelah Alma pergi. Tapi ia juga tak melakukan apa-apa dan tetap memberikan Lia makan juga membiarkannya beraktifitas seperti biasa. Meskipun Arya tak bereaksi apapun Lia tetap takut dan khawatir bila sewaktu-waktu ia di eksekusi seperti orang-orang yang sudah-sudah.
Seharian Lia sama sekali tidak pergi dari
kamarnya. Ia hanya diam di kamar, makanpun di kamar. Rin sudah mencoba
menghiburnya dengan membawakan DVD film komedi tapi Lia tak tertarik dan lebih
memilih untuk diam dan berdoa saja. Rin sangat memahami bagaimana perasaan Lia
juga orang-orang yang terlihat di eksekusi atau penyesalan para staf yang
menemani Arya mengeksekusi para penghianat.
Itu bila penghianat, tapi ini Lia. Dia
tidak bersalah dan tak melakukan penghianatan sedikitpun. Bahkan saat Rin
membantu Lia dulu pun Lia sama sekali tak menunjukkan gelagat menjadi
pembangkang atau pengkhianat.
“Rin, terimakasih. Aku mau sendirian dulu,”
ucap Lia lembut sambil tersenyum menatap Rin.
Rin menghela nafas lalu menggenggam tangan
Lia. “Kalau butuh apapun bilang saja, aku akan membantumu,” ucap Rin yang
dengan berat hati meninggalkan Lia di kamarnya.
Tapi belum Rin keluar, kepala pelayan masuk
dan meminta Lia untuk pergi ke kamar Arya. Perasaan Lia sudah tidak enak, tapi
ia tetap melangkah ke lantai dua tempat dimana kamar Arya berada.
“Tuan memanggilku?” tanya Lia begitu kepala
pelayan mempersilahkannya masuk dan langsung menutup pintu kamar Arya setelah
Lia masuk.
Arya mengangguk lalu menepuk bantal di
sampingnya. Lia mendekat dan naik ke tempat tidur Arya lalu duduk di
sampingnya.
“Tidurlah,” perintah Arya dengan pelan yang
langsung di turuti Lia. “Aku tidak akan membunuhmu,” ucap Arya yang membuat Lia
bernafas lega. “Ibu tidak menyukaimu, mungkin aku akan menyingkirkanmu ke rumah
lain saat Ibu datang,” sambung Arya.
Lia mengangguk lalu tersenyum. “Terimakasih
Tuan,” ucap Lia lembut.
Arya menaikkan sebelah alisnya bingung.
“Aku lega tidak jadi di bunuh,” jelas Lia
yang membuat Arya ikut tersenyum. “Tuan, kalau Nyonya Besar tidak menyukaiku
sebagai pemuas nafsumu dan aku tidak boleh pergi dari sini. A-apa aku boleh
menjadi pelayan atau tukang kebun saja?” tanya Lia berusaha memberikan saran
terbaik sekaligus menyelamatkan dirinya.
Arya diam cukup lama memikirkan ucapan Lia.
“Tidak, tapi mungkin setelah intensitas sexku berkurang dan aku bosan denganmu.
Kamu bisa jadi pelayan,” jawab Arya setelah berpikir lalu melingkarkan
tangannya di pinggang Lia dan memeluknya dengan erat.
“Tuan, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya
Lia sedikit takut.
“Ya.”
“A-apa semua pelayan perempuan di sini
dulunya budak juga seperti aku?” tanya Lia penasaran.
Arya menggeleng sambil tertawa. “Kamu budak
sex pertamaku,” jawab Arya lalu melumat bibir Lia dengan lembut.
Ada rasa senang dan berdesir di hati Lia
mendengar jawaban Arya. Lia tau ia hanya budak, kalaupun tidak ia juga tetap
tak layak jatuh hati pada konglomerat seperti Arya ini. Tapi di hati kecilnya
ia merasa senang dan bangga menjadi yang pertama meskipun hanya budak.
“Senang?” tanya Arya yang melepas
lumatannya dan melihat senyuman Lia yang tak bisa ia sembunyikan itu.
Lia menatap Arya lalu mengalihkan
pandangannya dan mengangguk jujur dengan melu-malu. Arya ikut tersenyum. Ada
perasaan berdebar-debar di hatinya juga perasaan tenang dan penuh cinta yang
seketika mengisi hatinya. Arya ikut bahagia dengan Lia.
“Kamu jadi budakku terus ya, muasin aku
terus ya,” ucap Arya yang di angguki Lia.
Arya merasa aneh karena perasaan senang dan berbunga-bunga di hatinya karena kepatuhan Lia padanya. Meskipun secara sadar Arya juga paham bila tak seorang pun bisa melawannya di rumah ini. Ia tetap senang dengan apa yang ia dapatkan dari Lia.
0 comments