BLANTERORBITv102

Bab 06 – Bicara

Minggu, 21 Juli 2024

 

“Yang tadi bicara denganku dari kepolisian, kenapa kamu tidak berteriak?” tanya Arya setelah selesai menelfon dan mencapai klimaksnya.

Lia hanya bisa diam tertunduk antara malu dan menyesal sudah menyia-nyiakan kesempatan. Arya tertawa kecil, menertawakan Lia juga menertawakan dirinya sendiri yang mengira Lia adalah gadis polos selama ini sementara ia tak lebih dari pelacur yang kurang pengalaman saja.

“Tuan…” panggil Lia sebelum Arya keluar dari kamarnya. “Kalau aku akan di sini hingga lama, paling tidak aku ingin tau siapa namamu,” ucap Lia sopan.

“Arya, namaku Arya Suandakni,” jawab Arya singkat.

Lia mengangguk lalu bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk kembali membersihkan dirinya. Setelah itu Lia kembali terkunci di kamarnya dan hanya Rin, pelayan yang bertugas mengurusnya, yang keluar masuk dari kamarnya. Entah membawakan makanan, minuman, atau membawakan mukena dan celana dalam untuk Lia.

Berbeda dari biasanya Arya sama sekali tak menjamahnya setelah bercinta tadi. Tidak, bukan bercinta. Lia hanya jadi tempat pembuangan sperma dan syahwat Arya saja. Arya tidak lagi masuk ke kamar Lia hingga malam.

Tapi baru Lia hendak bernafas lega karena ia tak di jamah seenaknya oleh Arya. Saat hampir tengah malam tiba-tiba Arya masuk ke kamarnya dan memeluknya dari belakang. Lia sudah bersiap bila Arya akan memaksanya memuaskan hasratnya seperti sebelumnya. Rasanya di lecehkan bukan hal tabu lagi untuk Lia sejak di sekap Arya.

Lia diam dan berpura-pura tidur berharap Arya tidak akan macam-macam bila ia sedang tertidur. Atau paling tidak Lia berharap apa yang ia alami hanya mimpi dan ia akan segera bangun lalu kembali ke kehidupannya yang normal saat bangun nanti. Sialnya hal itu jelas tidak mungkin dan Arya tetap memeluknya erat, juga ia tetap terkurung di istana milik Arya itu tanpa seorangpun yang dapat memberinya pertolongan.

Nafas Arya terdengar cukup tersengal-sengal seolah sedang menangis di balik punggung Lia. Caranya memeluk terasa begitu rapuh dan ketakutan, seolah pria besar yang membelinya itunadalah seorang anak-anak yang kehilangan ibunya. Arya menangis dalam diam tanpa alasan yang jelas bagi Lia.

Lia cukup heran tapi ia tak berani membalik tubuhnya atau bergerak sedikitpun. Ia takut akan membuat Arya marah bila ketahuan ia sebenarnya tidak tidur.

“Aku benci di tinggal sendirian…” lirih Arya begitu pilu yang membuat Lia makin bingung dan heran. Harusnya Lia yang menangis dan mengatakan itu setelah di jual kakaknya. Kenapa malah Arya yang menangis dan mengatakan itu?

Aneh sekali pria yang memiliki segalanya ini malah menangis di tengah malam seperti ini. Tapi meskipun begitu Lia tetap tidak berani beranjak sedikitpun.

“Tuan Arya…” lirihnya sambil berusaha bangun dan menyingkirkan tangan besar Arya yang menghangatkan tubuhnya sepanjang malam.

“Emhh…” desah Arya yang jadi ikut terbangun karena Lia bangun. “Lia puaskan aku sekarang!” perintah Arya yang benar-benar tak kenal waktu.

“Ijinkan aku solat sebentar saja, setelah itu aku akan memuaskanmu,” lirih Lia sambil menatap Arya dengan penuh harap.

Arya mengerutkan keningnya lalu mengangguk memberi ijin. Lia langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu mulai menunaikan solat sementara Arya terus memandanginya hingga selesai solat.

“Kalo kamu solat, kalo kamu punya agama kenapa kamu menjual dirimu?” tanya Arya begitu menghakimi Lia.

Lia tersenyum lalu menghela nafas. “Aku tidak menjual diriku, Tuan. Aku tinggal bersama kakak dan ayahku, hari itu ayahku pergi ke kota sebelah untuk membeli beberapa beras dan akan menjualnya. Aku tidak pernah akur dengan kakakku, aku masih ingat hari itu. Aku baru pulang dari warung setelah menitipkan telur asin yang ku buat, lalu kakakku datang dan mengajakku pergi. Dia memintaku mandi dan sedikit berdandan lalu meminjamiku salah satu gaunnya. Ku kira aku akan bekerja menjadi pelayan atau tukang bersih-bersih. Ternyata aku di jual,” jawab Lia begitu panjang dan terdengar memilukan namun gadis itu tetap mengembangkan senyum di bibirnya meskipun terlihat jelas air matanya yang akan segera jatuh ketika ia berkedip.

Lia melipat mukenanya lalu naik ke tempat tidur dan duduk di samping Arya. “Tuan mau aku bagaimana?” tawar Lia sambil tersenyum dan menyeka airmatanya secepat yang ia bisa.

“P-puaskan aku seperti kamu sedang memuaskan kekasihmu,” jawab Arya ragu untuk meminta di puaskan sekaligus memastikan apakah yang di katakan Lia jujur.

Lia tertawa kecil. “Aku tidak punya kekasih,” jawab Lia malu dengan kepala tertunduk.

“Kalau begitu bayangkan saja kalau aku kekasihmu,” jawab Arya cepat.

“Aku tidak akan menyentuhmu, aku tidak menyentuh kekasihku. Dosa,” jawab Lia sambil tersenyum lembut.

Arya menghela nafas kesal tapi ia juga setuju dengan jawaban Lia. “Bayangkan aku suamimu kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan kalo aku suamimu?”

Lia diam memikirkan apa yang akan ia lakukan lalu kembali tiduran di samping Arya lalu memeluk dan mencium keningnya dengan lembut. “Itu saja, aku bukan orang yang menyenangkan,” jawab Lia yang benar-benar malu bila harus melakukan apa yang ada di khayalannya bila memiliki suami seperti yang biasa ia bayangkan tiap membaca buku fiqih.

Arya membalas mengecup kening Lia lalu meninggalkannya di kamar sendirian tanpa bicara apapun. Arya merasa sudah begitu berdosa menjadikan Lia sebagai budak sexnya tanpa tau dan bertanya di awal kenapa ia bisa di jual di sana.

Arya tak bisa percaya 100% pada ucapan Lia soal kejadian yang menimpanya hingga di lelang kemarin. Tapi yang jelas itu sudah membuat Arya merasa bersalah. Arya merutuki dirinya sendiri yang sudah begitu jahat. Lia bahkan di tipu kakaknya dan tak tau apapun soal sex dan industri lendir haram itu. Tapi ia memaksanya untuk terus memuaskannya dari kemarin.

Arya mengusap wajahnya dengan gusar lalu menghela nafas. “Ijinkan Lia untuk keluar kamar, tapi tetap awasi dia,” perintah Arya lalu naik ke lantai dua dan memulai harinya yang ternyata tidak sebaik yang ia kira.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.