Bab 27 – Bra Baru
Arya berusaha berhati-hati untuk bercinta dengan Lia yang sedang hamil. Sudah berkali-kali ia bertanya apakah ia menyakiti Lia atau tidak saat harus bercinta dengannya seperti ini. Tapi Lia terlihat baik-baik saja dan meyakinkan Arya untuk tidak usah terlalu khawatir. Lia juga sudah bilang kalau sakit ia akan mengatakannya pada Arya.
“Sakit?”
tanya Arya yang langsung menghentikan pinggulnya karena lia mengerang pelan
saat ia memasukkan penisnya hingga mentok di dalam lubang vagina Lia.
Lia
menggeleng, baru ia merasakan nikmat Arya malah berhenti. “Tidak apa-apa Tuan,
jangan khawatir,” ucap Lia meyakinkan Arya yang ke sekian kalinya.
Arya
mengecup bibir Lia dengan lembut lalu mulai menggenjot Lia dengan lembut. Bila
biasanya Arya akan memegangi pinggang ramping Lia dengan cukup erat dan
menggenjotnya dengan kasar, ini berbeda dari biasanya. Arya bahkan beberapa
kali mengelus perut Lia dengan lembut sambil terus menggenjotnya.
“Lia aku
takut mengenai bayiku!” geram Arya kesal karena ingin bercinta dan takut mengenai
bayinya di saat yang bersamaan, suara desahan Lia tidak terdengar bagai simfoni
lagi untuk Arya.
Pria yang
sebentar lagi menjadi ayah itu begitu meskipun ia tetap bergerak hingga
mencapai klimaksnya juga. Namun Arya tak berani menambah ronde lagi, ia memilih
untuk langsung mandi dan meminta istrinya membersihkan diri juga memakai skincare
malam dengan krim malamnya yang akan terasa sangat pahit ketika terjilat agar
ia tak minta jatah lagi.
Lia tak banyak protes
meskipun ia masih ingin lagi dan tak masalah bila Arya ingin bercinta dengan
intensitas sesering dulu padanya. Tapi Lia tetap patuh dan mandi setelah Arya
selesai juga pertama kali memakai skincare malam yang baru dua kali ia
pakai.
“Tuan, aku kehabisan
bra. Apa boleh besok aku tinggal di kamar saja?” tanya Lia lalu tiduran di
samping Arya.
“Beli saja kalau
begitu, sudah Lia jangan mengajakku membahas hal-hal yang tidak perlu! Aku
sudah mandi!” ketus Arya yang tak mau tergoda dengan pembahasan ringan dari Lia
seperti biasanya. Nafsunya masih sangat tinggi tapi ia benar-benar takut
mengenai bayi kecilnya dan ketakutannya itu melebihi nafsu yang ia punya.
Lia menghela nafas
lalu memunggungi Arya dan memejamkan matanya. Lia memang masih mau, Lia juga
sedikit sedih karena Arya begitu ketus padanya. Tapi ia berusaha memahami Arya
dan mengambil sisi positifnya. Ia jadi bisa istirahat lebih lama dan tenang
karena tak ada orang yang tiba-tiba mengawininya.
●●●
Lia mandi dan
menggunakan branya yang lama. Arya jarang memintanya memakai bra ketika di
rumah. Jangankan bra, celana dalampun ia hampir tak pernah memakainya. Tapi
kali ini berbeda. Mereka sedang liburan bulan madu dan Arya juga harus bekerja
di saat bersamaan. Tidak mungkin Lia tidak memakai pakaian dalam saat harus
menemani suaminya bekerja.
Menggunakan branya
yang semalam juga sudah tidak nyaman. Bau keringat dan Arya terlihat
uring-uringan karena saat mencium payudara istrinya baunya kecut. Saat Arya menyemprotkan
parfum baru ke badannya sedikit saja Lia sudah mual, jadi ia tak punya cara
lain selain menemani Lia membeli bra baru.
“Nanti jangan
lama-lama, aku masih ada acara. Tidak usah banyak pikir. Kamu suka ambil saja,”
ucap Arya yang begitu bad mood. Tak ada jatah yang cukup untuknya, tak
ada moening sex, dan saat mencium istrinya tidak wangi.
Lia mengangguk sambil
tersenyum. Lia begitu paham bila ia tak boleh mengganggu jadwal suaminya yang
sudah di tata sedemikian rupa dan di harapkan oleh banyak orang kedatangannya.
Lia tak bisa egois memonopoli suaminya.
Begitu sampai di butik
yang menjual beragam pakaian dalam wanita. Seorang manajer toko langsung
menyambut dan mempersilahkan Lia memilih. Baru Lia menyentuh beberapa pilihan
ia sudah bingung harus memilih yang seperti apa. Sebelumnya ia hanya memakai
bra bekas kakaknya, lalu saat di rumah Arya semuanya sudah di pilihkan staf di
sana.
“M-maaf, a-aku bingung
memilihnya. Bisa tolong pilihkan untukku?” tanya Lia sungkan.
Manajer butik langsung
tersenyum dan mengangguk dengan senang hati lalu mengambil meteran di kantung
celananya lalu mulai mengukur ukuran dada Lia.
“Aku ingin bra yang
nyaman, tidak perlu ada busanya. Aku merasa malu bila orang-orang mencuri
pandangan ke dadaku,” jawab Lia sambil mengelus perutnya yang terlihat buncit.
Manajer butik
mengangguk lalu langsung memilihkan beberapa bra dan mengantar Lia ke kamar
ganti untuk mencobanya. Arya sudah begitu bosan menunggu meskipun baru sampai
kurang dari 5 menit.
“Ini pengaitnya di
depan, jadi nyaman untuk menggunakannya. Selain itu jika menyusui nantinya akan
lebih mudah,” ucap si manajer yang langsung membuat Arya tertarik.
“Oh ya! Keren sekali,
aku akan mencobanya,” ucap Lia lalu masuk ke kamar ganti. “Tuan… psst!” panggil
Lia setelah mencoba branya sambil membuka pintunya dan melambaikan tangannya
memanggil Arya untuk melihat bra yang ia coba.
Arya bangkit dari
duduknya lalu ikut masuk ke kamar ganti yang Lia gunakan.
“Bagaimana menurutmu?
Apa bagus?” tanya Lia lalu mendemonstrasikan penggunaan branya.
Arya menyentuh
payudara Lia lalu mengelusnya dan ikut mencoba melepas dan memasang bra dengan
model yang jarang Arya lihat itu.
“Kita perlu banyak
membeli bra menyusui,” ucap Arya lalu menghisap putting susu Lia sebentar dan
kembali menutup branya. “Ini inovasi keren!” puji Arya.
Lia langsung bersemu
antara menahan malu dan nafsunya yang langsung meningkat karena hisapan singkat
suaminya barusan.
“Berapa ukuran
istriku?” tanya Arya pada si manajer.
“34 C, Pak,” jawabnya
singkat.
“Kami ambil semua bra menyusui ukuran itu,” ucap Arya lalu mengajak Lia keluar. “Hitung juga yang di pakai istriku,” lanjut Arya setelah memberikan bra bekas Lia sebelumnya.