Arya lebih banyak diam saat jamuan makan
bersama kolega bisnisnya sebagai perayaan 80 tahun berdirinya FS Group. Banyak
orang yang datang, tapi Arya hanya mampu bertahan di sana hingga selesai
sambutan saja.
Saat ia melihat ayah dan ibunya ke panggung
memberi sambutan dan membantu opanya naik ke panggung untuk potong tumpeng
sebagai simbolis perayaan acara ulang tahun perusahaan membuatnya teringat pada
bundanya. Arya teringat bila bundanya selalu ada di bawah ketika ia naik ke
panggung bersama ayah dan ibu.
Bundanya selalu di bawah seolah bersembunyi
dan memang di sembunyikan, sehingga hanya ia tak pernah di ajak naik ke
panggung dan di anggap sebagai anggota keluarga. Dulu bundanya selalu bilang
kalau ia malu bila di lihat banyak orang, Arya masih mempercayainya sampai
umurnya 25 tahun, kalau saja ayahnya tidak menceritakan yang sesungguhnya.
Mungkin sampai sekarang ia tetap tidak tau faktanya.
Arya jadi teringat pada bundanya yang
selalu di sembunyikan dari publik dan tidak pernah di ajak ke acara-acara
besar. Arya hanya menghabiskan waktu dengan bundanya saat di rumah dan
bepergian ketempat-tepat sederhana. Ayahnya juga jarang menemani karena harus
menemani istri pertamanya. Namun yang Arya tau hapir setiap hari ia akan
melihat ayahnya tidur bersama bundanya, entah selarut apapun ayahnya pulang
lalu mereka akan makan bersama sambil bercerita di ruang makan kecil dekat
dapur.
Bahkan setiap perkumpulan keluarga besar
bundanya selalu tersingkirkan juga. Kenangan buruk itu terus menyeruak seiring
dengan kemesraan palsu yang di tunjukkan ayah ibunya di panggung. Arya begitu
sedih dan muak melihatnya. Ia benci
segala kepalsuan di keluarganya.
Lia sedang menikmati lele bakar yang di buat juru masak di rumah memanfaatkan lele organik yang baru saja panen di rumah. Lia meminta satu porsi lengkap juga untuk Arya meskipun kepala pelayan dan pekerja lainnya ragu apakah Arya mau makan lele. Tapi Lia tetap menyisihkannya berjaga-jaga bila Arya pulang dan belum makan seperti sebelum-sebelumnya.
“T-Tuan pulang!” seru petugas keamanan
setelah mendapat pesan untuk membukakan gerbang.
Semua orang kalang kabut bersiap menyambut
Arya. Hanya Lia yang bingung harus bagaimana dan memilih untuk membawa
makanannya juga makanan untuk Arya masuk ke ruang makan rumah utama lalu cuci
tangan.
Arya langsung masuk ke kamarnya dan
mengabaikan jajaran staf di rumahnya. Arya kembali keluar dengan membanting
pintunya begitu tidak mendapati Lia ada di kamar. Para pelayan langsung kalang
berangsur-angsur kabur dan memilih meninggalkan Lia dan Arya sendiri di rumah
utama.
“Tuan, aku sedang makan,” ucap Lia yang
berlari ke lantai dua berusaha menjelaskan pada Arya kalau ia masih di rumah
dan tidak pergi ke manapun.
Arya memeluknya erat dengan wajah marah
yang tak bisa di sembunyiakan. “Kenapa tidak menyambutku pulang?!” bentak Arya
kesal.
“A-aku baru makan Tuan, ku kira Tuan akan
pergi makan malam cukup lama,” jawab Lia dengan takut menjelaskan apa yang ia
lakukan. “A-ap-apa Tuan sudah makan?” tanya Lia mengalihkan pembicaraan agar
Arya tidak terlalu marah.
Arya menggeleng lalu turun ke bawah bersama
Lia untuk makan. Arya melihat lele panggang dengan sambal bawang dan lalapan
lengkap yang sudah lama sekali tak ia sentuh sejak bundanya meninggal dulu.
“Aku tidak suka lele, banyak durinya,” ucap
Arya yang ingat ketika ia di suapi Alma dan tersedak duri.
“Tidak, aku akan memisahkan durinya,” ucap
Lia lembut lalu mulai memisahkan duri-duri yang ada pada lele di piring Arya.
“Mau di suapi juga?” tawar Lia.
Arya mengangguk pelan. Lia tersenyum lalu
menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Arya lalu mulai menyuapinya.
“Pakai sambal?” tanya Lia menawari Arya.
“Sedikit saja,” jawab Arya lalu melahap
suapan dari Lia.
Arya menikmati suapan demi suapan dari
tangan Lia, ini pertama kalinya sejak terakhirkali ada yang menyuapinya dengan
tangan. Arya benar-benar merasa di urus dan di sayangi kembali. Perasaannya
yang buruk di pesta tadi juga hilang seiring dengan kehangatan yang Lia berikan
padanya.
“Tadi orang-orang bilang di perusahaanmu
mengadakan acara ulang tahun, ada banyak artis yang di undang juga ya?” tanya
Lia setelah menyuapi Arya.
Arya mengangguk. “Apa ada artis yang kamu
sukai?” tanya Arya.
Lia menggeleng lalu tersenyum dan merapikan
ruang makan lalu cuci tangan. “Aku lebih suka kartun, tapi aku jarang bisa
menonton kartun di rumah. TV di rumahku di bawa kakakku masuk ke kamarnya. Jadi
aku dan ayahku tidak pernah menonton TV, aku hanya mendengarkan saja kalau
kakak menyetelnya kencang,” jawab Lia.
“Kenapa tidak ikut masuk dan menonton
bersama?” tanya Arya heran.
“Katanya aku bau seperti tai ayam dan
sampah dapur, jadi tidak boleh masuk ke kamarnya,” jawab Lia lalu menghela
nafas.
Arya mengangguk perasaannya yang sempat
membaik jadi kembali sedih mendengar cerita Lia yang hidup nelangsa mirip
bundanya. Hanya saja bundanya masih mendapat segala fasilitas, tapi memang ia
tak boleh berkumpul dengan sembarang orang dan harus selalu bersembunyi.
●●●
Lia menyikat giginya juga cuci muka bersama
Arya. Keduanya juga sudah memakai piama panjang yang sama. Lia sempat berpikir
Arya akan marah bila ia tak mengenakan lingerie pada malam ini. Tapi
ternyata ia salah.
Arya menikmati malamnya kali ini dengan Lia sambil menonton film kartun We Bare Bear The Movie. Tak ada bayi besar yang menyusu juga malam ini. Hanya ada seorang pria dewasa yang sedang memanjakan gadis kecil malang dalam pelukannya.
0 comments