BLANTERORBITv102

Bab 16 – Hamil

Minggu, 21 Juli 2024

 


Arya sama sekali tidak pulang. Mau tidak mau hari ini Lia harus di periksa sendiri tanpa di temani Arya, meskipun Rin tetap ada di sampingnya untuk mengawasi dokter dan jaga-jaga bila memerlukan sesuatu.

Pemeriksaan kali ini membuat Lia senang dan sedih di saat bersamaan. Ia senang bisa hamil, tapi di sisi lain ia juga sedih karena Arya sepertinya tidak akan menyukai ini. Lia begitu khawatir sekarang bagaimana kalau ia di bunuh atau ia di paksa untuk aborsi.

Dokter dan Rin juga ikut khawatir pada apa yang terjadi sekarang. Dokter memperkirakan kehamilan Lia sudah memasuki 4 minggu pertamanya. Keyakinan bila Lia hamil juga makin kuat karena Arya yang selalu mengeluarkan spermanya di dalam. Bahkan Lia sama sekali tidak tau apa itu kondom dan fungsinya.

Lia juga tak menggunakan kontra sepsi apapun. Kepala pelayan yang diberitahu soal kondisi Lia juga bingung harus bagaimana. Semua orang tak ingin Lia di bunuh karena gadis itu memang tak berbuat salah sedikitpun di sana.

“B-bisa rahasiakan ini terlebih dahulu?” tanya Lia dengan air mata yang sudah menggenang.

Semua orang saling tukar pandangan lalu menatap dokter berharap ia bisa di ajak bekerja sama.

Dengan berat hati akhirnya dokter mengangguk. “Tapi tolong jujurlah pada Tuan atau kaburlah sebelum perutmu membesar,” ucap dokter yang tak mau ambil resiko.

Ucapan itu rasanya juga di setujui yang lain dan ikut merahasiakan masalah besar ini.

“Aku akan mengatakan pada Tuan kalau kamu hanya kelelahan dan perlu istirahat, kalau kamu ingin menggugurkannya kabari aku,” ucap dokter lalu kembali menghela nafas dan memberikan obat juga vitamin pada Lia agar kondisinya membaik.

Lia mengangguk paham dengan airmata yang mulai mengalir. Ia begitu sedih dengan nasipnya saat ini. Rin yang menemaninya juga ikut sedih. Rin berharap Lia akan di singkirkan jauh-jauh dari keluarga ini saja daripada di bunuh dengan kejam dalam kondisi hamil pula.

●●●

Arya bernafas lega melihat laporan dari dokternya bila Lia hanya kelelahan dan menyarankan Arya mengurangi kegiatan fisik untuk Lia sementara waktu. Setidaknya kalau hanya itu Arya bisa melakukannya dan yang terpenting Lia baik-baik saja.

Tapi Arya masih tak dapat pulang cepat karena ayah dan ibunya yang perlu bicara padanya. Arya duduk berhadapan dengan keduanya yang mengajak bicara di dalam kamar saja karena ayahnya yang masih sakit karena di lempar guci porselen oleh ibunya saat bertengkar kemarin.

“Siapa?” tanya Alma yang melihat Arya tersenyum setelah melihat isi pesan yang masuk ke ponselnya.

“Lia hanya kelelahan,” jawab Arya lalu menatap Alma.

“Kamu gak bakal tega kalo singkirin Lia, kamu lemah dan akan terus begitu,” cibir Alma yang melihat sisi rapuh dari Arya yang kembali muncul setelah dekat dengan Lia.

Jalu menghela nafas, ia tak pernah berharap Alma akan menyetir putra kecilnya yang penuh cinta itu hingga sejauh ini. Jalu hanya memintanya untuk menguatkan hati Arya, bukan merubahnya jadi manusia kejam tak berperasaan.

“Kalau Lia hamil, apa kamu bakal bunuh dia? Atau bunuh anaknya?” tanya Jalu ikut mendesak Arya.

Mata Arya langsung berkaca-kaca. Ia merasa begitu nyaman dan bahagia bersama Lia, ia merasakan kehangatan dan kasih sayang yang sudah lama hilang darinya.

“Apa aku harus melakukannya?” tanya Arya yang langsung di angguki Alma sementara Jalu hanya diam menatapnya.

Arya menggeleng. “K-kalau dia hamil, aku tak bisa membunuhnya juga tak bisa membunuh anakku sendiri,” ucap Arya dengan berat hati pertama kali melawan orang tuanya dan berpegang teguh pada pilihannya secara serius.

“Kalau kamu tidak menyingkirkannya, dia yang bakal menyingkirkan kamu. Persis seperti Alya, seperti bundamu,” sindir Alma dengan pandangan angkuh dan merendahkan.

Arya mengangguk. “Tidak papa, aku percaya pada Lia,” putus Arya dengan yakin dan tegas.

“Coba saja uji dia, berikan sedikit kebebasan. Apakah Liamu itu akan bertahan atau kabur darimu,” tantang Alma yang membuat Arya tak dapat berkata-kata dan lebih memilih keluar dari kamar orang tuanya dan langsung pulang daripada terus mendengar ucapan yang menyakitkan dari Alma.

●●●

Arya pulang tanpa sambutan dari Lia. Tapi ketika ia melihat ke kamar Lia, gadis itu sedang tertidur sambil meringkuk di balik selimut. Ada plester demam yang menempel di keningnya yang membuat demamnya turun.

“Emhh…Tuan…” ucap Lia yang langsung terbangun ketika merasakan ada orang yang duduk di tempat tidurnya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Arya lalu menggenggam tangan Lia.

Lia tersenyum lalu membalas genggaman tangan Arya. “Sudah jauh lebih baik Tuan,” jawab Lia lalu mengecup tangan Arya.

Arya mengangguk lalu mengusap kepala Lia dengan lembut dan pergi keluar dari kamarnya agar Lia bisa istirahat dengan nyaman.

Rin yang hendak memberikan makanan untuk Lia melihat betapa baik dan perhatiannya Arya pada Lia. Rin sempat terdekun beberapa detik namun langsung masuk dan meletakkan mangkuk berisi sup dan air putih untuk Lia. 

Rin kembali keluar dan mendapati kepala pelayan yang sedang bicara dengan Arya. Arya juga tiba-tiba mengijinkan telfon rumah untuk tersambung dengan saluran umum agar bisa menerima telfon dari luar. Kabar itu juga langsung tersiar ke seluruh pekerja. Entah apa yang Arya inginkan tak ada yang tau.

Tapi yang jelas menurut Rin ini adalah momen yang tepat untuknya memberitahu Lia bila ada kesempatan untuk kabur. Atau paling tidak menyusun rencana dan mengabari keluarganya terlebih dahulu soal kondisinya. 




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.