Bab 36 – Dijebak
Naila langsung
di rawat di rumah sakit. Robi tak pernah dapat perubahan kabar soal Naila dari
orang-orang yang membesuknya. Hanya tinggal beberapa hari lagi ia mendekam di
tempat rehabilitasi tapi rasanya waktu berjalan begitu lama. Kuasa hukumnya
mengatakan bila Robi saat kejadian sedang di jebak. Robi serta merta menuduh
pria yang menjual rokok padanya. Tapi pengacara bilang kalau rokok yang Robi
beli masih dalam kondisi utuh tersegel.
"Bara? Masa
Bara?" ucap Robi tak yakin. "Aku cuma dateng minum beer, soalnya aku ga mau pulang mabuk
dan ga bisa nyetir. Aku dateng di tawarin rokok udah, " ucap Robi.
Robi dan kuasa
hukumnya sama-sama diam menelaah masalah yang ada. Rasanya tidak masuk akal
ketika Robi di jebak tapi orang yang menjebaknya juga ikut masuk kedalam
jebakannya sendiri. Tidak masuk akal.
"Ada
beberapa CCTV yang tidak menyala dan terpotong."
"Sewa
detektif, aku tidak mau mencurigai temanku sendiri," Robi bangun lalu
kembali masuk untuk bicara dengan Bara.
Belum Robi
sampai di kamar atau menemui Bara, tiba-tiba ada banyak petugas yang melakukan
pemeriksaan dadakan. Semua barang-barang di geledah termasuk barang-barang
milik Robi.
Robi terlihat
biasa saja tanpa ada ketakutan. Sementara Bara yang sudah di geledah pergi
mandi. Tapi tak lama petugas keluar dari kamar Robi membawa beberapa puntung
rokok ganja yang jelas bukan milik Robi.
Robi kaget bukan
main kenapa bisa ada ganja di kamarnya. Sementara selama ini ia tak pernah
merokok lagi dan ia hanya menghabiskan waktunya untuk memikirkan Naila saja.
"Itu bukan
punyaku," ucap Robi lalu pasrah di bawa ke tempat pemeriksaan.
"Gimana
bisa kamu bilang ini bukan punyamu sementara ini ada di atas mejamu dan tinggal
setengah, " ucap petugas tak percaya.
"Tes urin,
cek darahku, apapun. Aku tidak memakai barang sialan itu. Aku suka minum, tapi
aku bukan perokok. Jadi bagaimana bisa aku memaksa untuk dapat ganja?"
ucap Robi menjelaskan dan tak terima.
Beberapa petugas
yang tau bila Robi tak pernah aneh-aneh dan selalu di bersama istrinya tiap jam
besuk cukup percaya. Apa lagi Robi dan Naila tampak ingin segera kembali
bersama. Tentu saja tak mungkin bila ia melakukan hal sembrono seperti ini.
Petugas
mengambil sampel darah milik Robi, lalu rambutnya, juga meminta urin untuk
dilakukan pengecekan. Robi benar-benar takut bila ia kembali positif sementar
ia tak menggunakan barang haram itu.
Sejam menunggu,
selama itu Robi juga di interogasi hingga akhirnya hasil tesnya muncul dengan
hasil negatif. Robi begitu bahagia karena ia tidak terbukti menggunakan
narkoba. Tapi ada kecurigaan lalu siapa yang menggunakan dan meletakkannya di
kamar Robi?
"Coba cek
Bara, aku curiga sama dia, Cuma dia yang sering masuk ke kamarku, " ucap
Robi.
Tak lama petugas
datang membawa Bara. Bara tak terima karena tuduhan yang tak berdasar padanya.
Bara juga tak kooperatif seperti Robi saat harus di periksa.
"Kenapa
kamu taruh sisa rokokmu di kamarku?" tanya Robi.
"Bukan aku!
Jelas-jelas kamu liat tadi aku ada di kamar mandi. Rambutku aja masih
basah," jawab Bara dengan nada tinggi pada Robi.
"Kenapa
dulu kamu kasih aku sinte dan bilang kalo itu malbor biasa?! " tanya Robi
yang langsung menanyakan segala kecurigaannya pada Bara.
"Buat apa
aku kasih kamu kayak gituan sementara aku juga masuk kesini?! Aku ini
sahabatmu. Bisa-bisanya kamu nuduh aku! " bentak Bara tak terima pada
tuduhan Robi.
Robi mengepalkan
tangannya menahan emosi. Sampai akhirnya hasil tes Bara muncul. Hanya tes urin
dan ia positif menggunakan.
"Hasilnya
pasti salah!" ucap Bara tak terima.
Robi tertunduk
sedih mengetahui Bara, satu-satunya teman dekatnya positif menggunakan narkoba
lagi. Satu-satunya orang yang ia percayai dan selalu jadi tempatnya curhat juga
menghIburnya malah berusaha memfitnah dan menjebaknya.
"Aku gak
paham kenapa kamu, "
Bara menggeleng
pelan. Robi langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Bara yang masih harus di
periksa lagi. Para petugas juga kembali datang menggeledah kamarnya dan Bara
lagi juga kamar semua pasien yang lain.
Robi benar-benar
kecewa dengan Bara. Tak ada hal yang lebih mengecewakannya selain pengkhianatan
dari sahabat yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
"Aku bisa
jelasin semua, dengerin dulu! " ucap Bara yang menahan Robi.
"Apa? Apa
alasanmu mengkhianati aku?" tanya Robi lalu menatap Bara dengan kesal.
"A-aku cuma
pengen ngerasain jadi pasangannya Naila. Aku ngerasa kamu ga bisa jadi suami yang
baik buat Naila. Awalnya aku berniat buat deketin Naila doang. Tapi lama-lama
aku pengen punya Naila juga, " belum Bara menyelesaikan ucapannya Robi
langsung menghantam wajah Bara dengan kesal.
Robi terus
menghajar Bara tak peduli sebanyak apapun orang yang menahannya. Robi begitu
kesal. Sudah di jebak dan Bara masih dengan serakah menginginkan istrinya juga.
"Kamu
menjijikkan, kalo kamu anggap aku jahat ke Naila liat sekarang kamu bahkan
lebih jahat lagi ke dia! " bentak Robi emosi begitu ia di pisah dari Bara
yang tergeletak tak berdaya.
Bara diam lalu
mulai menangis, Robi juga menangis kecewa dan sedih pada akhirnya ia harus
kehilangan satu-satunya teman terbaiknya setelah banyak hal di lalui bersama.
Bahkan Robi tak pernah keberatan memberikan perempuan yang sedang dekat
dengannya untuk Bara dan sengaja menikahi Naila agar ia tak berkonflik dengan
sahabatnya itu. Tapi malah ini balasan Bara. Bara begitu serkah.
"Aku ga bakal bagi Naila ke siapapun. Aku ga bakal ninggalin keluargaku, " ucap Robi lalu meninggalkan Bara.