Bab 41 – Pesta
Naila langsung
memberikan bayi dalam dekapannya pada Ester lalu memintanya untuk menjauh.
Ester sedikit ragu tapi ia langsung pergi untuk menidurkan Jalu di kamar
terlebih dahulu sembari menunggu suster yang tengah dalam perjalanan. Ester
terus bolak-balik dari kamar Naila ke luar memastikan Naila dan bayinya
baik-baik saja dan dalam pengawasan.
"Ga ada
uang Yah, aku ga pegang apa-apa, " ucap Naila yang tak bisa memenuhi
permintaan ayahnya.
"Bohong,
jangan jadi serakah. Pasti suamimu kasih uang banyak ke kamu! " Edo tak
percaya.
"Astaghfirullah,
Beneran Yah, aku ga pegang uang," Naila berjalan ke kamarnya lalu
mengambil dompet koinnya dan menunjukkan ke ayahnya. "Udah aku cuma ada
uang itu doang. Mas Robi susah ijinin aku pergi. Jadi aku ga pernah pergi. Ga
ada uang, Cuma ini. Ayah ambil aja semua gapapa, " ucap Naila lalu
memberikan dompet beserta isinya itu.
"Gak
mungkin orang kaya kayak Robi cuma kasih uang dikit. Kamu coba bohong ya?! Mau
nipu Ayah?! " bentak Edo sambil melemparkan dompet yang tadi di berikan
Naila ke arah kepala Naila namun meleset. Tak puas karena tak bisa mengenai
kepala Naila, Edo langsung menampar Naila.
Naila menahan
tangisnya lalu menatap tajam ayahnya. "Ayah udah jahat ke aku sama ibu.
Ayah juga dah cerai sama ibu. Ayah serakah. Aku juga bukan anak ayah lagi. Aku
istrinya Mas Robi. Ayah gak bisa gini terus ke aku! " Naila melawan dengan
segala sisa-sisa keberanian yang ia punya.
Edo mengangkat
tangannya hendak menampar Naila lagi. Tapi Naila langsung menjerit dan
berteriak meminta tolong sambil memecahkan salah satu koleksi guci milik Robi.
Para pelayan dan petugas keamanan berdatangan. Naila hanya menunjuk ke arah Edo
sambil menangis terduduk di lantai.
"Naila!
" Robi langsung datang dengan begitu panik. Tapi bukan karena kegaduhan
yang Naila buat, tapi karena Ester yang menghubungi Robi dengan ponsel Naila.
"Awas ya!
" geram Edo begitu ia diseret keluar oleh petugas keamanan.
Robi langsung
mendekap erat Naila yang menangis ketakutan di lantai. Naila begitu ketakutan
hingga gemetar dan hanya bisa menangis dalam pelukan Robi yang berusaha
menenangkannya.
Witri juga
langsung membantu menenangkan Naila dan membawanya masuk ke kamar bersama
bayinya sementara pelayan membereskan ke kacauan dan Robi kembali menemui
tamunya. Naila tampak ketakutan dan trauma, ia juga lebih memilih tetap di
kamarnya, mendekap buah hatinya dengan rasa cemas bila Edo akan menyakitinya.
"Sayang,
mau keluar sebentar ga ketemu sama tamuku?" tanya Robi yang kembali ke
kamar Naila.
Naila menatap
Robi dengan matanya yang masih sembab sambil menggeleng dan tengah menyusui
putra kecilnya.
Robi tersenyum
lalu mengecup kening Naila. "Yaudah ga usah keluar, di sini aja. Jangan
kemana-mana ya, " ucap Robi yang langsung di angguki Naila.
Robi mendengar
banyak cerita pengalaman para tamunya soal pengalaman pertamanya memiliki anak.
Mendengarkan cerita para ibu-ibu yang tampaknya begitu senang dan bersemangat
membagikan ceritanya pada Robi. Ada yang mengatakan setelah punya anak hubungan
ranjangnya jadi tak menarik lagi, ada yang bercerita kalau anak-anak akan
menguras segala perhatian dan energi istri, bahkan banyak ibu-ibu yang
mengatakan lebih memilih anak dari pada suaminya meskipun hanya bergurau saja
menanggapi pertanyaan Robi.
Para pria
mengatakan bila istri-istri mereka jadi tidak menarik lagi setelah melahirkan
dan bercinta dengan seorang "ibu" sangat berbeda dengan saat istrinya
hanya untuknya. Karena itu pula para istri akan lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan anaknya dan akan sibuk dengan dunianya yang baru. Bagi Robi itu
bagus, karena ia senang bila Naila sibuk di rumah bersama anaknya.
Tapi begitu ada
yang membahas soal baby blues dan para tamu yang berbincang dengan Robi
tampaknya setuju dan pernah mengalami baby blues, Robi mulai takut. Baby blues
sangat mengerikan, bahkan berkali-kali lipat lebih mengerikan dari pada Naila
tak mau berhubung intim dengannya lagi atau kehilangan nafsu pada Naila.
"Dulu
mantan menantuku sampe ga mau pegang anaknya, padahal dulu tante waktu juga
ikut temenin. Semua temenin, terus dia mulai paranoid, akhirnya cerai."
"Hah?!
Terus anaknya gimana ?" tanya Robi kaget.
"Ya ikut
anak tante lah, orang dia nikah lagi."
Robi langsung
terdiam. Membayangkan Naila pergi dari kehidupannya untuk mengejar cintanya
yang baru.
"Soalnya
waktu itu mantan menantu tante juga masih muda banget, jadi kayak masa pubernya
masih menggelora, "
Robi makin
tercengang dan mulai khawatir. Naila bukan hanya masih muda tapi masih remaja
juga. Selain itu beberapa waktu yang lalu Reyhan sempat menyatakan cinta
padanya. Meskipun sudah cukup lama berlalu. Robi masih ingat dengan jelas.
"Iya bener,
dulu saya sempet mau kepincut sama mantan pacar waktu reuni. Tapi suami sayang
aku banget jadi ga jadi, "
Robi langsung
mencatat dalam pikirannya, ia harus menjauhkan istrinya dari reuni juga
segalahal yang memungkinkannya untuk mencari perbandingan. Acara pesta yang
cukup tertutup itu akhirnya selesai setelah sekian lama perbincangan yang jadi
di isi reuni oleh para tamu. Sementara keluarga dari ibu Naila sudah pulang
sejak awal.
"Sa, " Robi baru akan memanggil Naila begitu masuk kamar. Tapi ia melihat Naila yang duduk bersandar di tempat tidur sambil masih mendekap bayinya membuat Robi merasa lebih tenang.