BLANTERORBITv102

Bab 19 – Bad Mood

Kamis, 25 Juli 2024

Banyak yang menunjukkan simpati dan rasa prihatinnya pada Naila. Orang-orang melayaninya bukan hanya karena bekerja dan di bayar, tapi juga rasa ingin melindungi dan menjaga Naila juga. Berhari-hari Naila hanya memandang ke luar setiap mengantar Robi atau ibunya berangkat bekerja lalu menyambutnya saat pulang. Semua orang tau Naila bosan di rumah.

Rumahnya besar dan megah, tapi Naila sudah jadi tahanan rumah selama hampir tiga minggu. Robi juga tak ada niatan sedikitpun mengajaknya pergi keluar apa lagi memberi ijin cuma-cuma untuk keluar sebentar.

Naila mulai menghabiskan waktunya dengn berkebun di taman dengan pot kecil. Kadang menangis sendirian di kamar sambil memukul-mukul bantal milik Robi hingga lelah. Kadang Naila mual, tapi di bantu Ester ia bisa pulih lebih cepat. Robi sendiri juga sadar bila Naila bosan di rumah. Tapi ia juga belum ingin memberi ijin pada Naila untuk keluar.

"Biarin aja lah dia keluar, belanja, jajan, jalan-jalan sebentar. Deket-deket aja, kayak ke mall," ucap Tina kekasih Bara pada Robi yang tampak bingung harus bagaimana.

Robi menggeleng tak setuju. Perasaannya begitu takut, khawatir dan langsung tidak tenang saat Naila tidak ada di rumah. Robi takut Naila akan terpengaruh orang lain dan akan meninggalkannya setelah punya anak. Atau bahkan sebelum punya anak. Rasa takut dan khawatir itu yang melandasi larangan Robi.

"Aku ga bisa bayangin liat Naila keluar rumah, terus di liatin orang, nanti ada yang deketin terus tiba-tiba bungkus dia, " ucap Robi khawatir.

"Ya ampun, bini lu cuma mau jajan bakso Robi. Bukan party. Jajan bakso doang, pesen nih terus makan udah pulang. Ga ada ceritanya jajan bakso terus di bungkus orang. Meja warung bakso ama table di klub beda, " ucap Tina sambil geleng-geleng kepala mendengar curhatan sahabat pacarnya ini.

Bara ikut mengangguk setuju. Bara juga merasa sahabatnya itu jadi sangat paranoid dan posesif setelah menikah. Padahal Robi selalu bilang "menikah tidak akan merubahnya sedikitpun!" tapi sekarang malah merubahnya secara drastis. Bahkan kalau sekarang Robi tidak sedang butuh teman curhat ia juga akan langsung pulang dan makan di rumah.

Tak cukup sampai di situ Bara juga baru kali ini mendengar curhtan Robi yang takut kehilangan pasangan pada alasan yang sangat tidak masuk akal. Bara yang mengenal dan tau bagaimana cara Robi mendapatkan pasangannya sama sekali tak bisa menerima segala ketakutan yang tak mendasar. Apa lagi Robi juga bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia mau. Harusnya tak ada kendala apapun di sini.

●●●

Witri menghadiri sidang perceraiannya di temani Dea ke pengadilan agama. Witri sangat sedih suaminya datang di temani istri barunya dan tampak begitu mesra dan bahagia. Belum lagi Edo terus menyebut-nyebut soal gono-gini dan enggan membagi dengan Naila atau dirinya. Edo juga menuduhnya berfoya-foya dengan uang modal dan banyak berhutang untuk senang-senang bersama kekasih gelapnya. Sementara Witri saja datang naik motor dan tak dekat dengan siapapun.

Dea mati-matian membela Witri atas segala tuduhan yang di berikan Edo padanya. Edo juga tak mau kalah meskipun hanya bermodal ngeyel. Sidang pjuga tak selesai hari ini saja. Masih harus sidang sidang lagi dua minggu setelahnya.

"Ibu gapapa? " tanya Dea yang mendampingi Witri.

Witri mengangguk lalu tersenyum. "Dah gapapa, ibu mau pulang ke rumah embahnya Naila dulu. Ibu nanti pulang ke rumah kalo ga malem ya besok, " ucap Witri pamit pada Dea.

Dea hanya mengangguk lalu pulang untuk melapor pada Robi soal sidang perceraian mertuanya itu. Dea berencana menemui Robi di rumah. Tapi saat ia datang Robi masih belum pulang. Jadi ia menunggu terlebih dahulu. Tak selang lama Robi pulang. Naila tak turun untuk menyambut. Jadi Dea lebih leluasa untuk melapor pada Robi.

"Yasudah kalo gitu, besok pas sidang di temenin lagi aja, " ucap Robi lalu mencari Naila ke kamarnya sementara Dea kembali ke kantor advokatnya.

Robi hanya diam mendapati istrinya yang tampak murung duduk bersandar di tempat tidur. Seketika Naila langsung meliriknya tajam dengan matanya yang sembab, Robi merinding dan terpikir untuk mundur sambil memikirkan salahnya apa atau ada masalah apa di rumah sebelum ia datang.

"A-aku pulang, " ucap Robi kikuk.

Naila mengangguk lalu cemberut dan berjalan ke arah Robi untuk memeluknya. Robi langsung bernafas lega dan membalas pelukan Naila.

"Mas sudah makan?" tanya Naila sambil mendongakkan kepalanya menatap Robi.

"S-su-sudah," jawab Robi pelan.

"Sudah?! " tanya Naila kaget memastikan jawaban Robi.

"B-belum...belum. Ini pulang mau makan, " jawab Robi takut pada Naila.

Naila mengangguk lalu tersenyum. "Yaudah yuk makan, " ajak Naila sambil membuka pintu dan berjalan keluar bersama Robi yang mengikutinya.

"Kamu kenapa kok kamar berantakan?" tanya Robi sambil menggenggam tangan Naila ke ruang makan.

"Moodku jelek, aku sedih, " jawab Naila lalu duduk menunggu pelayan menyiapkan makan untuknya dan Robi.

Robi mengangguk lalu diam memandangi makananya sementara Naila mulai melahap makanan di hadapannya. Pikiran Robi melayang mengingat saran dari Bara dan Tina. Mungkin tak ada salahnya membiarkan Naila keluar sementara.

"Mas, " ucap Naila memecah keheningan. Robi menatap Naila dan langsung memberi perhatian untuk menyemak apa yang akan di ucapkan Naila. "Mas, kalo aku bawa masuk orang jualan masuk boleh ga?" tanya Naila.

"Minta di bikinin aja, kamu pengen apa?"

"Cilok, " jawab Naila.

Seketika Robi melambaikan tangan memanggil pelayannya. "Bikinin cilok," perintah Robi. "Sama apa lagi?" tanya Robi.

"Ga jadi aku dah gak mood, " ucap Naila lalu menyudahi makannya dan berjalan ke kamar ibunya.

Robi menghela nafas. Istrinya masih marah. Robi mengibaskan tangannya menyuruh pelayannya pergi lalu menyudahi makannya dan berjalan ke ruang kerjanya tanpa berniat membujuk Naila lagi. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.