BLANTERORBITv102

Bab 13 - Klub

Kamis, 25 Juli 2024

Robi menikmati perjalanannya dari mobil hingga penerbangan. Staf dan pegawainya sudah panik saat pesawat delayed dan biasanya Robi akan mengamuk lalu melakukan pemecatan. Tapi kali ini berbeda Robi tetap tampak tidak suka harus menunggu. Tapi Naila mengajaknya berjalan-jalan di bandara. Mencoba donat, es krim, lalu melihat pesawat-pesawat lain yang terbang.

"Na, nanti aku mau pergi sama temenku. Nanti malem, " ucap Robi setelah mandi.

Naila mengangguk lalu minum obatnya dan tiduran sambil menonton drama korea.

"Nanti ga usah di tunggu kalo mau tidur duluan boleh, " ucap Robi lalu memakai celana pendek selutut dan kaos berwarna hitam.

"Iya, aku mau nyelesaiin nonton ini, " ucap Naila santai sambil membalas chatting di ponselnya.

"Aku makan malam di luar juga. Nanti kamu makan aja sendiri mau makan apa bilang aja," ucap Robi yang hanya di angguki Naila.

"Permisi Tuan, ada Mas Bara di bawah, " ucap kepala pelayan memberi tahu Robi.

"Ya, suruh tunggu," ucap Robi. "Aku pergi dulu ya," Robi memasukkan dompet dan ponselnya dalam envelope bag miliknya lalu berjalan keluar.

Naila langsung bangun dan mengejar Robi. "Mas tunggu! " panggil Naila.

Robi hanya menoleh pada Naila. Naila turun mendekatinya sambil mengulurkan tangannya. Robi membuka tasnya bersiap memberikan kartu kreditnya.

"Ini, " Robi memberikan kartu kreditnya.

"Buat apa?" tanya Naila yang hanya ingin salim dan mengantar Robi keluar.

"Belanja."

"Aku ga ngerti cara pakeknya, " Naila berjalan turun bersama Robi.

Robi menghela nafas. "Mau ikut?" tanya Robi.

"Salim, kan mas mau pergi, " jawab Naila.

"Ooo, " Robi akhirnya paham dan meyalimi Naila. Naila mencium tangan Robi.

"Halo Naila, " sapa Bara. Naila hanya tersenyum pada Bara yang menyapanya.

"Ini temenku, Bara, " ucap Robi yang di angguki Naila.

Bara mengulurkan tangannya untuk menyalimi Naila. Naila menjabat tangannya dan akan salim cium tangan pada Bara, seketika Robi merasa marah dan tak terima karena Naila juga menyalimi Bara. Tapi Robi hanya diam.

"Hati-hati ya, " ucap Naila sambil mengantar suaminya keluar dan melambaikan tangan lalu masuk kembali ke kamar.

Bara terpesona pada Naila yang sopan. Bahkan rasanya tadi ia bukan seperti bertemu dengan pasangan dari sahabatnya tapi seperti bertemu dengan adiknya sendiri. Naila juga sopan dan tak berusaha menggoda atau terlihat berkelas karena menjadi istri Robi. Saat Naila melambaikan tangan dan mengantar keluar juga seperti adiknya yang biasa mengantarnya keluar rumah.

"Istrimu baik, " puji Bara pada Robi.

Robi hanya diam merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang ikut menikmati Naila bahkan memujinya seperti ini. Ada perasaan egois yang mulai muncul di hatinya. Ia ingin menyimpan Naila hanya untuknya.

"Aku nikah kan cuma buat bikin anak. Aku cuma pengen punya anak. Tapi kalo si Naila ga peduliin aku kok rasanya ga enak juga," ucap Robi memulai curhat pada Bara agar Bara tau Naila adalah miliknya secara tidak langsung.

"Maksudmu gimana?" tanya Bara bingung.

"Ya kayak kemarin waktu bulan madu. Dia asik telfon sama ibunya, temen-temennya, terus aku kayak di cuekin gitu. Beli oleh-oleh juga. Aku di ajak pergi Bella dia malah balik ke kamar. Kayak dia punya dunianya sendiri, " jawab Robi sambil menghela nafas kesal.

Bara mengerutkan keningnya bingung. "Salahnya dimana? Kan yang penting dia mau hamil, kamu dapet anak, dia urus anakmu, punya kesibukan sendiri, kamu juga punya kesibukan sendiri. Masalahnya dimana? Kamu kan bisa bebas."

"Bebas ya, " gumam Robi lalu menatap jalanan.

●●●

Naila menikmati buah-buahan yang ada di rumah Robi. Ada kiwi dan stroberi yang asam, Naila sudah lama tidak menikmati buah-buahan itu. Naila yang tadinya menonton di kamar Robi juga jadi menonton di bawah sambil makan buah di temani Ester.

"Tuan itu galak, gampang marah, tapi kalo ada Nona jadi ga gampang marah, " ucap Ester pada Naila.

"Hahaha bisa aja kamu. Emang Mas Robi galak banget?" tanya Naila.

Ester mengangguk. "Dulu kalo ada kesalahan sedikit saja sudah langsung di pecat. Tuan ga nerima alasan apapun sedikitpun. Tuan perfectionist banget. Segala hal harus on time, ga boleh telat semenitpun. Buat ketemu Tuan juga susah, Tuan sibuk," Naila mendengarkan cerita dan keluhan Ester soal suaminya.

Seorang pelayan baru yang bertugas mengantar makanan untuk Naila ikut duduk bersama dengan Ester di bawah dan menceritakan keluh kesahnya pada Naila.

"Kalo Tuan moodnya jelek, cuaca cerah rasanya kayak badai. Tapi gaji kerja di sini besar," ucap pelayan pada Naila.

Naila tersenyum mendengar ucapannya. Naila menikmati perbincangan dengan para pelayan dan staf yang ada di rumah. Semua orang rasanya ingin berkenalan dengan Naila dan ikut mengobrol dengannya meskipun mereka semua tau bagaimana saat ayah Naila menjualnya dan betapa tak bermartabatnya Naila karena posisinya tak jauh beda dari staf dan para pelayan hanya saja ia menjadi istri dan ibu dari anak Robi. Toh Robi juga memperlakukannya seperti tawanan dari pada istri. Tapi dengan bercerita dengan Naila membuat mereka sedikit senang.

"Apa aku perlu kasih tau Mas Robi?" tanya Naila.

"Jangan!" seru semua orang serentak. "Gapapa, kita semua paham Tuan gimana. Gak masalah Tuan marah-marah kadang juga Tuan lupa kalo dah pecat orang. Kalo moodnya udah bagus lagi Tuan ga galak-galak banget kok Non."

Naila mengangguk lalu tersenyum paham. Lain Naila yang asik mengobrol di rumah Robi di klub tampak cemberut dan masih tak bisa menikmati suasana pesta. Sudah beberapa wanita menggodanya, dari lonte sampai sesama pengunjung, dari yang muda sampai tante-tante, dari perempuan sampai laki-laki gay yang menjajakan anal sex.

Robi menunggu ada pesan masuk dari Naila sambil menggenggam botol air mineral ukuran kecil di tangannya. Robi merasa bersalah meninggalkan Naila sendirian di rumah. Naila masih muda pasti suka bila di ajak pergi party tapi malah harus jadi tahanan rumah.

Tiap kali Robi melihat perempuan muda yang seumuran dengan Naila ia selalu teringat pada istrinya itu. Naila di rumah dengan kaos dan celana pendek hanya menonton drama Korea. Tidak pergi kemana-mana, online whatsapp juga sudah lama tidak berubah masih di jam yang sama saat ia pergi tadi.

Tak ada laporan juga dari asisten Naila kalo Naila pergi atau belanja. Robi jadi khawatir, apa lagi terakhir ia meninggalkan Naila di kamar dulu malah demam. Tapi sekarang mereka sudah pulang, di rumah juga banyak orang yang bisa menjaga Naila dan yang terpenting dekat dengan merTuanya jadi Robi berusaha menepis kekhawatirannya.

“Kapan-kapan aku ajak adikku biar istrimu ada temennya kalo kamu ga jenak pergi sendiri,” ucap Bara menebak kekhawatiran yang jelas terpancar di wajah Robi yang tak jenak itu.

“Ah! Gak usah,” tolak Robi sedikit ragu apa iya dia perlu mencarikan teman juga untuk Naila. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.