Bab 26 - Mall
Naila di temani
Robi dan Ester jalan-jalan ke mall
yang memiliki jalur penghubung dengan hotelnya. Akhirnya Naila bisa ke mall
bersama Robi. Robi juga perlu bertemu dengan Rey untuk beramah tamah terlebih
dahulu sekaligus mengenalkan Naila pada Rey agar bisa meminta penilaian Rey.
Apa lagi Rey pernah menceramahinya saat di klub.
"Ini Rey,
kakaknya Bara. Dia yang punya mall
ini, " ucap Robi mengenalkan Rey pada Naila.
"Bisa aja
Robi. Ini Naila ya?" Rey menjabat tangan Naila. Naila seperti biasa
langsung salim cium tangan pada Rey. Rey jadi teringat pada adik perempuannya
yang paling kecil.
Naila duduk
bersama Ester sambil menoleh memandangi tempat mana yang bisa ia datangi.
"Mas, pengen ke sana, " bisik Naila meminta ijin pada Robi. Robi
mengangguk lalu memberikan dompetnya pada Naila.
Naila berjalan
duluan bersama Ester sementara Robi mengawasi di kejauhan.
"Istrimu
baik, sopan, " puji Rey yang langsung mengalihkan pembicaraan dari profit
investasi jadi hubungan asmara.
"Alhamdulillah
Kak, baik, nurut, ga banyak minta aneh-aneh."
"Terus
kenapa kemarin ngomong jelek gitu ha? Kufur nikmat, ga bisa bersyukur nanti
istrimu di ambil orang baru tau rasa, " potong Rey lalu berjalan bersama
Robi ke toko pernak-pernik yang tak pernah mereka sambangi sebelumnya.
Robi
memperhatikan betapa cerianya Naila sambil mengampit dompetnya mencoba bando
bersama Ester. Mematut diri di depan cermin lalu mengembalikan lagi ke tempat
semula. Mencoba kacamata, bercermin di letakkan lagi.
"Beli aja,
aku ada uang cash, " ucap Robi
yang melihat tak satupun barang yang terlihat akan di beli Naila.
Naila tersenyum
lalu mengangguk mengambil kuku palsu warna-warni dan cat kuku. Tapi tak lama
mengembalikannya kembali lagi.
"Kenapa?"
tanya Rey.
"Aku kan
beberapa bulan kedepan gak haid. Solat terus. Nanti ga kepakek," jawab
Naila lalu mengambil bandonya tadi dan ikat rambut juga krayon rambut dan
membayarnya.
"Biar saya
yang bawa Non, " ucap Ester sebelum Naila yang membawa plastik
belanjaannya.
"Tolong
bawain ya Ester, " ucap Naila lalu tersenyum dan memasukkan kembaliannya
ke dalam plastik sekalian.
"Jalan
lagi?" tanya Robi.
Naila
menggangguk lalu menggandeng tangan Robi dan mengembalikan dompetnya. Di temani
Rey yang akan melihat gerai butik baru yang jadi buruan para remaja. Robi sudah
berharap istrinya akan memborong disana. Tapi ternyata Naila malah mampir ke
toko pakaian muslim. Membeli mukena yang bisa di masukkan dalam tas kecil dan
dua buah sajadah.
"Kamu ga
pengen beli di sana, tas, sepatu, baju. Aku tunggu gapapa, " ucap Robi.
Naila mengangguk
lalu masuk. Ia memilih sebuah tas ransel kecil dan tas jinjing berwarna hitam.
Kali ini ia membayar dengan kartu debit yang di berikan Robi padanya dulu.
Naila sudah deg-degan karena harganya hampir enam ratus ribu sementara Robi
bilang dulu ia hanya mentransfer tiga ratus. Tapi ternyata transaksi berhasil
yang membuat Naila kaget.
"Kok
cukup?" gumam Naila pelan. "Ester, samaan dompet koin yuk, "
ucap Naila yang mengambil dompet koin berwarna hitam-putih dan kembali
membayar.
"Terimakasih
Non, " ucap Ester sambil membawakan belanjaan Naila.
Naila mengangguk
lalu duduk di samping Robi. "Udah Mas, balik ke kamar yuk. Aku
capek," ucap Naila.
"Mau di
gendong?" tawar Robi yang langsung di tolak Naila. "Duluan ya
Kak," pamit Robi lalu berjalan bersama Naila kembali ke kamar sambil
melihat-lihat gerai yang ada di mall.
"Ih ada cream brulee! " seru Naila heboh
lalu berjalan ke toko roti mengambil nampan dan capitan. "Mas mau
juga?" tanya Naila.
Robi mengangguk.
Robi memandang Naila yang mengambil dua buah cram brulee membuatnya ingat pada mendiang ibunya yang sangat suka
pada makanan pencuci mulut itu. Naila kadang mirip seperti ibunya yang membuat
Robi kembali mengingat masa lalunya.
●●●
"Reyhan!
" sapa Oki yang melihat Reyhan datang ke hotel bersama keluarganya.
"Eh Oki!
Halo! Apa kabar?" sapa Reyhan ramah lalu menyalimi mantan teman sekelasnya
yang sedang jaga stand.
"Alhamdulillah,
kamu gimana? Btw ngapain kesini?" tanya Oki kepo.
"Keluargaku
di un-, Em, Liburan aja, nyobain voucher aplikasi, " jawab Reyhan merendah
agar teman-temannya yang sedang banting tulang itu tidak minder dan menjauhinya
bila tau ia datang karena di undang pemilik group FS untuk membicarakan soal
kerja sama dengan perusahaan mebel milik ayahnya.
"Reyhan,
" panggil kakak laki-laki Reyhan yang mengajak masuk adiknya setelah
mengurus beberapa hal di lobi.
"Aku duluan
ya, " pamit Reyhan.
"Kapan-kapan
aku boleh ajak ibu ga kesini?" tanya Naila pada Robi.
"Boleh lah,
" jawab Robi lembut.
"Naila!"
sapa Reyhan dengan sumringah dan langsung berlari menghampiri cinta pertamanya
itu.
"Eh
Reyhan!" sapa Naila yang langsung melepas genggaman tangan Robi untuk
bersalaman dengan Reyhan.
"Kamu apa
kabar?" tanya Reyhan dan Naila bersamaan lalu tertawa kecil karena tak
sengaja kompak. "Baik! " keduanya kembali kompak menjawab.
"Kamu
ngapain di sini?" tanya Reyhan.
Senyum Naila
berangsur surut lalu menatap Robi. Robi yang tadi ceria sudah terlihat
menyeramkan mentap Reyhan yang begitu akrab dengan istrinya.
"Halo Om,
saya Reyhan sahabatnya Naila. Kita satu sekolahan terus sejak SMP, " ucap
Reyhan memperkenalkan diri sambil langsung menjabat tangan Robi dan cium
tangan.
"Sahabat?"
tanya Robi sambil menatap Naila. "Kok kamu ga pernah cerita punya sahabat
laki-laki?" sambung Robi lalu menatap Reyhan dan Naila bergantian.
"Nomermu masih sama?" tanya Reyhan yang hanya fokus ke Naila. Naila mengangguk. "Kamu di sini sampe malem?" tanya Reyhan lagi yang kembali di angguki Naila. "Nanti kita makan sama-sama ya, aku yang traktir oke! " ucap Reyhan ceria lalu melambaikan tangannya pada Naila tak lama membuat bentuk hati dengan tangannya dan berlari menuju keluarganya yang sudah berjalan duluan karena ia terus melipir bertemu dengan teman-temannya.