0
Home  ›  Chapter  ›  Heir Baby

Bab 35 – Curhat

Bab 35 – Curhat-1

Naila terus berusaha meminta izin pada petugas agar di izinkan menemani suaminya rehab. Naila memohon agar di ijinkan tinggal sementara waktu hingga masa rehabnya selesai. Tapi tetap saja di tolak. Naila sedih tak bisa bersama suaminya. Lebih sedih lagi karena ia tak bisa ikut menemani di tempat rehab. Meskipun suaminya dapat kamar yang cukup ekslusif dan ia tak masalah tidur di manapun asal bersama suaminya.

"Kamu kenapa kok matanya sembab?" tanya Robi menyambut kedatangan Naila.

"Tadi aku tanya ke petugasnya, boleh enggak nginep temenin di sini. Katanya ga boleh. Aku jadi sedih, " jawab Naila lalu mengeluarkan buah bawaannya yang sudah di potong-potong sebelumnya.

"Kamu kesini sendiri?" tanya Robi sambil menggenggam tangan Naila.

"Sama supir, Ester juga. Ibu hari ini ada rapat jadi ga bisa temenin, " jawab Naila lalu meletakkan tangan Robi ke perutnya.

Robi mengangguk lalu mengelus perut Naila dan mengecupnya lembut. "Tapi nanti Ibu pulang kan?" tanya Robi memastikan.

Naila mengangguk lalu menyuapkan buah pada suaminya. "Rapatnya paling sampe maghrib doang. Besok aku mau istirahat, jadi ga bisa ke sini dulu. Aku ga enak badan, " ucap Naila.

Robi membelalakkan matanya. "Kamu jaga kesehatan. Kamu ini kecapekan," ucap Robi lalu menempelkan tangan ke kening Naila.

Naila mengangguk. "Mas juga jaga kesehatan, " ucap Naila lembut.

"Kok panggilnya Mas lagi sih Sayang, " komplain Robi.

Naila tersenyum lalu memalingkan wajahnya yang memerah. "Ku kira kamu ga suka di panggil Hubby, " lirih Naila pelan.

Robi ikut memalingkan wajahnya dan tersipu lalu tertawa. "Suka lah. Kamu yang panggil aku suka," jawab Robi tegas.

Naila mengangguk lalu tersenyum senang.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Eh ada Naila," sapa Bara yang menghampiri Naila dan Robi di gazebo.

"Mas Bara mau buah?" tawar Naila sementara Robi langsung merangkul pinggangnya.

Bara duduk dan ikut bergabung dengan Naila juga Robi. Bara merasa makin iba dan makin ingin memiliki Naila apa lagi ia melihat Naila yang sedikit pucat dan tampak lebih kacau saat tak bersama Robi. Bara ingin menjadi pria yang di idamkan Naila juga. Bara ingin punya perempuan yang benar-benar miliknya seperti Naila menjadi milik Robi.

"Bara! " sapa Tina yang datang menjenguk Bara dengan ceria.

Tina menenteng plastik berisi makanan fast food. Berbeda dengan Naila yang selalu membawa makanan rumahan dan makanan sehat lainnya untuk Robi.

"Cie Robi dah akur sama bininya, " sapa Tina pada Robi.

Robi hanya cengar-cengir sementara Naila diam dan menatap Tina dingin. "Iya dong harus akur, " ucap Robi  lalu menggenggam tangan  Naila dan mengajaknya masuk ke kamar.

Robi membukakan pintu kamarnya untuk Naila. Naila langsung masuk dan tiduran di tempat tidur Robi. Kepalanya pusing, pinggangnya sakit, kakinya capek. Robi semula ikut tiduran sambil memeluk Naila tapi tak lama ia bangun untuk memijit kakinya dengan lembut.

"Hubby sering curhat ke orang-orang ya kalo lagi ada masalah sama aku?" tanya Naila sambil memejamkan matanya.

Robi diam sejenak. "Cuma sama Bara, kebetulan waktu cerita ada Tina juga, " jawab Robi.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Naila menghela nafas lalu membuka matanya dan menatap Robi serius. "Mas kalo ada apa-apa, ga suka aku karena apa, aku bikin salah, mas maunya gimana. Bilangnya ke aku aja ya, jangan ke orang lain, Aku malu," ucap Naila lembut.

Robi diam lalu mengangguk patuh.

"Mas," panggil Naila sambil mengalihkan pandangannya. "Aku tu sedih tiap kamu marah-marah ke aku. Pukul aku. Aku sedih, takut. Aku kayak ga punya siapa-siapa. Ayahku dulu gitu ke aku sama Ibu. Kamu juga gitu ke aku. Padahal aku lagi hamil anakmu. Aku kan masih remaja, umur kita juga beda jauh. Kadang aku capek, lelah. Tapi aku takut kalo ngeluh dedek bayinya denger nanti jadi sedih, " ucap Naila lalu menutupi kepalanya dengan bantal.

Robi terdiam lalu memeluk Naila sambil menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya. "Mas minta maaf ya. Mas susaha kontrol emosi kalo cemburu. Mas ngerasa kamu bakal ninggalin hubungan kita kalo kamu keluar dari pengawasanku. Aku takut di tinggal, itu aja," aku Robi dengan segala kejujuran yang ia punya dengan mengesampingkan segala gengsi dan egonya.

"Enggak aku ga ninggalin kamu. Aku ga punya siapapun selain kamu, gimana caranya mau ninggalin coba?" jawab Naila sambil menatap Robi.

"Kamu boleh ngeluh, aku yang salah. Kamu boleh marah juga. Kita bisa lebih terbuka sekarang, " ucap Robi lembut sambil mengecup kening Naila lalu menyeka airmatanya.

"Mas, kalo nanti Mas pulang masih baik ke aku kayak gini ga ya?" tanya Naila nyaris berbisik sambil tersenyum dengan airmata yang berlinangan.

Robi langsung mengangguk lalu memeluk erat Naila. "Masih Sayang masih, " jawab Robi yang makin membuat Naila menangis.

Robi membiarkan Naila menangis dalam pelukannya. Membiarkan Naila meluapkan emosinya yang selama ini ia tahan sendirian. Hingga tanpa sadar Naila terlelap. Robi tak berani beranjak dan hanya memandangi Naila yang tidur dengan begitu tenang meskipun tubuhnya mulai demam dan meringkuk kedinginan.

"Permisi, jam kunjungannya sudah selesai, " ucap petugas memberitahu.

Robi membangunkan Naila dengan lembut. Menciuminya hingga Naila terbangun.

"Udah di suruh pulang?" tanya Naila.

Robi mengangguk pelan lalu mengambilkan sweeternya untuk Naila. "Badanmu hangat, Nanti pulang langsung istirahat ya, sekalian ke dokter ya, " ucap Robi lalu menemani Naila berjalan ke luar hingga batasannya sambil saling menggenggam tangan. "Kalo masih sakit ga usah maksain ke sini dulu gapapa. Aku baik-baik saja. Kamu lebih perlu jaga kesehatan, " ucap Robi mengingatkan sebelum Naila pergi.

Naila mengangguk lalu menyalimi Robi, berpelukan lalu sedikit ciuman sebelum pergi.

"Aku sayang kamu, " bisik Robi tapi baru akan melangkah Naila sudah begitu lemas hingga akhirnya pingsan.

Bab 35 – Curhat-2

42
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share