Bab 15 – Morning Sex🔞
Naila tidak bisa
tidur karena Ibunya belum membalas chatnya dan Robi tak bisa tidur karena Naila
tidak segera tidur. Padahal Naila sudah tidak menyalakan TV dan mengelus
punggung Robi rasanya tetap saja ia tak bisa tidur.
"Mas mau
kemana?" tanya Naila begitu Robi bangun dan keluar dari kamarnya.
"Suruh
orang buat nyari Ibu, " jawab Robi.
Kling! Sebuah pesan masuk ke
ponsel Naila. Balasan dari Witri yang mengabarkan kalau ia menginap di rumah
adiknya. Naila langsung tenang lalu mencari Robi.
"Mas, Ibu
nginep di rumah tanteku. Ga usah di cari," ucap Naila pada Robi yang sudah
memanggil kepala keamanan di rumahnya.
"Oh
udah?" tanya Robi memastikan.
Naila
mengangguk. "Ini udah bales. Besok aku ajak Ibu nginep di sini boleh
ya?"
Robi langsung
mengangguk memberi izin lalu mengibaskan tangannya membatalkan perintah untuk
mencari Ibu mertuanya.
"Yuk
bobok!" ajak Naila sambil melebarkan tangannya untuk memeluk Robi.
Sial! Perasaan
Robi langsung berbunga-bunga melihat Naila yang melebarkan tangan untuk
memeluknya. Robi yang biasa jual mahal juga langsung berlari ke pelukan Naila
dan menggendongnya kembali ke kamar dengan ceria. Bahkan kepala staf
keamanannya sampai kaget melihat Robi yang langsung patuh pada Naila.
Kayaknya dah
nemu pawangnya ini Pak Bos, batin kepala staf keamanan yang melihat keceriaan
Robi saat bersama Naila.
●●●
Robi dan Naila
bangun lebih siang dari biasanya. Bukan karena lelah berhubungan intim seperti
biasanya tapi karena begadang. Meskipun Naila tidur tanpa bra dan Robi tanpa
celana dalamnya. Mereka tetap tak bercinta semalam. Baru paginya mereka
bercinta. Hanya satu ronde yang menggairahkan.
"Mau
lagi?" tanya Naila pada Robi yang masih menindihnya.
Tentu saja
tawaran itu tidak di tolak Robi kalau saja pintu kamarnya tidak di gedor
tiba-tiba. Dan dari semua orang yang ada di bumi hanya keluarganya yang berani
mengganggu hingga ke kamarnya.
"Hah!
Sialan!!! " geram Robi emosi lalu memakai kimononya dan membuka sedikit
pintu kamarnya.
"Kakak!!
" seru Bella sambil mendorong pintu kamar Robi agar bisa masuk kedalam.
"No! No! No! Pulang sana. Aku masih mau
lanjut ML sama Naila! " usir
Robi lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya lagi.
Bella kembali
menggedor-gedor pintu kamar Robi. Robi yang semula hanya emosi biasa dan
berusaha memperbaiki moodnya langsung emosi serius, moodnya langsung memburuk.
"Kakak buka
pintunya! " teriak Bella merusak suasana semua orang.
Robi membuka
pintu kamarnya lalu membanting pintu kamarnya agar tertutup dan Naila yang
telanjang bulat tetap aman di dalam. Semua orang yang bekerja di rumah juga
ikut kesal atas kedatangan Bella yang sudah merusak mood Robi. Mereka sudah
berharap hari ini akan indah karena Robi puas beristirahat dan bersenang-senang
dengan Naila dan Naila yang sudah susah payah membuat mood pagi suaminya
menjadi baik. Rusak begitu saja karena Bella datang.
"Aku mau
nginep di sini, " ucap Bella ceria seolah tak bersalah.
"Tidak
boleh! Aku ingin bercinta dengan istriku. Pulanglah, carilah laki-laki lain
yang bisa meladeni tingkah konyolmu itu. Kamu ini sangat bodoh atau apa? Apa
kamu ga bisa paham kalo aku mau menghabiskan waktu dengan Naila saja? Harus
berapa kali di usir agar kamu paham kalo aku tidak menginginkanmu untuk ada di
sekelilingku. Pulang! Pergi dari rumahku!" bentak Robi yang mengomel tanpa
henti memaki Bella.
"T-tapi Kak,
" Bella masih berkeras dengan air mata yang mengalir.
"Aku bukan
kakakmu, secara biologis aku anak tunggal. Aku bukan kakakmu, aku bukan anaknya
Katrina. Jadi kamu dan Ibumu tidak berhak menggangguku dalam hal apapun,"
ucap Robi sambil terus mendorong mundur Bella hingga melewati tangga.
"A-aku
hanya ingin berkunjung, " ucap Bella yang sudah mulai menangis.
"Aku tidak
butuh di kunjungi siapapun. Berhentilah menggangguku! Pahami itu dengan otakmu
yang kecil dan tidak berguna. Luruskan kakimu, mungkin otakmu terjepit di lutut
sampai kamu ga bisa memahami perintahku! " ucap Robi begitu kasar sambil mendorong
kepala Bella dengan jarinya.
Naila
memberanikan diri memeluk Robi dari belakang. Robi yang masih ingin marah
langsung diam. Bella yang menyadari ada Naila yang melerai juga langsung
menyeka air matanya dan pergi di ikuti pelyan yang mengantarnya keluar.
"Pengganggu,
" ucap Robi pelan sambil mengusap wajahnya dan melepaskan pelukan Naila di
pinggangnya.
"Sudah
jangan marah-marah, " lirih Naila lembut lalu kembali memeluk Robi lagi.
Robi diam lalu
duduk di sofa. Tapi baru ia meletakkan pantatnya ia tak sengaja menduduki
remot. Robi langsung meraih remotnya dan melemparnya ke arah TV hingga
menancap.
"Sialan!
Siapa yang taruh remot di sini, " Robi masih marah-marah lalu menghela
nafas.
Naila takut
melihat Robi yang emosian. Ia takut Robi akan berbuat buruk padanya juga. Naila
ingin sembunyi di kamar dan menyesali perbuatannya yang sudah sok pahlawan
tadi. Harusnya ia di kamar saja dan menunggu Robi naik dan kembali bercinta
agar moodnya kembali baik. Sekarang Naila jadi bingung harus bagaimana.
"Aku benci
moodku di rusak pagi-pagi begini, " ucap Robi kesal.
Naila
menundukkan kepalanya merasa bersalah. Robi menarik Naila lalu memegang dagunya
hingga Naila menatap wajahnya.
"Aku ga
marah ke kamu, " jelas Robi yang masih bad
mood pada Naila lalu melumat bibirnya dengan lembut.
Naila membalas
lumatan Robi sambil mengelus bahu dan dada Robi. Kepala pelayan, staf, dan
semua orang yang bekerja di rumah yang melihat Naila dan Robi sedang mulai
pemanasan di sofa langsung mengurungkan niat untuk lewat atau melihat ke ruang
terbuka itu. Semua berjaga di seluruh pintu masuk. Memastikan tak ada yang
mengganggu lagi agar semua aman.
"Naila, aku
mau lagi, " ucap Robi setelah melepas ciumannya.
"Ayo ke
kamar! " ajak Naila.
"Disini
saja, aku sudah tidak tahan."
Robi menyingkap
daster yang di pakai Naila lalu memaksa Naila untuk menungging di atas sofa.
Naila sedikit menolak tapi Robi sudah tak bisa di tolak dan tak menerima
penolakan sedikitpun lagi. Apapun akan langsung di terjang Robi apa lagi
terkait kepuasannya.
Robi menciumi
bahu Naila lalu leher dan telinganya dari belakang. Robi juga memeluk erat
pinggang Naila sambil mengarahkan penisnya untuk masuk dari belakang.
"Aghhh... Mashhh... " desah Naila tertahan saat Robi memasuk