BLANTERORBITv102

Bab 18 - Cambuk

Kamis, 25 Juli 2024

Suasana rumah menjadi suram beberapa hari. Naila sedang sedih dan Robi bad mood. Semua orang jadi serba salah, semua orang kena omel dan makian Robi. Hanya saatIbumertuanya ada di rumah saja yang membuat Robi menjeda sebentar emosinya. Untuk makan bersama atau mengobrol basa-basi sebentar. Tak ada lagi harapan bagi para pelayan untuk meredakan emosi Robi. Naila juga lebih sering menyendiri dan diam.

Bila sebelumnya Robi bad mood masih ada Naila yang memperbaiki keadaan. Sekarang Naila juga dalam mood yang tidak baik. Suasana bahkan jadi dua kali lebih mencekam dari biasanya.

"Mas, aku mau pergi sama Ibu. Makan di luar sebentar, " ucap Naila meminta ijin pada Robi yang baru pulang untuk makan siang.

"Kemana?" tanya Robi yang tampak jelas menahan kesal karena Naila memilih makan di luar sementara ia jauh-jauh dari perusahaan pulang hanya untuk makan siang bersama istrinya.

"Belum tau," ucap Naila tanpa menatap mata Robi. "Aku pengen makan di luar saja, " sambung Naila sambil memalingkan wajahnya.

Robi mencengkram wajah Naila memaksanya untuk menatap mata Robi dan bicara dengan jelas. "Kamu mau kemana?" tanya Robi lagi mempertegas pertanyaannya.

"Makan di luar, jajan bakso doang, " jawab Naila sambil mencoba melepaskan tangan Robi yang mencengkeramnya.

"Kamu bisa makan bakso di rumah. Aku bisa datengin tukang baksonya, beli segrobaknya kalo perlu. Ga usah keluar! " larang Robi posesif.

Naila diam lalu menangis. "Aku stress di sini. Aku pengen keluar sebentar. Sebentar doang. Terus pulang lagi. Aku bosen di sini, " ucap Naila sambil menangis.

Robi diam tak memperdulikan tangisan Naila lalu berjalan melewatinya begitu saja.

"Mas, aku kan pergi sama Ibu. Kamu juga sibuk terus. Aku cuma pergi sebentar doang buat jajan. Kenapa ga boleh sih?!" Naila membuntuti Robi sambil menangis merengek minta izin keluar.

"Kemarin kamu ga papa, kenapa jadi pecicilan sih sekarang? Cuma bakso ga perlu jajan keluar. Apa lagi? Apa yang ga ada di rumah? Ngapain keluar segala, " saut Robi menolak memberi izin pada Naila.

Naila menghentakkan kakinya kesal lalu berlari ke kamar Ibunya. "Aku benci kamu! " teriak Naila lalu membanting pintu.

Robi memejamkan matanya lalu geleng-geleng pelan dan tersenyum mendengar ucapan Naila. Baru ini ada yang berani berteriak seperti itu padanya. Dengan langkah cepat Robi langsung berjalan ke kamar mertuanya lalu mendorong Naila hingga terhempas ke tempat tidur.

"Kamu tadi bilang apa?" tanya Robi sambil menahan emosinya.

Naila hanya bisa diam ketakutan setelah tubuhnya terhempas di tempat tidur. Naila ingin menjawab pertanyaan Robi dan mempertegas ucapannya kalau ia benci pada Robi. Tapi seketika keberaniannya hilang saat melihat Robi melepaskan sabuk kulit yang ia gunakan.

"Kamu cuma ga boleh keluar, ga boleh jajan. Terus kamu benci ke aku? Apa kamu lupa apa saja yang sudah ku berikan ke keluargamu yang miskin itu? Apa kamu lupa aku yang sudah membantu keluargamu yang problematik itu? Iya?" Robi langsung mencambuk paha Naila. Refleks Naila langsung meringkuk berusaha melindungi diri karena tidak mungkin menang melawan Robi dalam segi apapun. "Kamu ini gak tau diri apa gak tau malu sebenarnya?" Robi kembali mencambuk paha Naila. "Di kasih kelonggaran malah ngelunjak!!! " Robi kembali mencambuk Naila, kali ini mengenai punggungnya dengan cukup keras hingga Naila kesakitan.

"Ampun! Sakit! Ampun, " ucap Naila sambil menangis kesakitan.

Robi langsung tersadar begitu Naila menangis kesakitan sambil meminta pengampunan darinya. Robi salah, ia tak boleh menyakiti Naila seperti itu. Tapi ia juga tak bisa mengontrol emosinya dengan baik pada semua perlawanan yang di lakukan Naila padanya. Robi langsung memeluk Naila erat sambil mengelus-elus tubuhnya berusaha menenangkan Naila.

"Maaf Naila, Maaf sayang, Aku gak sengaja, Aku emosi, Aku ga suka di lawan, " ucap Robi penuh sesal dan jauh lebih lembut dari sebelumnya.

Robi terus mendekap Naila sambil mengelus-elus bahunya agar berhenti menangis. Tapi Naila masih saja menangis malah makin keras.

"Cup...maaf, " ucap Robi lalu menggendong Naila ke kamarnya sebelum mertuanya pulang.

"Sakit Mas, " tangis Naila disela tangisnya dalam gendongan Robi.

Robi melihat bekas cambukannya yang tidak hanya memerah saja tapi juga melukai kulit Naila. Robi langsung buru-buru mengobatinya, berharap setelah di obati semua akan membaik. Tapi baru ia membersihkan lukanya, alkohol yang ada di kapas membuat Naila menjerit kesakitan lebih keras lagi. Robi tetap memaksa hingga selesai dan Naila berhenti menangis karena kelelahan.

"Kalo aja kamu ga melawan. Ga bakal sakit kamu Dek, " ucap Robi lembut penuh sesal lalu mengecup kening Naila dan memeluknya, memastikan Naila tak pergi darinya lagi.

●●●

Naila duduk di bangku taman dekat kolam renang bersama Witri menikmati bakso yang baru saja di hangatkan. Naila memakai piama panjang sejak tadi siang setelah bangun. Naila menutupi luka cambukan dari suaminya tanpa di minta.

Robi tak berani bergabung bersama Naila dan Witri, ia hanya melihat dari atas lalu kembali ke ruangannya. Robi masih merasa bersalah dan siap bila dimarahi mertuanya atau Naila tidak mau tidur di kamarnya lagi. Robi sadar ia sudah keterlaluan pada istrinya. Meskipun di akhir hari Robi tidak di marahi Witri dan Naila tetap tidur di sampingnya.

"Tadi ngobrol apa sama Ibu?" tanya Robi sambil memeluk Naila yang tiduran di sampingnya.

"Ibu cerita soal muridnya, sama kabarin kalo sekolahanku dah bisa cap 3 jari sama ambil ijazah, " jawab Naila lalu memejamkan matanya yang mengantuk.

Robi terdiam, ia jadi makin merasa bersalah pada Naila. "Kamu ga pengen ngadu ke Ibu? Aku habis marahin kamu, " tanya Robi sedikit takut.

Naila menggeleng. "Kan aku dah di bantu, jadi aku tau diri, " ucap Naila.

Wajah Robi begitu bersalah. Naila langsung tersenyum.

"Bercanda," ucap Naila menarik kata-katanya yang sudah cukup membalas perbuatan Robi. "Mas udah minta maaf, yaudah ga usah di besar-besarin, " ucap Naila lalu mengelus pipi Robi lembut.

Robi malah makin merasa bersalah dari pada saat Naila mencoba sarkas padanya. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.