BLANTERORBITv102

Bab 10 - Sepatu

Kamis, 25 Juli 2024

Robi mendekap Naila sembari menunggu hasil dari dokter selama di UGD. Naila sudah sadar tapi masih lemas jadi di infus agar kondisinya lekas membaik. Naila jauh merasa lebih baik ia juga terus menggenggam tangan suaminya.

"Kamu jangan pingsan lagi. Aku khawatir! " omel Robi khawatir pada Naila.

Naila mengangguk dengan mata berkaca-kaca mendengar omelan Robi. Robi menghela nafas lalu memeluk Naila.

"Aku ga marah. Aku khawatir," ucap Robi lembut.

Air mata Naila mengalir. Naila menangis dalam diam tanpa berani menatap Robi.

"Nona Naila, " panggi perawat.

"Cup. Tunggu sebentar ya, " ucap Robi lembut sambil mengelus rambut Naila dan menyela airmatanya sebelum pergi menemui dokter.

Robi duduk mendengarkan penjelasan dokter soal Naila. Karena hanya ada dokter jaga di UGD, Naila tak dapat perawatan secara mendalam. Robi juga memutuskan untuk pulang dan akan memeriksakan Naila ke dokter yang biasa menanganinya saja.

"Kita pulang aja ya, " ucap Robi lembut setelah perawat melepaskan infus di tangan Naila.

Naila mengangguk lesu lalu berusaha turun dari tempat tidur sendiri. Tapi Robi langsung menggendongnya di depan seperti sedang menggendong anak kecil dan berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya.

"Kamu ga pakek sandal. Jadi di gendong," ucap Robi yang berdebar-debar saat menggendong istrinya dan merasa perlu menjelaskan alasannya.

Naila mengangguk lalu berpegangan erat pada Robi. Bila Naila mengira setelah sampai di mobil Robi akan menurunkannya ia salah Robi tetap dalam posisi yang sama memangkunya. Bahkan Robi sama sekali tak mengecek ponselnya dan hanya memperhatikan Naila sepanjang perjalanan.

"Enghh... Mas, " lirih Naila yang kedinginan.

Robi mengelus kaki Naila yang dingin. "Sabar ya, bentar lagi sampe, " ucap Robi lembut.

●●●

Bella menatap Robi yang menggendong Naila dengan penuh perhatian. Perasaannya menjadi hancur. Bella menyukai Robi, sejak awal ia bertemu saat ibunya menikah dengan ayah
Robi. Bella juga merasa dirinya lebih pantas untuk Robi dari pada Naila. Bella benar-benar tak suka pada Naila.

Apa lagi Robi langsung memusatkan dunianya pada Naila. Robi lebih memperhatikan Naila, jauh dari pada segalanya. Robi bahkan mau menggendong dari depan hotel hingga masuk ke kamar. Tak cukup sampai di situ tadi selama menemani belanja juga Robi tampak tak jenak.

"Dia kenapa Kak?" tanya Bella yang masuk ke kamar Robi.

"Kecapekan, " jawab Robi sambil menyelimuti Naila dan mengecup keningnya. "Mau makan apa Na?" tanya Robi lembut pada Naila.

Naila menggeleng pelan ia tak selera makan.

"Sup ya? Biar anget kamu. Apa bakso?" tawar Robi memaksa Naila untuk makan. "Nanti kalo ga makan ga sehat-sehat kamunya, " bujuk Robi.

"Yaudah makan, sup aja ya," ucap Naila mengalah.

"Sama susu ya, " pinta Robi yang di angguki Naila. "Bella keluar aja ya, aku mau sama Naila, " usir Robi pada Bella sambil menggiringnya keluar kamar.

"Hah? Aku? Keluar? " tanya Bella tak percaya Robi mengusirnya.

Robi mengangguk. "Pintunya di tutup ya, " ucap Robi mempertegas lalu memesan makanan untuk Naila.

Bella menatap Naila tajam lalu pergi dari kamar Robi. Ia merasa marah karena Naila merebut Robi darinya. Bahkan Robi sampai tega mengusirnya.

●●●

Pesanan Robi jauh lebih banyak dari yang Naila kira. Meskipun Robi tidak memaksanya untuk menghabiskan semuanya dan hanya meminta Naila makan agar perutnya terisi saja. Bagi Naila makanan yang di pesan Robi tetap terlalu banyak.

"Mas makan juga ya, " ucap Naila.

"Aku udah makan, " jawab Robi.

"Kapan?" Naila mengambil sendok.

"Tadi pagi, "

"Makan ya, makan bareng sama aku, "

Robi menghela nafas. Ia tak sebenarnya tak bernafsu untuk makan. Tapi karena Naila memintanya ia jadi ikut makan. Naila juga dengan telaten menyuapi Robi yang duduk di sampingnya. Robi juga makan dengan lahap saat di suapi Naila.

"Kamu sering nyuapin?" tanya Robi.

Naila mengangguk. "Kadang tetanggaku nitipin anaknya di rumahku. Kalo sore gitu, aku suapin sambil ajak jalan-jalan kalo ga nonton TV di rumah. Terus aku di kasih upah."

"Berapa?" tanya Robi sambil mengambilkan tisu untuk Naila.

Naila tersenyum malu. "Dikit, cuma dua ribu. Kadang kalo nitipinnya lama sampe maghrib gitu di kasih lima ribu, " jawab Naila malu-malu kucing.

Robi tersenyum mendengar jawaban Naila. "Kalo kamu yang suapin rasanya enak, " ucapnya jujur lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Aish! Aku tadi ngomong apaan sih! Ntar geer lagi si Naila! Batin Robi merutuki ucapannya sendiri tadi.

Suara pintu kamar terdengar di ketuk. Naila berjalan untuk membukakan pintu.

"Sebentar, " ucap Naila.

"Ini buat Naila, kamu dari kemarin kemana-mana pakek sandal hotel. Anggap aja ini hadiah dari Papa buat kamu ya, " ucap Salman lalu menyerahkan paper bag besar berisi box sepatu.

"Wah! Terimakasih Pa! " seru Naila senang.

"Di pakek ya, nanti kalo ga suka minta beli yang baru sama Robi," ucap Salman lalu kembali ke kamarnya.

Robi yang mendengar Naila berbicara dengan orang lain buru-buru menyelesaikan mandinya padahal ingin berendam dulu rencananya. Begitu ia keluar ia melihat Naila yang duduk manis sambil mencoba flatshoes baru berwarna coklat dengan bunga-bunga kecil yang menghiasi. Naila tampak sumringah mengenakannya.

"Kamu beli?" tanya Robi yang berpikir bila Naila seperti yang Bella ucapkan. Naila akan membeli sepatunya sendiri dan hanya perlu uang Robi.

Naila menggeleng. "Tadi Papamu beliin, katanya aku kemana-mana pakek sendal hotel terus. Jadi di beliin," jawab Naila sambil tersenyum sumringah.

Robi merasa cemburu begitu tau Salman yang membelikan Naila. Salman juga memperhatikan Naila. Padahal tadi Robi juga ingin membelikan sepatu untuk Naila tapi ia malah kalah dari papanya sendiri. "Jelek! Ga usah di pakek! " ketus Robi yang langsung menyurutkan senyum sumringah Naila.

"K-kenapa?" tanya Naila sedih. "Aku suka, " ucap Naila lalu melepas sepatunya.

"Kamu ini murahan sekali! Cuma di kasih sepatu murahan kayak gitu sudah senang. Menjijikkan! " omel Robi yang jadi menghina Naila.

Naila diam menundukkan kepalanya. Naila berusaha menutupi rasa sedihnya karena tiba-tiba Robi memarahinya. Naila kira Robi akan senang bila ia senang akan pemberian mertuanya. Naila kira Robi akan senang bila ia bisa berbaur dengan keluarganya. Ternyata Naila salah.

Naila memasukkan sepatunya kedalam box dan merapikannya kembali kedalam paper bag. Naila sadar ia memang murah, bahkan ia sampai di jual ayahnya sendiri saking murahnya. Tapi Naila tetap sakit hati saat Robi yang mengucapkannya. Selain karena Robi suaminya dan hanya Robi yang Naila punya. Sikap lembut Robi tadi juga sudah membuat Naila mengira bila ia dan Robi bisa menjadi pasangan seperti yang seharusnya. Ternyata salah besar, hanya Naila yang mengharapkannya. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.