BLANTERORBITv102

Bab 20 - Hamil

Kamis, 25 Juli 2024

Robi memikirkan negatif dan positifnya mengijinkan Naila keluar atau membiarkannya membawa pedagang kaki lima kerumah. Robi tak suka rumahnya terlihat seperti tempat wisata yang di penuhi pedagang tak di kenal tanpa melewati kualifikasinya. Tapi Robi juga tak mau membiarkan Naila pergi keluar, apa lagi sendirian.

Robi melihat ke arah kamar mertuanya di bawah Naila masih di dalam dan mungkin masih marah. Robi tak bisa terus-menerus saling mendiamkan Naila atau membiarkan Naila terus merajuk padanya. Robi menghela nafas, mungkin jalan-jalan keluar bersama Naila bukan pilihan yang buruk juga.

"Naila, jalan keluar yuk, " ajak Robi sambil berjalan masuk mendekati Naila.

"Kemana? Katanya ga boleh, " ucap Naila.

"Mall?" tawar Robi. "Kita aja, sebentar tapi, " ucap Robi.

Naila diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya. "Aku siap-siap dulu ya, " ucap Naila semangat lalu berlari ke kamar dengan ceria.

Robi menahan senyum dan tawa bahagia penuh kemenangannya karena bisa membuat Naila ceria kembali. Naila juga cukup cepat bersiap-siap. Ia menggunakan celana panjang dan hoodie. Robi tak bersiap-siap hanya membawa envelope bagnya saja.

Mobil sudah siap, semua sudah siap. Tapi saat Naila melihat jam di ponselnya ia ragu untuk pergi.

"Bentar lagi Ibu pulang. Tunggu Ibu dulu ya Mas, aku pengen ajak Ibuku juga, " ucap Naila sambil menatap Robi penuh harap.

Robi mengangguk lalu kembali masuk di ikuti Naila menunggu Witri pulang. Naila terus menunggu bersama Robi hingga mentari tenggelam. Naila yang tadi siap pergi mengurungkan niatnya, ia memilih mandi dan memakai piama lagi. Naila dan Robi juga makan siang berdua.

Obrolan jadi jauh lebih cair meskipun tak banyak pembahasan tapi setidaknya saat diam tidak terasa dingin. Sesekali Naila melihat keluar lalu masuk lagi, kembali ke kamar hingga waktu tidurnya tiba dan baru dapat kabar kalo Ibunya sedang mengurus neneknya yang sakit sendirian.

"Mas, kayaknya Ibu mau pindah ke rumah embah deh. Embah sakit, " ucap Naila sedih lalu memeluk Robi.

"Sakit apa?" tanya Robi sambil mengelus rambut Naila.

"Sakit tua, umurnya kan dah 80 jadi ya emang perlu di rawat. Ibu mau pindah ke sana, " jawab Naila lalu menghela nafas.

Robi mengecup bibir Naila lembut. "Gapapa, nanti aku bantu. Nanti kita jenguk ya kalo programnya berhasil."

Naila kembali mengangguk lalu tersenyum.

●●●

Pagi-pagi Naila sudah mual dan demam. Robi sudah mengira bila istrinya keracunan dan salah makan. Tapi setelah di ingat kemarin mereka hanya makan seafood bersama. Selain itu tidak ada satupun yang keracunan di rumah. Robi cukup panik dan kewalahan sendiri.

Beruntung tak lama mertuanya kembali. Di bantu mertuanya Robi bisa mengatasi kepanikannya atas kondisi Naila dan setelahnya ia langsung terfikir untuk membawa Naila ke dokter. Tentu saja Witri juga ikut menemani.

Selama di periksa Robi selalu menggenggam tangan Naila dengan panik. Sangat panik sampai perawat magang yang masih kikuk kena seprot hanya karena salah sedikit, bergerak, atau diam saja. Pokoknya di marahi dan serba salah.

"Kamu marah terus aku takut, " lirih Naila dengan berkaca-kaca.

Robi langsung diam tapi memelototi setiap orang yang di matanya terlihat tak kompeten.

"Ini pembuahannya berhasil. Sudah ada janin," dokter menunjuk titik kecil yang ada di monitor. "Masih awal-awal jadi mual, biasa. Perubahan hormon, penyesuaian, " lanjut dokter.

Naila dan Robi terharu mendengar penjelasan dokter dan hanya bisa diam lalu saling memeluk. USG dan pemeriksaan yang harusnya hanya sebentar jadi lama. Robi ingin terus melihat janin di rahim Naila, Nailapun begitu. Witri juga dan tentu saja ikut senang karena Naila hamil. Meskipun di hatinya sedikit sedih anaknya harus dipaksa menikah dan hamil di usia semuda itu.

Robi super berhati-hati dan super perhatian pada Naila setelah dari dokter. Robi juga meminta sekretarisnya untuk mengurangi jadwalnya dan memadatkannya hanya untuk acara yang sangat penting dan mendesak saja. Selain itu Robi juga memperketat pengawasan pada makanan dan asupan yang di terima istrinya.

"Adek," panggil Robi pada Naila yang tiduran sambil menonton TV. "Ini buat jajan, nanti tiap bulan aku transfer uang jajan bulanan. Kamu minta berapa?" tanya Robi sambil memberikan dompet kartu berisi kartu debit, kartu kredit, dan beberapa uang cash.

Naila diam bingung harus meminta berapa. "Bingung minta berapa, " jawab Naila jujur sambil menggenggam tangan Robi. "Mas kasih berapa aja aku seneng yang penting cukup buat jajan, " sambung Naila.

Robi mengangguk. "Aku transfer tiga ratus ya, nanti kalo kurang boleh minta lagi," jawab Robi lalu mengusap perut Naila yang masih datar meskipun ada kehidupan baru di dalamnya.

Naila mengangguk lalu tersenyum sambil membiarkan Robi mengelus perutnya. "Mas, aku beneran jadi punya kamar sendiri kan?" tagih Naila yang teringat pada janji hadiah pada Robi.

Robi mengangguk. "Aku cari desainer interior, mungkin satu bulan lagi selesai kamarmu. Jadi sementara waktu tidur di sini dulu ya, " jawab Robi lembut.

Naila tersenyum sumringah. Akhirnya ia punya kamar sendiri. Punya tempat untuk bebas sendiri. [Next]



Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.