BLANTERORBITv102

Bab 01 – Pernikahan

Rabu, 12 Juli 2023

Suara jeritan kesakitan diiringi suara cambukan dan pukulan yang masih belum berhenti hingga adzan maghrib berkumandang membuat Naila begitu takut dan hanya diam membeku bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya. Hingga pagi menjelang dan ia harus bangun untuk berangkat ke sekolah di antar ibunya yang semalam di hajar habis-habisan oleh pria yang ia panggil ayah.

"Naila, apa cita-citamu?" tanya teman sebangku Naila yang sedang melihatnya mengisi biodata di notes warna-warni bergambar milik temannya sebelum akhir pembelajaran di kelas 12.

"Ibu rumah tangga," jawab Naila dengan mata yang berkaca-kaca menulis cita-citanya lalu makanan favoritnya.

Suara bel berdering nyaring di seluruh penjuru sekolah menandakan pembelajaran hari ini sudah selesai. Naila merasa begitu berat untuk pergi dari sekolah kali ini. Perasaannnya begitu tidak enak dan takut untuk pulang ke rumah. Naila takut mendengar orang tuanya yang bertengkar. Naila lelah melihat ibunya yang terus di pukuli ayahnya. Naila ingin menyudahi semua tapi ia terlalu lemah untuk melakukannya.

“Naila, mau pulang bareng gak? Motor baru nih, kamu belom pernah kan ku boncengin pakek ini,” ucap Reyhan yang mencegat Naila dengan motor Yamaha Vixion berwarna putih dengan plat yang masih berwarna putih merah.

Naila mengangguk menerima tawaran Reyhan yang memang searah dengannya. “Motormu kok ganti? Aku suka yang motor metik aja, naiknya ga susah,” ucap Naila setelah susah payah naik ke atas motor baru Reyhan.

“Hahaha iya besok aku pakek motor metik aja, aku bawa ini juga cuma buat pamer ke kamu kok.”

“Ayahmu dapet proyek baru ya?” tebak Naila.

“Yoi! Kapan-kapan kita ke mall yuk, aku uang jajannya ditambahin sama mamaku.”

“Boleh, nanti aku ijin  ayahku dulu ya,” ucap Naila sedikit ragu untuk setuju.

Reyhan terus menceritakan soal bisnis mebel keluarganya yang dilirik oleh FS Group dan langsung diminta untuk mengisi perabotan yang ada di beberapa kantor FS Group juga ruangan pertemuan hotel baru FS Group. Bukan sepenuhnya milik FS Group tapi pemilik FS Group jadi salah satu pemegang saham terbesarnya.

“Makasih Reyhan, hati-hati ya,” ucap Naila begitu sampai di depan rumahnya.

Reyhan mengangguk lalu langsung tancap gas pulang ke rumahnya.

"Cepat ganti baju, ikut ayah!" perintah Edo yang tampak sudah rapi dan siap membawa Naila pergi.

"Mau kemana?" tanya Naila takut.

"Daripada kamu banyak tanya mending kamu cepet pergi ke kamarmu, ganti baju, terus pergi ikut ayah!" bentak Edo yang jadi emosi karena pertanyaan sederhana Naila.

Naila menahan tangis dan rasa takut juga laparnya lalu menuruti ayahnya untuk ganti baju dan mengikutinya pergi. Tak jelas Naila di bawa kemana, Naila juga tak berani bertanya lagi. Ia melihat rumah besar yang begitu megah, suara gong-gongan anjing penjaga menyambut kedatangannya yang datang menaiki mobil pickup yang biasa di gunakan mengangkut kain konveksi dari pabrik. Pemeriksaan oleh petugas keamanan berlangsung singkat.

Naila menatap langit-langit rumah yang begitu mewah, lampu kristal yang digantung menjuntai dengan indah dan mewah, interior berwarna putih dengan detail berwarna emas, lantai marmer yang bersih mengkilap, dan lukisan-lukisan yang tergantung di temboknya. Jelas empunya rumah bukan orang sembarangan.

"Ini anak saya Naila, masih gadis, beberapa hari lagi lulus SMA..."

"Bawa dia waktu sudah lulus, baru ku beri uangnya," ucap Robi sambil mengibaskan tangannya dengan angkuh mengusir Edo dan Naila.

"Ayah, apa maksudnya ini?" tanya Naila panik.

Robi tertawa sinis menatap Naila yang kebingungan. "Bapakmu jual kamu," ucapnya sambil berjalan menuruni tangga.

"Ayah?!" bentak Naila tak terima. "Bilang kalo dia bohong! Ayah gak mungkin kan jual aku?!"

Plak! Edo menampar Naila hingga ia tersungkur di lantai.

"Stop!" tahan Robi begitu Edo siap menghajar Naila lagi. "Kamu pukul dia lagi, tanganmu ku lepas."

Edo mengangguk paham dengan ketakutan mendengar ancaman Robi lalu menggandeng Naila kembali ke mobil untuk pulang. Naila hanya bisa menangis kecewa karena ia di jual oleh ayahnya. Witri yang tau suaminya benar-benar menjalankan niatannya untuk menjual Naila demi uang tak bisa menyembunyikan kemarahannya lagi.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Naila tetap di jual pada Robi Suandakni, pewaris tunggal FS Group yang sudah membeli Naila dengan mahar lima ratus juta. Edo juga sudah menandatangani kontrak dan bersepakat. Demi mempertahankan usahanya dan melunasi hutangnya Edo tega menjual putrinya, putri semata wayangnya.

●●●

Sejak itu secara berkala tiap dua hari sekali Naila selalu di datangi orang suruhan Robi. Entah untuk ke dokter atau perawatan tubuh. Kadang Naila juga di antar jemput ke sekolah karena beberapa orang yang di tugasi Robi untuk mengawasinya di kejauhan khawatir akan keselamatan Naila. Terus begitu hingga Naila jadi memiliki jarak dengan teman-temannya dan tak pernah bertemu dengan Reyhan atau main dengan teman-temannya hingga lulus dan harus menghadiri pernikahannya yang sama sekali tidak ia inginkan apa lagi rencanakan itu.

"Kamu tidak suka?" tanya Robi yang menghampiri Naila di kamar riasnya.

Naila memalingkan wajahnya begitu melihat pria yang sudah membelinya itu. Naila ingin menangis dan memarahinya kalau saja ia tidak sedang dalam kondisi seperti ini.

Robi tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Naila yang di artikan sebaga ejekan bagi Naila. Padahal Robi sudah berbaik hati dan berusaha menurunkan sedikit egonya untuk Naila tapi tanggapan Naila begitu dingin padanya. Entah siapa yang malang di sini.

"Permisi... " ucap seorang pria yang datang menghampiri Robi sambil menunjuk jam tangannya menunjukkan sudah waktunya Robi mengucap ijab qobul pernikahannya dengan Naila.

Naila mengintip dari balik jendela. Ia tak melihat ibunya, ia hanya melihat ayahnya bersama wanita muda yang begitu mesra menemaninya. Suara saksi berseru "Sah! " dengan semangat seiring selesainya ijab qobul yang di lafalkan Robi dengan lancar. Seketika airmata Naila mengalir tanpa dapat ia tahan lagi. Ia sudah resmi menjadi seorang istri dari pria yang belum ia kenal sedikitpun.

"Cup... Cup... Cup... Jangan nangis cantik, nanti make upnya berantakan lagi... " ucap make up artis yang menemani Naila yang panik dan berusaha menenangkannya.

Mati-matian Naila berusaha menahan airmatanya sambil sesekali menyekanya dengan tisu. Tak lama seorang wanita datang menjemput Naila untuk keluar menemui Robi dan tamu yang lain. Robi tampak begitu senang melihat Naila yang masih menangis berjalan ke arahnya.

"Salim! Cium tangan! " geram Edo pelan karena Naila hanya duduk diam menatap Robi.

Naila menjabat tangan Robi lalu menciumnya, tangisnya kali ini benar-benar tak bisa ia tahan karena ibunya benar-benar tidak hadir di pernikahannya kali ini. Padahal ia sudah sama-sama menyiapkan baju dan membayangkan hal indah bersama dalam...entah kejadian ini berkah atau musibah.

Robi mengecup kening lalu bibirnya cukup lama, bahkan Robi tidak malu-malu untuk memagut bibir Naila yang hanya diam saja dari tadi. Kalau saja tidak di ingatkan oleh naib yang menikahkannya tadi mungkin Robi sudah mengawini Naila di depan umum juga.

"Ayah, ibu mana?" tanya Naila setelah selesai berdoa sambil berbisik pada Edo.

"Ini ibumu yang baru," jawab Edo sambil menunjuk wanita muda yang duduk di sampingnya.

Naila menggeleng pelan tak percaya dengan apa yang ia dengar, badannya langsung terkulai lemas hingga tersandar pada Robi yang duduk di sebelahnya secara tidak sengaja. "Ibuku, ibu Witri di mana?" tanya Naila lagi dengan suara yang sedikit meninggi.

"Gak di ajak! Udah diem!" Edo berusaha menenangkan Naila. "Ibumu itu dah tua, jelek. Ayah malu ajak kesini jadi ayah ajak istri baru ayah."

Robi melirik Edo tajam lalu merangkul Naila. "Kamu gapapa?" tanya Robi khawatir pada Naila setelah mendengar semua percakapannya dengan Edo.

Naila menatap Robi lalu menggeleng dengan memelas. "Bawa aku pergi dari sini... " lirih Naila memohon pada Robi.

Robi tersenyum senang mendengar permohonan Naila. Semua orang berdiri, beberapa keluarga dekat Robi mendekat hendak menyalami dan berfoto dengan mempelai. Naila sudah tak dapat berdiri lagi setelah mendengar ucapan ayahnya yang sangat memukul perasaannya. Sudah kecewa karena di jual, sekarang Naila tau bila ayahnya nikah lagi. Pantas saja selama ini ia di awasi oleh orang-orang suruhan Robi begitu ketat.

Naila dulu sudah khawatir bila terjadi sesuatu dengan ayahnya. Tapi sekarang ia tau kenapa ayahnya tak pernah ada di rumah. Kenapa ia di awasi dan di antar kesana-kemari. Ternyata ayahnya menikah lagi selama ini. Pandangan Naila perlahan menjadi gelap, pijakannya terasa tak setabil dan bergoyang-goyang seperti gempa, kepalanya terasa begitu berat lalu tiba-tiba ia sudah tak sadarkan diri.

●●●

Witri hanya menangis di rumahnya seorang diri. Ia sudah rapi menggunakan kebaya seragamnya untuk datang menghadiri pernikahan putrinya. Ia sudah dandan ke salon dengan cantik. Bahkan ia sudah mengambil cuti karena ingin datang ke pernikahan Naila.

Witri sudah membayangkan betapa bahagianya putrinya nanti, meskipun ia tak menikahi pria yang ia cintai. Paling tidak ia merasakan betapa mewah dan indahnya menjadi ratu sehari. Apa lagi pria yang meminangnya bukan pria sembarangan. Tapi ia tak bisa apa-apa karena suaminya malah meninggalkannya juga merusak motornya karena ingin datang bersama istri barunya.

Witri sadar ia sudah tidak cantik, sudah kisut. Tapi ia merasa berhak setidaknya melihat secara langsung anaknya menikah. Meskipun ia harus datang naik motor dan melihat dari kejauhan Witri rela. Tapi sekarang ia tak bisa apa-apa. Tak hanya motor yang di rusak tapi dompetnya juga di ambil paksa.

"Assalamualaikum... " ucap Pak RT  yang datang membawa surat pemberitahuan pajak bumi bangunan tapi malah mendapati Witri dalam kondisi kacau. [Next]



 


Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.