Bab 06 – Makan Malam Keluarga
Robi
memperlakukan Naila lebih baik dari pada yang Naila kira setelah mereka
bercinta semalam. Robi juga terlihat jauh lebih santai dengan kimono putih yang
ia pakai meskipun beberapa kali melihat ponselnya memastikan pekerjaannya
berjalan lancar. Robi juga tak pernah bicara dengan ketus lagi pada Naila. Robi
jadi pria yang begitu lembut dan penyayang setiap kali selesai bercinta. Lalu
akan kembali jadi buas lagi saat bercinta. Setidaknya untuk dua hari yang
mereka habiskan bersama seperti itu.
"Mau makan sesuatu?"
tanya Robi sambil melebarkan tangannya menyambut Naila yang baru selesai mandi.
Naila menggeleng
lalu tersenyum. "Aku bingung ingin memesan apa. Aku pengen sesuatu yang
dingin dan manis. Tapi aku perlu makan nasi juga... " ucap Naila yang
duduk di pangkuan Robi sambil bersandar di dadanya.
Robi mengerutkan
keningnya memikirkan makanan apa yang di inginkan Naila dan makanan apa yang
pas untuk mereka nikmati malam ini.
"Aku
bercanda, aku mau makan apapun terserah. Tadi aku baca di artikel katanya sea food bagus untuk kesuburan... "
ucap Naila.
Robi mengangguk
lalu mengambil telfon yang ada di atas laci dan mulai reservasi restoran untuk
makan malam bersama Naila.
Naila kembali
bangun untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan.
"Nanti kita
makan malam sama papaku, ada adik tiriku juga... " ucap Robi memberi tahu
Naila yang tengah memilih gaun yang pantas untuk makan malam.
"Mas, kok
semua bajunya sexy gini sih..." komplain Naila pada Robi.
Robi menghampiri
Naila memperhatikan gaun yang sudah ia siapkan untuk Naila. "Menurutku
tidak, kita bulan madu di pantai jadi di mana salahnya?"
Naila mengenakan
salah satu gaun berwarna putih dengan bunga-bunga berwarna biru sebagai
motifnya. Tak ada yang salah, anggun dan cantik sesuai selera Robi. Tapi sayangnya
gaun itu memiliki potongan yang cukup rendah hingga memamerkan bahu dan sedikit
dada Naila. Naila tak suka bekas kissmark
dari Robi jadi terekspose kemana-mana seperti itu.
"Lihat!"
ucap Naila sambil menunjuk semua kissmark
yang terlihat.
Robi tertawa
kecil lalu mengecup kening Naila. "Biar saja, biar semua orang tau kalau
kamu sudah ada yang punya," jawab Robi santai lalu ke kamar mandi dan ikut
bersiap pergi makan malam.
●●●
Naila berjalan
bersama Robi ke restoran yang masih dalam lingkungan hotel tempatnya bulan
madu. Naila sempat melipir ke toko oleh-oleh sebentar bersama Robi ingin
membeli beberapa makanan untuk oleh-oleh tapi ingat masih ada beberapa hari
lagi disana.
"Tidak
suka?" tanya Robi.
Naila
menggeleng. "Belinya nanti aja kalo dah mau pulang buat ibuku... "
jawab Naila lalu kembali berjalan berdampingan dengan Robi.
Sesekali Robi
merangkulnya atau menggandengnya saat berpapasan dengan turis lain lalu kembali
melepaskan Naila.
"Kak Robi!
" sapa Bella adik tiri Robi yang berpapasan dengannya.
"Eh
Bella," saut Robi lalu menyalimi adik tirinya itu.
Bela langsung
bergelayut dengan manja pada Robi. "Ayo Kak! Tadi papa pesen sea food kesukaan kakak... "
Naila yang
semula ingin menyalimi Bella menarik tangannya kembali mengurungkan niatnya.
Naila sedikit tidak nyaman melihat Bella yang manja pada suaminya.
"Oh iya,
ini istriku... " ucap Robi sambil merngkul Naila dan mengenalkannya pada
Bella yang belum sempat datang ke acara pernikahannya dulu.
Bella melepaskan
pelukannya pada lengan Robi lalu menatap Naila dari ujung kaki hingga ujung
kepala. Pandanagannya begitu merendahkan Naila bahkan kali ini ia sengaja tidak
mau menyalimi Naila sama sekali.
Robi tak begitu
peduli soal sikap Bella yang kurang bersahabat dengan Naila. Pertama karena
Bella memang tidak mudah berbaur sejak awal Robi mengenalnya, yang kedua Naila
memang masih sangat muda dan mungkin itu yang membuat mereka canggung.
"Papa
siap-siap kasih saham ke aku, aku bentar lagi punya anak... " ucap Robi
blak-blakan yang duduk di ampit Bella dan Naila.
"Ck kamu ini tiap ketemu papa bahasnya
saham terus... " saut Salman yang belum ingin membahas itu meskipun sudah
mempersiapkan semuanya. "Nanti kalo dah 7 bulan turun sahamnya... "
lanjut Salman setelah melihat Naila hanya diam dan sedikit murung juga tampak tidak
nyaman karena sering membenarkan pakaiannya untuk menutupi bekas kissmark dari Robi.
"Kok lebih
cepet Pi... " tegur istri muda Salman.
Salman hanya
diam pura-pura tidak dengar. Sementara keluarga Robi asik bicara dan mengobrol,
Naila menikmati sup ayamnya terlebih dahulu.
Naila tak ingin
ikut campur dalam keluarga Robi. Selain itu kelurga Robi juga tak terlihat
ingin mengajak bicara Naila sedikitpun jadi ia asik makan saja. Apa lagi ia
sudah lapar dan memang belum makan dari tadi.
"Ck! Rasanya buruk sekali... " keluh
Robi begitu mencicipi sup yang sama seperti milik Naila tadi.
"Ah masa?"
saut Naila yang sudah hampir 3 kali menambahkan sup ke mangkuknya.
"Coba saja
sendiri! "
"Aku sudah
makan tiga kali. Enak kok... " Naila menunjukkan mangkuknya.
Robi mendengus
kesal. Naila mencicipi sup di mangkuk milik Robi, yang lain juga ikut
mencicipi.
"Tidak ada
yang salah... " ucap Salman.
Robi mengambil
dumpling. Baru sesuap ia makan bahkan belum selesai mengunyah ia sudah
memuntahkan makanannya lagi. "Rasanya menjijikkan! " ketus Robi lagi.
Naila mencoba
dumpling yang tadi Robi coba. "Enak Mas," ucap Naila lembut.
Robi tampak
kesal. Tiba-tiba saja lidah dan selera makannya jadi berantakan begini.
"Buah?"
tawar Naila.
Robi menggeleng.
"Aku mau es krim saja... " jawab Robi.
Pelayan
tergopoh-gopoh datang membawakan es krim untuk Robi sebelum Robi memesannya.
"Ini tidak
ada rasanya... " keluh Robi yang mendadak jadi rewel.
Naila menghela
nafas lalu mencoba es krim suaminya itu. "Ada Mas..." ucap Naila
lembut.
"Sudahlah
aku tidak selera makan... " Robi mengambil ponselnya dan melambaikan
tangan pada pelayan untuk menyingkirkan peralatan makannya.
"Mungkin
kamu sakit Mas, dari kemarin kan belum makan bener. Makannya telat
juga..." ucap Naila menebak kondisi suaminya.
Robi mengangguk ragu lalu menghela nafas. Sementara keluarga yang lain tampak heran dengan kondisi Robi. Naila menggenggam tangan Robi lalu meletakkannya di pangkuannya. Naila tidak yakin apa yang ia lakukan akan memperbaiki suasana atau kondisi suaminya. Tapi Robi tak menolaknya jadi ia terus menggenggam tangan besar itu.