Bab 11 – Last Honey Moon🔞
Robi benar-benar
menyesal sudah memarahi Naila. Ia sama sekali tak bermaksud untuk memakinya
sekasar itu. Naila hanya beli pie susu dan gelang, seharian menunggu di kamar
lalu sakit. Robi juga tak memberinya sepatu yang layak sampai Naila memakai
sandal hotel yang tipis itu kemana-mana. Baru ini Naila tampak ceria setelah
dari rumah sakit dan segala hal yang sudah ia lalui tapi Robi merusak semunya.
Naila minum obat
dan vitaminnya lalu tidur memunggungi Robi. Ia masih sedih dan sakit hati pada
ucapan Robi. Robi juga tak mengajaknya bicara setelah memakinya tadi.
"Besok kita
beli sepatu sendiri buat kamu," ucap Robi.
Naila diam tak
ingin menjawab ucapan Robi yang berusaha berbaikan dengannya. Naila masih ingat
betapa keras dan menyakitkannya makian Robi padanya tadi hanya karena ia
menerima hadiah dari mertuanya. Robi ikut memunggungi Naila. Robi merasa
dirinya tak sepantasnya membujuk dan merayu Naila agar semuanya bisa baik lagi.
Robi berusaha meyakinkan dirinya kalau ia tidak salah dan sudah sepantasnya
Naila ia marahi seperti tadi.
Tapi sudah
hampir satu jam Robi berusah memejamkan matanya dan tidur. Tapi ia sama sekali
tak dapat memejamkan matanya. Sementara Naila sudah terlelap karena lelah
menangis dalam diam. Robi ingin di peluk dan di elus-elus Naila seperti
biasanya. Tidak masalah tidak bercinta dulu, tapi Robi suka dan sangat nyaman
saat tidur sambil di peluk dan di elus-elus Naila. Robi sangat menginginkan
itu.
Robi melirik ke
arah Naila yang tertidur dengan begitu tenang. Sesekali Naila terisak meskipun
ia tetap tidur dengan nyenyak dan tak banyak bergerak. Robi jadi merasa
menyesal kembali. Coba saja tadi ia tidak marah dan bisa mengontrol emosinya.
Pasti sekarang ia bisa tidur sambil di peluk dan di elus-elus Naila.
Terlintas di
pikiran Robi untuk memeluk Naila duluan tapi Robi takut membangunkannya. Apa
lagi Naila mudah sekali bangun dan belum pernah terlihat tidur benar-benar
nyenyak sejak bersama Robi. Robi akhirnya memutuskan untuk menunggu sampai
Naila berubah posisi dan mendekat ke arahnya. Bahkan Robi sengaja menyingkirkan
guling yang membatasi mereka.
Naila! Ayo
berguling! Berguling dan peluk suamimu ini! Batin Robi berusaha menggunakan
telepati padahal ia tak bisa melakukan telepati.
Waktu
menunjukkan jam 00:30 dan Robi masih belum bisa tidur. Baru kali ini Robi
begadang tanpa melakukan apapun selain memandangi teman tidurnya. Robi jadi
kesal sendiri dengan dirinya karena secara tidak sadar jadi mengemis sendiri
pada Naila. Padahal bagi Robi harusnya Naila yang memohon padanya. Tapi belum
ia kembali emosi, Naila merubah posisinya, Dan hap, Naila meletakkan tangannya
di perut Robi lalu mengelusnya sebentar dan kembali tidur.
Robi tersenyum
senang. Kan bener dia yang butuh aku! Batin Robi tak mau mengalah dan
menurunkan egonya. Robi ikut memeluk Naila perasaannya kembali tenang karena
Naila memeluknya meskipun tidak mengelusnya itu susah cukup membuat Robi
nyaman.
Naila membuka
matanya karena merasakan tubuhnya yang tiba-tiba di peluk Robi. Ia hanya pasrah
meskipun masih ingin marah tapi Naila juga merasa nyaman dan tenang tidur dalam
dekapan suaminya.
Cup! Naila
mengecup pipi Robi. Robi membalas dengan mengecup kening Naila. Lalu keduanya
terlelap sambil saling memeluk seolah tak terjadi apapun sebelumnya dan Robi
juga melupakan perasaannya yang minta selalu di puja-puja begitu Naila mengecup
pipinya.
●●●
Pagi-pagi
setelah Naila solat subuh dan sikat gigi. Robi masih tidur meskipun begitu ia
menyadari Naila tak di sampingnya lagi ia langsung bangun mencarinya. Sekarang
sudah bukan ponsel lagi yang menjadi kebutuhan Robi tapi Naila.
"Udah dulu
ya Bu, Mas Robi bangun. Kayaknya nyariin aku, Nanti kalo aku pulang aku
kabarin, " ucap Naila lalu kembali naik ke tempat tidur.
"Maaf ya
kemarin aku marah-marah," ucap Robi sambil menarik Naila ke dalam
pelukannya.
Naila mengangguk
pelan lalu mengelus dada Robi yang memeluknya.
"Nanti kita
beli sendiri saja sepatu buat kamu, ga usah pakek yang dari Papa. Aku pengen
kalo kamu butuh apa-apa bilang aku. Jangan bilang orang lain. Kalo kamu cuma
mau belanja sepatu aku bisa kasih. Mau seberapa banyak aku kasih."
"Tapi aku
ga minta Mas, itu Papa sendiri yang kasih. Aku juga ga tau kenapa tiba-tiba di
kasih. Aku ga pernah minta, " ucap Naila jujur sambil menatap Robi.
Robi menghela
nafas. "Yaudah pokoknya apa aja minta ke aku. Aku suamimu. Ga usah
sungkan," ucap Robi.
Naila tersenyum
lalu mengangguk dan mencium bibir Robi yang di sabut dengan lumatan oleh Robi.
Nafas Robi menderu sambil mumat bibir istrinya dan memasukkan lidahnya untuk
menjelajah di dalamnya atau beradu lidah dengan Naila agar bisa menghisap
lidahnya. Naila yang ada dalam dekapan Robi sudah pasrah dan siap bila kegiatan
hari ini harus di awali dengan morning
sex.
Robi memegangi
tengkuk Naila sambil mengelus pinggangnya yang ramping hingga bokongnya yang
hanya di tutupi celana dalam. Sementara Naila memegangi bahu dan mengelus dada
Robi seiring ciumannya yang memanas.
"Aku pengen
cepet hamil, " lirih Naila begitu Robi melepas ciumannya untuk mengambil
nafas.
Robi tersenyum
memandangi Naila lalu melepaskan kaos yang di kenakan Naila. Tak ada bra yang
menutupi payudara bercup B itu. Naila juga tak tinggal diam ia menarik lepas
tali yang menjaga agar kimono yang di kenakan Robi tetap tertutup.
Naila susah
tidak malu-malu lagi. Lagi pula Robi suaminya dan memang hanya di depan Robi
saja Naila halal telanjang dan jadi binal.
Robi menjilat leher Naila semakin kebawah hingga akhirnya bertengger di atas