Bab 38 – Wawancara
Naila masih
nyaman dalam pelukan Robi, Robi juga masih ingin memeluk Naila kalau saja ia
tak ada jadwal untuk mengawasi perekrutan karyawan baru di perusahaannya. Jadi
pagi-pagi Robi sudah olah raga lalu mandi dan bersiap sarapan bersama istri dan
mertuanya. Naila juga hari ini ada kegiatan senam ibu hamil dan latihan pernafasan
untuk menghadapi proses melahirkannya nanti. Biasanya Naila di temani suaminya,
tapi kali ini ia sendirian. Tak hanya itu Naila juga ingin pergi shopping.
"Belanja
aja," ucap Robi lalu mentransfer uang belanja tambahan untuk Naila.
"Aku transfer seratus, nanti kalo kurang bilang aja, " sambung Robi.
Naila
mengangguk. "Aku nanti mau beli HP baru, " ucap Naila yang di angguki
Robi.
"Belilah,
beli aja HPmu juga dah jelek dah lama, " ucap Robi lalu menghabiskan
sarapannya. "Nanti belanja sendiri apa sama ibu?" tanya Robi.
"Sendiri,
di temenin Ester sama supirmu aja. Ibu kan ngajar, " ucap Naila cemberut.
"Ya kalo
mau di temenin ibu abis ibu pulang lah, " jawab Witri.
Naila mengangguk
lalu beranjak dari duduknya untuk mengikuti suaminya yang kembali ke kamar
bersiap untuk bekerja.
"Nanti aku
pulang buat makan siang sama kamu, nanti kabarin aja kamu mau makan dimana,
" ucap Robi sambil menyemprot parfumnya.
Naila mengangguk
lalu melebarkan tangannya untuk memeluk suaminya. Robi tersenyum lalu membalas
pelukan Naila sambil melumat bibirnya dengan lembut. Bila biasanya Naila hanya
diam agar Robi bisa berangkat kerja dengan cepat kali ini Naila membalas lumatan
Robi. Naila juga tak ragu untuk membalas lidah Robi yang menjelajahi mulutnya.
Robi menggendong
Naila kembali ke tempat tidur naila mengelus punggung Robi juga dadanya yang
bidang. Robi yang sudah rapi tak bisa menahan dirinya lagi. Naila juga
tampaknya menginginkan gal yang sama jadi sama sekali tak melakukan perlawanan
sedikitpun saat suaminya melepaskan celana dalamnya.
"Satu ronde
aja, sisanya abis kerja ya, " ucap Robi pada Naila yang sebenarnya sedang
menasehati dirinya sendiri.
Naila tersenyum
lalu mengangguk dan sengaja melepaskan piamanya agar telanjang bulat dan
membuat suaminya makin bergairah.
●●●
Naila duduk
bersila berhadapan dengan instruktur senamnya. Keringatnya bercucuran padahal
ia hanya melakukan gerakan-gerakan ringan dan pelatihan pernafasan seperti
biasanya.
"Tarik
nafas, Tahan, Tahan, Hembuskan pelan-pelan dari mulut, Iya, Bagus, " ucap
instruktur senamnya memberi aba-aba untuk pendinginannya.
Naila mengikuti
dengan baik sambil mengelus perutnya yang begitu besar dan sebentar lagi akan
segera bertemu dengan bayinya. Naila terus mengatur pernafasannya sambil
merasakan tendangan dari bayi di rahimnya yang begitu aktif belakangan ini.
Usai senam Naila
pergi ke kamar untuk mandi. Senam sangat melelahkan dan ia harus melewati
tangga yang begitu banyak menuju lantai dua. Naila begitu malas dan sudah
lelah. Tapi ia ingat bila ia perlu banyak bergerak agar persalinannya lancar.
Sampai di kamar
Naila tiduran sebentar. Naila jadi ingat betapa nikmatnya morning sexnya tadi
sebelum suaminya berangkat kerja. Naila meraba kewanitaannya tapi ia langsung
mengurungkan niatnya untuk masturbasi dan lebih memilih untuk mandi sebelum
pergi ke kantor suaminya.
"Hubby nanti aku ke kantormu ya, kita
makan di luar, Aku pengen makan steak, " ucap Naila sambil menelfon Robi.
"Boleh,
kamu udah shopping?" tanya Robi.
"Belom,
nanti nunggu di temenin ibu aja. Ini tadi abis mandi mau shopping tapi dedeknya
ga mau di ajak jalan-jalan yaudah aku masih di kamar ini, " Robi tertawa
mendengar curharan istrinya. Robi ingat betul betapa lucunya Naila saat bayi di
perutnya tak mau di ajak kompromi dan Naila harus menungging sambil mengatur
nafasnya atau duduk di atas ballgym sambil memutar pinggulnya dan mengatur
nafasnya juga.
●●●
Oki datang ke
kantor FS Group untuk ujian wawancara. Ia dapat nomor antrian di tengah padahal
ia sudah datang setelah subuh tapi ternyata ia kalah cepat. Antrian masih
panjang tapi ia begitu gugup bila ia tak di terima.
"Itu pak
bos, " ucap beberapa calon pelamar sambil berbisik memperhatikan Robi yang
berjalan masuk ke ruang interview di ikuti beberapa ajudan.
Oki menganga tak
percaya bila bosnya nanti akan setampan Robi. Aura kharismatik Robi begitu
terasa dan sukses menyihir para calon karyawatinya. Tak lama Robi keluar lagi
lalu masuk ke ruang interview lainnya. Sampai akhirnya ia masuk ke salah satu
ruangan dan ikut menjadi pewawancara.
"Ganteng
banget, sayang udah nikah. Kata kakakku yang kerja di sini pak bos bucin banget
ke istrinya, " ucap calon pelamar lain. Oki ikut menyemak.
Tak lama para
ajudan langsung berlarian keluar untuk menyambut Naila. Semua mata langsung
tertuju pada perempuan muda yang tengah hamil tua itu. Naila menyapa semua
orang dengan ramah lalu berjalan begitu saja untuk menemui suaminya. Hanya Oki
yang melongo dan langsung memfoto Naila secara sembunyi-sembunyi.
Tak lama Robi keluar lalu memeluk Naila dan berjalan keluar sambil bergandengan tangan meninggalkan kantor untuk makan siang bersama. Oki terus mengambil foto dan vidio kebersamaan Naila dan Robi. Oki tak menyangka bila sahabatnya yang lama tak berkomunikasi dengannya itu sekarang tengah hamil dan menikahi seorang sugar daddy. Oki merasa jiwa tukang gosipnya langsung bergetar, ia langsung mengirim hasil gosipnya ke grup pertemanannya tanpa ada Naila di dalamnya untuk bergosip bersama teman-temannya. Tapi baru ia ingin mengirim ia menahan dirinya. Akan lebih keren bila ia dapat lebih banyak fakta dan membagikannya digrup kelas ketika ia sudah di terima bekerja nanti.