"Mas, aku
tidur sama Ibu ya, " ucap Naila yang muncul di ruang kerja Robi dengan
piama berwarna hitam yang senada dengannya.
Robi mengangguk
pelan lalu kembali menelfon dan fokus pada pembicaraannya. Tapi Naila malah
memeluknya mengecup keningnya sebelum keluar dari ruangan Robi dan kembali ke
kamar Ibunya.
Robi tersipu
tapi tetap harus melanjutkan pembicaraannya di telefon. Meskipun di hatinya
ingin membawa Naila ke kamar atau memangkunya sambil menelfon seperti perempuan
lainnya. Tapi Naila sudah pergi duluan dan Robi tak mau menghalanginya.
Robi untuk
pertama kalinya tidur tanpa di temani istrinya. Tanpa di peluk, tanpa mengobrol
sebelum tidur, tentu saja tanpa bercinta juga. Kamarnya sepi seperti awal
sebelum ada Naila.
"Sepi,
" gumam Robi yang tetap tidur di sisi kiri tempat tidur meskipun Naila
tidak ada di sisi kanannya.
Robi pindah di
tengah, robi berpikir mungkin karena ia masih berbagi tempat tidurnya ia jadi
kesepian. Tapi saat ia memejamkan mata ia tiba-tiba teringat pada Naila.
Bagaimana kalau nanti Naila pindah ke kamarnya lagi? Jadi Robi kembali tidur di
posisinya semula.
"Ngapain
aku jadi kayak gini, " gumam Robi yang menyadari dirinya tidak melakukan
hal yang biasanya.
Robi berusaha
tidur dan baru bisa tidur menjelang dini hari itu pun setelah ia memastikan
Naila sudah tidur nyenyak di kamar Ibunya.
"Eng...,"
geram Robi pelan saat Naila yang sudah bangun pagi dan jelas sudah mandi
membangunkannya.
"Mas, tadi
ada telfon dari dokter, " ucap Naila sambil mengelus punggung Robi agar
bangun.
Robi menarik
Naila salam pelukannya. "Naila, " rengek Robi manja.
Naila kaget Robi
tiba-tiba merengek manja padanya refleks melepaskan pelukan Robi. "Kamu
siapa?! " jerit Naila yang merasa ada yang lain dari Robi.
"Suamimu Na,
" ucap Robi lalu bangun sambil mengerutkan keningnya.
"Tadi Mas
ngerengek manja banget, aku takut kalo bukan Mas," ucap Naila lalu duduk
di samping Robi.
"Masak?"
tanya Robi tak percaya. Ia merengek, Robi hanya merengek pada satu orang. Hanya
pada Ibunya, Frida. Sampai sekarang ia belum pernah merengek manja lagi pada
siapapun.
Naila
mengangguk. "Mas, tadi doktermu telfon. Kepala pelayan kasih telfon ke aku
tapi aku suruh tunggu kamu bangun buat telfon balik, " ucap Naila lalu
mengambilkan air minum untuk Robi.
Robi mengangguk
lalu meminun air yang di berikan istrinya. Setelah itu Robi memeluk pinggang
Naila. "Aku masih ngantuk, temenin tidur, " ucap Robi sambil
memejamkan matanya dan bersandar di dada Naila.
"Iya, aku
temenin Ibusarapan dulu ya nanti temenin Mas ya, " ucap Naila lembut
sambil mengelus rambut Robi lembut.
Robi cemberut
lalu mengangguk lesu dan kembali tiduran. Naila berjalan keluar lalu turun
menemuimu Ibunya tak lama kembali dan tidur di samping suaminya sambil memeluk
dan mengelus perutnya dengan lembut.
"Kamu tidur
disini terus ya, sampe hamil baru boleh pindah kamar ya, " ucap Robi
sambil menghela nafas dan membalas memeluk Naila.
Naila mengangguk
lalu mencium pipi Robi lembut. "Makasih ya Mas udah bantin Ibuku, aku ga
bisa gantiin apa-apa, Tapi nanti kalo aku dah kerja aku gantiin, " ucap
Naila lembut.
"Kerja?!"
Robi yang semula sudah damai dan dalam mood
yang baik karena Naila memanjakannya tiba-tiba kaget tau Naila akan berusaha
mengganti apa yang ia berikan benar-benar kaget.
Naila mengangguk
lalu tersenyum. "Minggu depan ijazahku bisa di ambil, aku bikin linkedin
buat cari kerja semalem, " ucap Naila yang makin membuat Robi kaget.
"Hah! Gak
usah! " Robi langsung mengambil ponselnya dan mencari akun linkedin milik
istrinya yang masih sepi. "Hapus! Ga usah kerja! " larang Robi.
Naila cemberut.
"Ibu kemarin juga bilang gitu, " lirih Naila.
"Kita lagi
program, itu lebih penting dari apapun. Gausah mikir yang aneh-aneh. Kamu kerja
jadi istriku aja. Nantiku kasih uang bulanan, " ucap Robi lalu bangun dan
memutuskan untuk memulai harinya.
●●●
Naila duduk
menemani Robi sarapan sebelum pergi ke dokter. Hari ini kegiatan Robi tidak
padat. Ia bisa olah raga dan mendatangi undangan acara kesenian atau pergi
menemani Naila saja.
Usai sarapan
Robi dan Naila pergi ke dokter. Memeriksakan diri dan kesuburan mereka. Tapi
pemeriksaan kali ini berbeda. USG menunjukkan kemungkinan ada pembuahan yang
berhasil. Tapi Robi tak senang dengan kabar tak pasti itu. Robi muak dengan
ketidak jelasan hasil pemeriksaan Naila.
"Kita bisa
tunggu sampai bulan depan Mas, baru kita cek lagi kalo aku ga mens, " ucap
Naila lembut sambil menggenggam tangan Robi meminta pengertian.
Robi hanya diam
lalu keluar dari ruang pemeriksaan lebih awal. Naila memejamkan matanya lalu
mengikuti suaminya keluar setelah merasa sedikit lebih baik dan bisa mengontrol
emosinya.
"Aku ga
pernah minta apapun yang menyulitkan ke kamu. Aku cuma minta kamu kasih aku
anak. Itu doang. Terserah cowok atau cewek. Aku ga peduli. Aku cuma mau punya
anak. Kenapa sulit sekali, " geram Robi yang membuat Naila menundukkan
kepalanya merasa bersalah.
"Mas, tapi
bayi ga tumbuh dalam beberapa malam saja. Dia manusia, bukan tumbuhan, "
ucap Naila membela diri.
"Kita bayi
tabung kalo sampe bulan depan ga ada perubahan sedikitpun! " putus Robi
kesal.
Naila hanya diam sambil memalingkan wajahnya. Ia sedih dan bingung harus bagaimana sekarang. Menghadirkan bayi dalam perutnya di luar kendalinya sebagai manusia. Itu sulit dan Robi terus memaksanya. [Next]
0 comments