Robi langusng
melepas gaun yang di kenakan Naila secara paksa tanpa peduli bila apa yang ia
lakukan akan menyakiti Naila. Tak tahan melepas kancing dan harus melepas
lesreting yang ada di gaun Naila, Robi langsung melepasnya secara paksa tanpa
ampun sedikitpun. Naila jelas masih menangis dan makin kencang sambil berusaha
meronta membebaskan dirinya. Tapi sayang tenaganya kalah besar dan kuat dengan
Robi yang sibuk melucutinya itu.
"Semakin
kamu banyak menolak suamimu ini, prosesnya akan lama dan menyakitkan!"
geram Robi yang akhirnya sukses menelanjangi Naila.
Naila menatap
Robi dengan wajah memelas dan tatapan memohon sambil berusaha menutupi dada dan
bagian bawahnya yang benar-benar terekspos. Tapi sialnya malah ketakutan Naila
itu yang membuat Robi makin beringas di buatnya. Naila malu dan benar-benar
tidak nyaman dengan perlakuan Robi padanya ini. Belum lagi Robi sekarang juga
mengikat tangannya pada tempat tiang penyangga kelambu tempat tidurnya.
Benar-benar pemandangan yang sudah lama Robi nantikan.
Naila makin
takut dengan Robi. Tapi di tengah ketakutannya dan otaknya yang terus berfikir
bagaimana caranya kabur. Robi malah memaksanya untuk membuka kakinya yang
selama ini begitu rapat ia tutup.
Robi juga
melepas pakaiannya. Naila bisa melihat dengan jelas otot-otot yang ada di perut
dan dada Robi yang bidang, lengan dan tangannya. Belum lagi kejantanan Robi
yang sudah siap tempur. Bahkan apa yang di lihat Naila pada Robi melebihi
fantasinya soal berhubungan intim sebelumnya. Bila ia biasa melihat keintiman
hanya dari potongan bokep yang ada di ponsel temannya atau film-film romantis
dengan bumbu erotis seperti 365 days. Ini jauh berbeda.
"Tidak ada
yang gratis, kamu mau pulang? Bayar dengan apa yang ku mau. Baru setelah aku
dapat apa yang ku mau kamu boleh pergi, kalau perlu tak usah datang lagi!"
ucap Robi sebelum akhirnya memasuki Naila secara paksa dalam sekali hentakan
yang sangat menyakitkan bagi Naila.
Tak ada desahan
penuh kenikmatan, hanya ada rintihan kesakitan dari mulut Naila. Tapi di
situlah kesenangan Robi. Di situlah yang Robi inginkan dan yang terpenting
dengan cara ini Robi akan segera dapat apa yang ia mau. Seorang anak, seorang
penerus sebelum ia menerima semua yang sudah lama ia perjuangkan.
●●●
Begitu Naila
bangun, Robi tak ada di sampingnya. Naila tak ingat jelas apa yang ia lakukan
semalam kenapa ia bisa bangun dengan kondisi telanjang bulat di balik selimut
dengan pergelangan tangan yang lecet dan ada bekas ikatan yang memerah di
kulitnya.
Ada beberapa
bagian tubuhnya yang tiba-tiba ada bercak kemerahan seperti di dada dan
lehernya. Naila berusaha keras mengingat semuanya sampai akhirnya ia ingat dan
benar-benar sadar atas apa yang sudah ia lakukan semalam karena rasa nyeri dan
perih yang tiba-tiba menyeruak dari selangkangannya.
Selain organ
kewanitaannya, kakinya juga terasa begitu sakit dan ngilu. Ia ingat semalam ia
baru saja berhubungan intim dengan suaminya. Meskipun lebih mirip di perkosa
dari pada malam pertama. Tapi apapun itu Naila tetap kesal dengan Robi.
Tapi sekesal apapun
Naila ia tetap harus melanjutkan rangkaian acara yang sudah Robi persiapkan. Ia
tetap mandi dan bersiap. Sudah ada tukang rias dan penata rambut yang
menunggunya pagi ini. Naila mengatur nafasnya menenangkan dirinya sendiri yang
ingin menangis lagi setelah yang ia lalui semalam agar bisa melalui acara
terakhir hari ini dengn lancar.
"Maaf yang
semalam... " bisik Robi yang masuk ke ruangan rias Naila.
Naila hanya diam
sambil pura-pura menyibukkan dirinya sendiri di ruang rias. Melepaskan satu
persatu penjepit rambut dari rambutnya yang di tata sedemikian rupa, melepaskan
bulumata dan membersihkan wajahnya dari riasan tebalnya.
Segala makian
dan sumpah serapah terus terucap dalam hati Naila saat Robi berusaha meminta
maaf padanya seperti sekarang ini. Ia masih belum dapat jawaban atas
pertanyaannya, semalam ia di perkosa meskipun dengan suaminya sendiri, dan
sekarang setelah ia menutupi semuanya demi keberlangsungan acara yang bahkan
tak satupun tamunya ia kenali. Robi malah hadir dengan tanpa rasa bersalah
meminta maaf padanya seperti sekarang.
"Besok kita
pergi bulan madu... " ucap Robi.
Naila langsung
membanting botol pembersih wajahnya ke arah Robi. Naila masih marah setelah
semalam di perkosa Robi dan sekarang Robi malah mengajaknya bulan madu.
"Naila..."
suara Witri yang sudah sekian lama Naila rindukan tiba-tiba terdengar. Naila
yang semula ingin meluapkan amarahnya pada Robi mengurungkan niatnya.
"Kamu boleh
ketemu sama ibumu, malam ini kamu boleh menikmati waktumu sebagai hadiah
permintaan maafku. Besok kita bulan madu," bisik Robi lalu membiarkan
Naila dan Witri berdua sementara Robi lagi-lagi pergi entah kemana dengan
segala kesibukannya.
"Ibu seneng
banget tadi siang ada jemputan dari suamimu. Ibu kira ibu ga bakal bisa ketemu
kamu lagi... " ucap Witri lalu memeluk erat-erat putrinya.
Naila langsung
menangis tersedu-sedu sambil memeluk Witri erat-erat. Ia hanya bisa menangis
tanpa mampu menceritakan apa yang ia rasakan selama bersama Robi. Witri juga
akhirnya hanya bisa menangis tanpa berani bercerita apapun pada putrinya itu
soal kelakuan suaminya yang sudah begitu di luar batas sampai tega menggadaikan
rumahnya demi bisa bersenang-senang dengan istri mudanya.
Baik Witri dan Naila punya masalahnya masing-masing, keduanya sama-sama harus menguatkan bahu menegakkan pandangan dan kembali bangkit untuk menghadapi hari esok yang mungkin akan lebih kejam lagi. Meskipun begitu ada sedikit jalan terang bagi Naila, Robi ternyata tak sekejam yang ia bayangkan. Ia masih di beri kesempatan bertemu ibunya dan itu sukses membuat Naila bahagia. [Next]
0 comments