BLANTERORBITv102

Bab 03 - Pertama

Kamis, 25 Juli 2024

Robi langusng melepas gaun yang di kenakan Naila secara paksa tanpa peduli bila apa yang ia lakukan akan menyakiti Naila. Tak tahan melepas kancing dan harus melepas lesreting yang ada di gaun Naila, Robi langsung melepasnya secara paksa tanpa ampun sedikitpun. Naila jelas masih menangis dan makin kencang sambil berusaha meronta membebaskan dirinya. Tapi sayang tenaganya kalah besar dan kuat dengan Robi yang sibuk melucutinya itu.

"Semakin kamu banyak menolak suamimu ini, prosesnya akan lama dan menyakitkan!" geram Robi yang akhirnya sukses menelanjangi Naila.

Naila menatap Robi dengan wajah memelas dan tatapan memohon sambil berusaha menutupi dada dan bagian bawahnya yang benar-benar terekspos. Tapi sialnya malah ketakutan Naila itu yang membuat Robi makin beringas di buatnya. Naila malu dan benar-benar tidak nyaman dengan perlakuan Robi padanya ini. Belum lagi Robi sekarang juga mengikat tangannya pada tempat tiang penyangga kelambu tempat tidurnya. Benar-benar pemandangan yang sudah lama Robi nantikan.

Naila makin takut dengan Robi. Tapi di tengah ketakutannya dan otaknya yang terus berfikir bagaimana caranya kabur. Robi malah memaksanya untuk membuka kakinya yang selama ini begitu rapat ia tutup.

Robi juga melepas pakaiannya. Naila bisa melihat dengan jelas otot-otot yang ada di perut dan dada Robi yang bidang, lengan dan tangannya. Belum lagi kejantanan Robi yang sudah siap tempur. Bahkan apa yang di lihat Naila pada Robi melebihi fantasinya soal berhubungan intim sebelumnya. Bila ia biasa melihat keintiman hanya dari potongan bokep yang ada di ponsel temannya atau film-film romantis dengan bumbu erotis seperti 365 days. Ini jauh berbeda.

"Tidak ada yang gratis, kamu mau pulang? Bayar dengan apa yang ku mau. Baru setelah aku dapat apa yang ku mau kamu boleh pergi, kalau perlu tak usah datang lagi!" ucap Robi sebelum akhirnya memasuki Naila secara paksa dalam sekali hentakan yang sangat menyakitkan bagi Naila.

Tak ada desahan penuh kenikmatan, hanya ada rintihan kesakitan dari mulut Naila. Tapi di situlah kesenangan Robi. Di situlah yang Robi inginkan dan yang terpenting dengan cara ini Robi akan segera dapat apa yang ia mau. Seorang anak, seorang penerus sebelum ia menerima semua yang sudah lama ia perjuangkan.

●●●

Begitu Naila bangun, Robi tak ada di sampingnya. Naila tak ingat jelas apa yang ia lakukan semalam kenapa ia bisa bangun dengan kondisi telanjang bulat di balik selimut dengan pergelangan tangan yang lecet dan ada bekas ikatan yang memerah di kulitnya.

Ada beberapa bagian tubuhnya yang tiba-tiba ada bercak kemerahan seperti di dada dan lehernya. Naila berusaha keras mengingat semuanya sampai akhirnya ia ingat dan benar-benar sadar atas apa yang sudah ia lakukan semalam karena rasa nyeri dan perih yang tiba-tiba menyeruak dari selangkangannya.

Selain organ kewanitaannya, kakinya juga terasa begitu sakit dan ngilu. Ia ingat semalam ia baru saja berhubungan intim dengan suaminya. Meskipun lebih mirip di perkosa dari pada malam pertama. Tapi apapun itu Naila tetap kesal dengan Robi.

Tapi sekesal apapun Naila ia tetap harus melanjutkan rangkaian acara yang sudah Robi persiapkan. Ia tetap mandi dan bersiap. Sudah ada tukang rias dan penata rambut yang menunggunya pagi ini. Naila mengatur nafasnya menenangkan dirinya sendiri yang ingin menangis lagi setelah yang ia lalui semalam agar bisa melalui acara terakhir hari ini dengn lancar.

"Maaf yang semalam... " bisik Robi yang masuk ke ruangan rias Naila.

Naila hanya diam sambil pura-pura menyibukkan dirinya sendiri di ruang rias. Melepaskan satu persatu penjepit rambut dari rambutnya yang di tata sedemikian rupa, melepaskan bulumata dan membersihkan wajahnya dari riasan tebalnya.

Segala makian dan sumpah serapah terus terucap dalam hati Naila saat Robi berusaha meminta maaf padanya seperti sekarang ini. Ia masih belum dapat jawaban atas pertanyaannya, semalam ia di perkosa meskipun dengan suaminya sendiri, dan sekarang setelah ia menutupi semuanya demi keberlangsungan acara yang bahkan tak satupun tamunya ia kenali. Robi malah hadir dengan tanpa rasa bersalah meminta maaf padanya seperti sekarang.

"Besok kita pergi bulan madu... " ucap Robi.

Naila langsung membanting botol pembersih wajahnya ke arah Robi. Naila masih marah setelah semalam di perkosa Robi dan sekarang Robi malah mengajaknya bulan madu.

"Naila..." suara Witri yang sudah sekian lama Naila rindukan tiba-tiba terdengar. Naila yang semula ingin meluapkan amarahnya pada Robi mengurungkan niatnya.

"Kamu boleh ketemu sama ibumu, malam ini kamu boleh menikmati waktumu sebagai hadiah permintaan maafku. Besok kita bulan madu," bisik Robi lalu membiarkan Naila dan Witri berdua sementara Robi lagi-lagi pergi entah kemana dengan segala kesibukannya.

"Ibu seneng banget tadi siang ada jemputan dari suamimu. Ibu kira ibu ga bakal bisa ketemu kamu lagi... " ucap Witri lalu memeluk erat-erat putrinya.

Naila langsung menangis tersedu-sedu sambil memeluk Witri erat-erat. Ia hanya bisa menangis tanpa mampu menceritakan apa yang ia rasakan selama bersama Robi. Witri juga akhirnya hanya bisa menangis tanpa berani bercerita apapun pada putrinya itu soal kelakuan suaminya yang sudah begitu di luar batas sampai tega menggadaikan rumahnya demi bisa bersenang-senang dengan istri mudanya.

Baik Witri dan Naila punya masalahnya masing-masing, keduanya sama-sama harus menguatkan bahu menegakkan pandangan dan kembali bangkit untuk menghadapi hari esok yang mungkin akan lebih kejam lagi. Meskipun begitu ada sedikit jalan terang bagi Naila, Robi ternyata tak sekejam yang ia bayangkan. Ia masih di beri kesempatan bertemu ibunya dan itu sukses membuat Naila bahagia. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.