Epilog
Epilog
6
bulan berlalu…
Vivi dan
Erik memutuskan untuk pindah jauh dari jangkauan Alan setelah resmi berpisah.
Erik memutuskan untuk kembali menjadi dokter, namun untuk UKS di salah satu
SMA. Sementara Vivi mulai sibuk menata hidupnya yang kini jadi lebih keras.
Vivi memulai bisnis kecilnya, membuka apotek sembari belajar memasak menu
sehat.
Sementara
Alan di asingkan dan menjalani perawatan atas mentalnya yang terguncang. Sudah
bercerai, jelas kehilangan anak dan istrinya, juga kacau karena jabatannya yang
tak mungkin kembali, bahkan ijin praktek serta jabatannya sebagai dokterpun di
cabut kembali. Damian sebagai keluarga tak ingin jika Alan di salahkan atas
segalanya yang sudah sulit untuk di buktikan. Jadi sebelum Alan bebas dari
segala jeratan ia memilih untuk mengasingkannya saja.
Sementara
Damian asik mengurus cucunya yang baru baru lahir beberapa bulan lalu. Bela dan
Luis juga lebih sering tinggal di rumah Damian sekarang. Luis juga mencabut
segala kamera pengawas tersembunyinya di rumah dan memutuskan untuk menjual
tempat tinggalnya agar ia bisa dekat kembali dengan ayahnya.
Bela tak
keberatan dengan keputusan Luis karena memang ia merasa itu yang terbaik.
Terlebih setelah banyak insiden mengerikan yang mereka hadapi. Pet shopnya juga
semakin terkenal dan mulai menyewa ruko sebelah agar bisa menampung lebih
banyak hewan dan menerima lebih banyak pegawai.
Heny juga
sudah tak lagi mengusik Luis. Terlebih setelah Luis menyetujui pengunduran
dirinya. Heny sudah cukup merasa jika Luis tak lagi menargetkannya dan perang
selama ini sudah selesai. Ia hanya perlu menjalani hidupnya kembali dengan
tenang dan tanpa mengingat apapun, bahkan tak perlu lagi berpikir untuk jadi
pahlawan seperti sebelumnya.
“Sayang,
aku dapat undangan. Erik akan menikah!” seru Luis antusias memberitau Bela yang
baru selesai memandikan putranya.
“Benarkah?”
seru Bela tak kalah antusiasnya dengan Luis sambil mendekap putranya yang
bersiap menyusu setelah mandi.
“Hey Jagoan
apa kau sudah selapar itu sampai tidak menyambut Ayah?” ucap Luis yang hendak
menyentuh anaknya namun ingat jika ia kotor jadi langsung pergi ke kamar mandi
untuk membersihkan dirinya juga.
Bela
membuka undangan yang Luis tinggalkan di atas tempat tidur. Melihat betapa
bahagia Erik yang menemukan tambatan hatinya. Bela ikut bahagia dan senang
setelah mereka melalui semuanya. Meskipun kadang Bela masih teringat pada
Stiven yang jadi korban atas segalanya.
“Apa kau
masih memikirkan Stiven?” tebak Luis yang baru keluar dari kamar mandi lalu
mengecup kening Bela.
Bela hanya
tersenyum, ia tak bisa berbohong pada Lusi.
“Semua hal
besar, memerlukan pengorbanan. Kalau saja dia tidak dibutakan atas ambisinya,
tidak juga ikut campur. Mungkin semuanya akan baik-bauk saja. Ini resiko,
jangan terlalu di pikirkan. Tidak akan ada yang berubah,” ucap Luis sembari
mengelus kepala putranya.
Bela
mengangguk paham, ia paham betul atas segalanya yang ia terima saat ini.
“Kau juga
sudah banyak melalui waktu yang berat, masa-masa yang sulit,” ucap Luis
menegaskan jika Bela tak harus merasa bersalah.
Bela
mengangguk lalu mendekatkan tubuhnya pada Luis yang langsung memeluknya.
“Lukamu…”
“Aku tidak
akan menghilangkan bekasnya, ini sebagai bentuk penebusan dosaku. Ku harap anak
kita tidak jadi dokter sepertiku,” ucap Luis lalu mencium putranya yang sudah
mengantuk setelah mandi dan menyusu.
Bela
tersenyum lalu mengangguk pelan. “Ayo makan, aku membuat sup,” ajak Bela.
Luis
mengangguk lalu membantu Bela menidurkan putranya kedalam box bayinya sebelum
makan malam bersama dengan Damian di bawah.