0
Home  ›  Chapter  ›  Poison

Bab 18 – Tukang Antar

Bab 18 – Tukang Antar-1

Bela dan Luis langsung ke kios setelah sarapan, memberi makan hewan yang menginap disana lalu menyapu dan mengelap bagian depan kios. Memastikan semuanya rapi dan bersih. Lalu Luis juga pergi keluar sebentar membeli beberapa cemilan sehat juga susu asam folat, agar keinginannya untuk segera memiliki anak segera terwujud. Tentu itu bukan hal yang sulit, mengingat Luis juga seorang dokter. Meskipun dokter bedah dan Bela seorang perawat meskipun belum resmi. Tapi yang jelas keduanya berlatar belakang medis, jadi sekedar memiliki anak bukan hal yang sulit untuk di usahakan.

Selain itu Damian juga merupakan dokter obgyn. Setidaknya sebelum ia memutuskan untuk pensiun setelah istrinya meninggal. Jadi bukan masalah besar bagi Luis dan Bela jika kelak mereka memiliki anak. Cucu pertama yang begitu di nanti dan akan disambut oleh tangan-tangan dingin dokter spesialis.

“Permisi,” ucap seorang mahasiswa yang masuk kedalam kios lengkap dengan almamaternya.

“Selamat datang!” sambut Bela dengan senyum ramahnya menyambut pelanggan.

“Saya, Rey. Mahasiswa kedokteran, sudah membuat janji dengan dr. Luis,” ucapnya memperkenalkan diri.

“Oh! Tunggu sebentar!” ucap Bela yang langsung berlari ke ruangan Luis memanggilkannya untuk menemui tamunya. “Luis, ada yang mencarimu,” ucap Bela.

Luis langsung mengangguk dan meletakkan wetfood yang ada di mejanya kedalam laci. Lalu keluar dari ruangannya untuk menemui tamunya. Tapi belum ia keluar ia menutup dan memasukkan jarum suntik kedalam kantung celananya. Beserta tub obat cair yang baru ia gunakan.

Belum lama ia melangkah, kling! Sebuah pesan masuk dari Damian.

‘Ayo kita bahas pernikahanmu!’ pesan singkat dari Damian yang langsung Luis berikan pada Bela dengan senyum sumringahnya, sementara Luis langsung menemui tamunya dan membahas soal magangnya.

Luis langsung mengajak Rey berkeliling. Menjelaskan tugasnya yang masih sederhana, sebatas memberi makan, bermain dengan kucing atau anjing yang dititipkan, mengecek kesehatan hewan-hewan yang akan jadi pasien, memberi suntikan, juga jadi kasir kalau Bela maupun Luis tak disana. Sederhana 11:12 seperti sedang menjaga salon atau klinik kecantikan.

Luis juga menunjukkan cara menggunakan mesin kasir dan menjelaskan fasilitas yang akan ia berikan, seperti makan siang, dan dapur yang bisa di gunakan untuk hal-hal ringan seperti membuat masakan instan, menghangatkan makanan, atau sekedar membuat minuman seperti teh dan kopi.

“Ini tidak sulit, harusnya kau bisa melakukannya dengan baik,” ucap Luis menutup penjelasannya. “Oh iya, itu Bela calon istriku. Jadi jangan genit atau aku akan mencongkel matamu,” sambung Luis lalu tertawa kecil memperingatkan Rey seolah sedang bercanda meskipun itu merupakan peringatan tegas darinya.

Rey tersenyum canggung lalu mengangguk paham sembari masuk kedalam ruang bermain dan sudah langsung di sambut hewan-hewan disana.

“Aku mau pulang sebentar, malam ini ada acara. Kau bisa menjaga tempat ini sementara waktu kan?” tanya Luis yang langsung di angguki Rey dengan semangat terlebih ia juga senang bermain dengan anjing-anjing yang ada disana dengan begitu antusias menyambutnya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Sayang!” panggil Luis yang langsung menemui Bela yang tampaknya sudah tak sabar ingin mempersiapkan dirinya lebih baik daripada makan malam semalam.

***

“Aku gugup tapi senang juga,” ucap Bela sembari berjalan masuk ke kamar untuk ganti baju dan bersiap memasak untuk makan siang bersama Luis.

Luis tertawa. “Sudahlah santai saja, paling isinya teman-teman Ayah. Aku tidak punya banyak teman. Kau juga boleh mengundang temanmu kalau kita mengadakan pesta. Kalau tidak juga tidak masalah, langsung bulan madu aku juga suka,” ucap Luis lalu mencium pipi Bela yang sedang membuka kulkas bersiap memasak.

Bela tersenyum lalu menatap Luis sejenak. “Mungkin aku tidak mengundang siapapun,” ucap Bela lalu membiarkan Luis memeluknya dari belakang.

“Kalau di rumah tidak ada siapapun selain aku, jangan pakai bra. Kalau bisa tidak usah pakai celana dalam juga,” pinta Luis tiba-tiba.

“Eeehhh… kan sudah kalau malam,” ucap Bela lembut lalu mulai memotong sayuran sembari memanaskan air.

“Ahh Bela…” rengek Luis. “Kau tidak mencintaiku,” keluhnya begitu hiperbola.

Bela hanya tertawa lalu mengangguk menuruti permintaan Luis yang membuat Luis langsung tersenyum sumringah dan pergi keluar sebentar sembari menunggu Bela selesai memasak.

“Sayang, aku mau keluar sebentar,” pamit Luis.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Bisa titip belikan lada?” tanya Bela dari dapur.

“Okey!” jawab Luis yang langsung pergi.

Luis langsung pergi ke apartemen Stiven setelah melihat postingan di sosial media Ema yang menunjukkan vidio ketika Ciko berlarian di apartemen Bela dulu. Luis langsung kesana, ia tak menyangka pemetaan targetnya bisa begitu mudah.

Luis datang dan membuang tub obat dan suntikannya di sekitar apartemen, lalu berjalan masuk lengkap dengan membawa dog food yang sudah di pack seperti pesan antar pada umumnya.

“Permisi, paket!” ucap Luis setelah menekan bel apartemen Stiven yang tidak berbunyi dan begitu gelap.

“Oh iya! Sebentar!” saut Deby dari dalam.

“Paket, dog food,” ucap Luis lalu memfoto Deby seolah bukti pengantarannya sudah sampai.

“Maaf gelap, listriknya sedang di perbaiki,” ucap Deby ramah.

Luis hanya mengangguk lalu langsung pergi begitu saja setelah mendengar suara Ciko yang menggedor-gedor kandang sempitnya.

***

Stiven cukup lama memandangi CCTV yang akan ia beli. Mempertimbangkan cara pemakaiannnya dan harganya sembari bertanya soal kualitasnya. Stiven mulai merasa jika ia perlu memberikan pengamanan sendiri terhadap ibu dan tempat tinggalnya. Berjaga-jaga kalau Luis datang atau semacamnya.

Stiven cukup khawatir dan paranoid. Terlebih ucapan Luis dulu ketika di kios. Rasanya jika teringat kejadian itu Stiven sudah merinding dan merasa di terorr. Memasang CCTV mungkin pilihan terbaik, paling tidak Stiven bisa mengumpulkan bukti. Setelah itu Stiven pergi ke supermarket untuk membeli wet food dan dry food untuk Ciko, mengingat ibunya sering mengomel jika harus repot memberi makan Ciko.

Tapi bagai disambar petir disiang bolong, Stiven malah melihat Luis yang berjongkok di depan makanan hewan. Dengan keranjang belanjaannya yang terisi susu asam folat dan lada, juga beberapa wet food dan dry food yang ia masukkan kedalam keranjangnya.

“Emm…” gumam Luis yang sudah membuat Stiven berkeringat dingin dan perlahan mundur berusaha menghindari Luis. “Apa tempatku terlalu mahal ya?” gumam Luis yang sedang membandingkan harga lalu berjalan ke kasir.

Sungguh pemandangan Luis sedang berbelanja dan membandingkan harga bukanlah hal yang mengerikan sebenarnya. Melihat pria bertubuh jangkung dan kini makin atletis sejak kondisi mentalnya membaik itu sedang berbelanja juga bukan hal yang menyeramkan, bahkan terlihat imut. Mengingat ia membeli kebutuhan dapur juga kebutuhan pasangannya.

Luis bahkan juga membawa balon gratis yang di sediakan dan brosur harga belanjaan yang sedang promo juga. Sama sekali tak mencurigakan dan tak terlihat mengancam siapapun, jauh dari kata kriminal. Tapi Stiven tetap mencurigainya namun ia tak punya waktu untuk membuntuti Luis.

Terlebih Luis juga sepertinya tidak kemana-mana mengingat belanjaannya yang cukup banyak juga telfonnya yang berdering sebelum ia masuk mobilnya. Bisa di tebak jika Luis tak pergi kemanapun setelah ini selain menemui Bela.

Stiven juga memutuskan untuk langsung membayar dry food yang ia beli dan bergegas pulang untuk memasang bolam CCTVnya untuk mengganti bolam lampu di depan apartemennya. Lebih aman dan lebih efisien, pikir Stiven.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share