0
Home  ›  Chapter  ›  Poison

Bab 16 – Makan Malam

 

Bab 16 – Makan Malam-1

Bela datang bersama Luis dengan pakaian yang santai. Menggunakan kaos polos dan celana jins begitu pula dengan Luis, yang rasanya lebih santai lagi karena memakai celana training adidas biasa.

“Apa?” tanya Luis karena Bela geleng-geleng kepala melihat penampilannya. “I-ini seperti pulang ke rumah saja, dia ayahku, aku anaknya, itu juga rumahku. Jangan menatapku seperti itu…” rengek Luis mencari pembelaan atas penampilannya.

Bela mengangguk sembari tertawa kecil. Luis menggenggam tangannya sembari menyetir pulang setelah sekian lama. Luis akhirnya pulang untuk pulang, bukan sekedar mengambil barang dan kembali pergi.

“Kau gugup?” tanya Bela lembut sembari mengecup punggung tangan Luis.

Luis meringis mendengar pertanyaan Bela.

“Semua akan baik-baik saja, kita akan baik-baik saja,” ucap Bela menenangkan Luis.

Luis mengangguk lalu menghela nafas.

Perjalanan tidak jauh, rumah keluarga Luis dengan tempat tinggalnya saat ini dan kiosnya hanya berjarak sekitar lima sampai sepuluh menit perjalanan saja. Bela juga tak menyangka jika rumah keluarga Luis sering ia lewati sebelumnya. Rumah besar yang begitu megah dan mewah di tengah kota dengan pohon besar dan pagarnya yang begitu tebal dan tinggi menjulang juga satpam yang khusus berjaga di gerbangnya.

“Tuan Muda,” sambut satpam yang begitu sumringah melihat kepulangan Luis yang mengajak Bela.

Rasanya kabar jika Luis akan pulang mengajak calon istrinya sudah menyebar di seluruh rumahnya. Semua pegawai di rumah juga langsung menyambut dengan senyum sumringahnya dan terlihat begitu semangat menyambutnya kali ini.

“Ayah…” ucap Luis begitu melihat Damian yang menuruni tangga.

Bela mendongakkan kepalanya melihat dr. Damian, ayah Luis yang akhirnya ia temui secara langsung. Pria tua itu masih terlihat bugar dan sehat, meskipun rambutnya sudah rata dengan uban dan perutnya sedikit buncit, khas pria tua seusianya. Pandangannya tajam penuh teliti, namun dari itu semua auranya tetap dingin persis seperti Luis sebelum mengenal Bela.

Sepanjang makan malam yang langsung makan begitu saja tanpa obrolan basa-basi selain berjabat tangan, Bela hanya diam dengan canggung. Luis juga diam dengan pandangannya yang dingin, sama dinginnya dengan Damian. Hanya ada suara garpu dan pisau yang beradu dengan piring ketika sedang memotong steak yang di sajikan.

Bela sendiri sama sekali tak bergerak, begitu takut dan gugup sampai tanpa sadar ia menangis dan terisak yang spontan mencuri perhatian Damian dan Luis padanya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Bela kenapa?” tanya Luis kaget melihat Bela menangis di sampingnya.

Bela menggeleng pelan. Tangannya bergetar begitu gugup.

“Tidak suka?” tebak Luis sembari menggenggam tangan Bela.

“Bukan, aku gugup. Kau dan dr. Damian dari tadi diam. Apa itu artinya aku tidak di sukai?” ungkap Bela yang seketika membuat Damian terkejut kenapa Bela bisa menyimpulkan seperti itu.

“Hah?!” saut Luis kaget.

“I-ini terasa begitu dingin, aku bingung harus apa…” aku Bela yang langsung menyeka airmatanya sendiri.

“Apanya yang harus apa?” tanya Damian yang akhirnya buka suara.

Bela menatap Damian sejenak lalu menundukkan pandangannya. “A-aku bingung bagaimana mengenalkan diriku, bagaimana harus terlihat baik, bagaimana kalau tidak di sukai…”

“Kau menyukai Luis?” sela Damian yang langsung paham harus apa.

Bela langsung mengangguk dengan cepat.

“Kenapa kau menyukai Luis? Dia kan gila…” ucap Damian yang sengaja menyudutkan dan menggoyahkan keputusan Bela.

“L-Lu-Luis itu dokter yang mengoprasi ibuku, selain itu aku juga sudah melalui banyak hal bersamanya. Sejak di rumah sakit, lalu pindah ke rumahnya, membuka kios, mengurus pet shop, mengurus rumah…”

“Kalian tinggal bersama?” tanya Damian dengan nada tinggi yang langsung di angguki Bela dan Luis dengan kompak.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Damian menghela nafas lalu melanjutkan makannya tanpa bertanya atau berkomentar apapun lagi. Luis juga melanjutkan makannya dalam diam sementara Bela tak bisa makan sama sekali. Ini jauh lebih menyeramkan dan menegangkan daripada yang ia bayangkan sebelumnya.

“Bagaimana hidupmu, Ayah?” tanya Luis membuka pembicaraan lagi setelah selesai makan dan mengambil piring Bela untuk memotong-motongkan steaknya.

“Biasa saja,” jawab Damian yang juga selesai dengan makannya.

“Kalau begitu sebentar lagi akan luar biasa,” ucap Luis yang membuat Damian hampir tersedak minumannya.

“Apa maksudmu?” tanya Damian sedikit terkejut.

“Aku dan Bela berencana segera memiliki anak,” jawab Luis santai lalu memberikan piring Bela kembali. “Makan, ini enak sekali. Kesukaanku,” ucap Luis pada Bela.

“Menginaplah malam ini,” ucap Damian lalu beranjak dari duduknya dan kembali ke kamarnya.

Bela menatap Damian yang pergi ke lantai dua, sementara Luis menerima potongan buah peach dari pelayan di rumahnya dengan santai tanpa beban.

“Sudah nikmati saja, malam ini kita menginap. Ayah menerimamu,” ucap Luis santai dan lega.

“Hah? Bagaimana bisa?” tanya Bela kaget.

Luis mengangguk. “Dia memintamu menginap, berarti dia menerimamu. Orang bodoh juga tau itu Bela, jika kau tidak di sukai dan tidak di terima akan di usir. Kalau di terima akan di minta menginap. Sederhana.”

***

Damian tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia sebentar lagi memiliki menantu dan langsung akan mempunyai cucu. Rumahnya akan hangat lagi seperti dulu, ramai dan meriah dengan suara anak-anak yang bermain atau menangis. Damian tak sabar memanjakan cucu-cucunya, tak sabar melihat Luis ada di rumah juga. Ini akan menjadi hari tua terbaiknya.

Damian tersenyum begitu sumringah bahkan tertawa kecil begitu senang. Tak hanya itu ia juga berjingkat kecil dan menari penuh kemenangan. Ini benar-benar kabar terbaik dalam hidupnya. Damian sangat bahagia. Selangkah demi selangkah ia akan memperbaiki keutuhan keluarganya lagi. Persetan dengan bisnis rumah sakit yang sudah di rebut Alan. Toh ia masih punya beberapa bisnis lain. Sekarang ia juga akan menjadi kakek, ini sanggat menyenangkan dan lebih penting dari sekedar rumah sakit.

“Luis akan menikah…” gumam Damian sembari memandangi foto mendiang istrinya lalu memandangi foto keluarganya saat kelulusan Luis sebagai dokter spesialis.

Tapi tak berselang lama Damian mulai menangis. Harusnya ia berbahagia bersama istrinya, tidak sendiri begini. Damian membayangkan betapa bahagianya Elis dengan kabar ini, perkembangan putranya, dan responnya terhadap Bela. Damian bahkan sudah membayangkan betapa ceria dan senyum sumringah Elis yang akan langsung berjingkat sambil bertepuk tangan mendengar kabar soal cucu dari Luis.

“Aku merindukanmu, datanglah padaku. Sekali saja tidak masalah, dalam mimpi juga tak masalah, aku benar-benar merindukanmu,” gumam Damian yang kini terdengar sedih sambil mendekap foto yang ada di atas lacinya.

***

Rumah sakit mulai membahas soal bangsal baru yang berencana akan di isi dengan klinik hewan peliharaan. Beberapa bagian tampaknya setuju terutama para dokter dan perawat dari bangsal jiwa yang merasa tak masalah jika berdekatan dengan bangsal hewan peliharaan. Mengingat hewan juga bisa mengurangi stres dan kepanikan, ini langkah baru yang begitu cemerlang jika di adakan.

Tapi baru menyebut dan membahas soal hewan, Alan sudah merinding dan murka terlebih dulu. Ia seketika teringat pada Luis dan pet shopnya. Belum lagi pengajuan Luis yang membuka diri menerima para calon dokter hewan yang ingin magang di pet shopnya. Tak hanya itu iklan yang Luis pasang di media sosial juga begitu sering lewat belakangan ini, sialnya yang membuat Alan kesal ketampanan Luis lebih menyihir para pengguna sosial media daripada apa yang ia tawarkan sendiri.

Popularitas Luis juga tampaknya begitu mudah melejit daripada Erik meskipun sudah coba di bantu dengan mengisi talk show kesehatan yang sebelumnya di pandu Luis, juga menjadi bintang iklan untuk produk air mineral dan pasta gigi anak. Luis dengan dirinya yang apa adanya dan kepolosannya yang pasrah ketika tiba-tiba di dorong anjing golden dari belakang saat mengiklankan pet shopnya lebih menarik perhatian. Belum lagi iklan penitipan di pet shopnya saat Luis kewalahan mengejar anjing minipom yang membawa lari sapu yang Bela gunakan membuat kesan hangat dan lucu bagi para penonton.

“Kita tidak bisa mencampur adukkan manusia dan hewan,” tolak Alan dengan tegas yang seketika menutup rapat dan jadi gunjingan semua orang karena cara menolak yang bahkan tanpa ada pertimbangan sama sekali.

 

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share