0
Home  ›  Chapter  ›  Poison

Bab 31 – Penjara

Bab 31 – Penjara-1

Bela duduk disamping Luis, malam ini mereka akan menginap di rumah yang baru selesai renovasi. Sudah rapi, sudah bersih. Bela juga sudah sempat belanja dan langsung bersiap memasak di rumahnya sendiri. Sementara Luis hendak menelfon tukang sampah untuk membuang barang-barang lama yang ada di kamar Bela.

“Sayang, ini semua masih bagus. Masih layak pakai,” ucap Bela saat mendengar Luis hendak membuang barangnya.

“Ah iya, tapi aku tidak suka terlalu banyak barang di rumah. Kita bisa beli lagi kalau kau perlu lagi,” ucap Luis yang selalu merasa risih jika ada banyak barang di rumahnya.

“Em, boleh ku tawarkan pada Ema dan Rey dulu? Siapa tau mereka mau,” tawar Bela yang di angguki Luis yang langsung mengurungkan niatnya membuang barang-barang.

“Kau membuat apa? Baunya harum sekali,” ucap Luis yang teralihkan dengan masakan istrinya.

“Ikan panggang, dari kemarin aku ingin membuatnya,” ucap Bela sembari mengoles bumbu di atas ikannya. “Aku juga mengukus jagung, udang kesukaanmu, nanti aku juga menggoreng cumi,” Bela memamerkan masakannya pada Luis.

“Wuuuu! Kita makan besar!” seru Luis begitu senang. “Nanti aku saja yang bersih-bersih ya…” ucap Luis lalu mengecup kening Bela.

Makan malam kali ini sangat menyenangkan bagi Luis. Jika di rumah ayahnya ia makan sendiri, kali ini ia full di suapi Bela. Bela juga mengupaskan udangnya, juga cumi goreng buatannya yang begitu nikmat membuat Luis tak bisa berhenti mengunyah. Ia begitu betah menghabiskan waktunya bersama Bela.

“Enak semuanya!” seru Luis setelah selesai makan dan bersiap bersih-bersih. “Sayang istirahat saja, nanti ku buatkan susu,” ucap Luis yang ingin gantian memanjakan Bela.

Bela mengangguk lalu menyalakan TV, melihat berita dari kasus apartemennya dulu yang langsung menjatuhi vonis penjara selama 4 tahun pada Stiven atas tuduhan pembunuhan tidak di sengaja yang menuai pro dan kontra. Bela menyemaknya, begitu pula dengan Luis yang sedang cuci piring.

“Sekarang semua yang jahat padamu sudah terbalaskan,” ucap Luis. “Biar mereka menanggung karmanya,” lanjut Luis yang tak menaruh simpati sama sekali.

Bela menoleh pada Luis dan hanya diam sembari mengganti saluran TVnya karena merasa tidak nyaman. Bela tak sebenci itu pada orang-orang di apartemennya, meskipun jika di ingat kembali ia sering di sebut sebagai pemakan sampah karena sering memakan makanan hampir basi atau sisa makanan di tempat sampah untuk bertahan hidup. Bela juga masih menjadi bahan ejekan sana-sini, satu-satunya keberuntungan yang ia miliki hanya bisa dekat dengan Luis dan menikah dengannya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Tapi meskipun begitu Bela juga ingat jika Stiven adalah teman terbaiknya. Ia ingat Stiven sering diam-diam meletakkan makanan di dekat tempat sampah depan pintu apartemennya agar Bela bisa makan. Atau Stiven yang diam-diam meletakkan roti di laci mejanya. Stiven tetap baik padanya meskipun Deby tidak suka atas kedekatannya itu.

“Sayang, kalau aku memberi Stiven beberapa barang boleh?” pinta Bela yang langsung membuat telinga Luis panas. “Ibunya memang jahat, tapi dia pernah memberiku makanan. Dia juga datang ke pemakaman ayahku. I-ini hanya sebatas agar aku tidak merasa berhutang budi saja,” ucap Bela menjelaskan maksudnya sebelum Luis terbakar cemburu.

“Apa?” tanya Luis berusaha tenang, meskipun tangannya sudah terkepal hingga sumpit kayu di tangannya patah dan langsung ia buang ke tempat sampah sebelum Bela melihatnya.

“H-hanya makanan. Mungkin juga selimut atau kebutuhannya selama di penjara. S-sekali ini saja,” ucap Bela begitu gugup.

Luis mendengus kesal. “Kau tau aku tidak suka Stiven, kan?” tanya Luis yang terdengar mengintimidasi dan sudah cukup membuat Bela ketakutan hingga ingin menangis.

Bela langsung mengangguk dengan cepat dan gugup. Ia merasa serba salah dan takut sekarang, takut jika hubungannya dengan Luis jadi kacau, takut jika Luis akan jadi tempramen dan kasar seperti ayahnya dulu.

“M-ma-maaf…” cicit Bela dengan suara gemetar.

Luis mengeringkan tangannya lalu mendekat pada Bela. Bela sudah gemetar dan tak berani menatap suaminya. Luis mengerutkan keningnya melihat istrinya yang begitu ketakutan hanya dengan gertakan kecil darinya.

“Boleh, hanya sekali ini saja,” ucap Luis lalu mendekap Bela agar istrinya tidak takut padanya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Bela mengangguk dengan ketakutan sembari memeluk erat tubuh Luis.

“Hey, kenapa? Aku hanya cemburu,” ucap Luis yang membuat Bela menangis.

“Aku takut kau akan memukuliku seperti ayahku,” aku Bela yang begitu ketakutan. “Agh!” erangnya pelan karena tiba-tiba perutnya kram.

“Bela!” Luis begitu panik karena istrinya tiba-tiba kesakitan sembari terhuyung dan terduduk di sofa. “Sakit?” tanya Luis khawatir. “Maaf…maaf…” ucap Luis begitu khawatir sembari mengelus perut Bela dan mendekapnya agar ia lebih tenang.

***

Heny memutuskan untuk mengajukan pengunduran dirinya dari rumah sakit dengan alasan akan melahirkan dan ingin fokus dengan keluarga kecilnya. Itu terdengar masuk akal baginya dan harusnya Luis setuju dengan pengunduran dirinya. Heny tak mau keselamatannya menjadi taruhan, ia tak mau ikut larut dengan kegilaan Luis dan terseret menjadi korbannya yang selanjutnya.

Kesalahan besar bagi Heny dan rasanya seluruh psikiater yang ada disana karena meremehkan Luis dan hanya mendiagnosa sedangkal itu. Tak mungkin orang seambisius Luis dengan kemampuan bedah yang mumpuni dan kecerdasan yang melebihi rata-rata hanya depresi dan PTSD semata. Tak mungkin orang seperti Luis yang sangat haus validasi membiarkan musuhnya lepas begitu saja.

Mengizinkan Luis keluar rasanya sama seperti melepaskan monster di tengah masyarakat tanpa ada supermen yang bisa menolong. Bagaimana bisa ada pahlawan yang melawan seorang monster baik hati yang memberikan bantuan dengan senyum manis di wajahnya. Wajah polos, mudah menangis, tangan yang gemetar, mudah ketakutan dan menunjukkan betapa manja dan harmonis kehidupannya sekarang.

Menuduh Luis atas segala kekacauan saat ini juga hanya akan jadi bumerang dengan granat yang terikat di atasnya yang menyerang tuannya sendiri. Ini terlalu berbahaya, Luis lebih rapi dari apa yang terlihat. Bahkan di CCTV rumah sakit hanya menunjukkan Luis yang merangkul Erik dan melambai memamerkan istrinya. Sulit sekali menunjukkan jika ia adalah pelaku dan penghasut utama dari segala yang ada.

Saat Heny melihat CCTV pagi tadi kejadan sebelum masuk ke rumah sakit, Luis juga terlihat di serang Alan duluan. Semua orang bahkan lebih mudah menyalahkan Alan daripada Luis yang mengalah dan begitu tenang. Wajahnya juga tak bisa di tebak, perasaan dan sorot matanya tak bisa di prediksi. Luis begitu rapih, bahkan jika akan menyalahkan soal kasus Ayah Bela juga terasa aneh.

Luis masih di rawat saat memulai kedekatannya dengan Bela. Awal pertemuannya juga hanya sebatas makan bersama Bela saja, buku yang Luis baca juga hanya sebatas buku soal binatang dan bisnis. Ini bukan dalil yang kuat menuduhnya sebagai pembunuh karena membaca buku soal binatang dan bisnis lalu membuka pet shop? Akan sangat tidak masuk akal.

Ini bahkan membuat Heny lebih stress daripada menangani 10 pasien dalam satu waktu. Alasan Luis membuka pet shop juga masuk akal karena ia yang trauma dengan pasien manusia. Di pet shopnya ia juga hanya memandikan hewan, memotong kuku dan bermain dengan mereka untuk menenangkan diri. Sangat hangat bukan? Luis juga menerima dokter hewan magang dan mempekerjakan mereka juga. Luis terlalu suci untuk berbuat kriminal. Tak ada dalil tuduhan yang bisa menyentuhnya.

Bahkan jika Heny ingin menduduh Bela berada dibawah tekanan saat bersama Luis, semua orang bisa melihat betapa manjanya Luis. Juga melihat betapa cantik dan sehatnya Bela, tak mungkin ia berada dibawah tekanan. Damian juga mau memperbaiki hubungannya dengan Luis dan merestui pernikahannya dengan Bela. Benar-benar tak ada celah.

Luis juga romantis dan semua orang tau karena ia terus mengatakan, “kalo aku beli ini Bela pasti suka” atau sebatas “ini kesukaan istriku!”.  Orang-orang juga sering melihat Luis mampir ke toko bunga untuk membelikan Bela sebuket mawar jika ia terlalu sering lembur. Dari sisi manapun Luis jelas tak membuat Bela tertekan.

Senyuman aneh Luis saat bertemu dengan Heny dan lambaian tangannya juga tak bisa dimasukkan dalam dugaan atau sebagai penguatan. Karena Luis juga sering terlihat canggung pada orang-orang baru. Wajah angkuhnya? Wajahnya memang begitu jika kelelahan persis seperti Damian, Alan, bahkan Erik atau memang semua orang yang sudah kehabisan energi setelah seharian bekerja pasti akan terlihat judes dan angkuh. Oh Luis memang tak memiliki celah, tak ada cacat, tak ada hal yang bisa membuatnya bersalah atau di salahkan atas tuduhan apapun.


39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share